Pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada pokok bahasan unsur intrinsik naskah drama (eksperimen di sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 22 Kota Serang)

(1)

(Eksperimen di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 22 Kota Serang)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh : Fajar Fitri Rahayu NIM: 107013000861

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada pokok bahasan unsur intrinsik naskah drama. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 22 Kota Serang tahun ajaran 2011-2012. Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kontrol group pretest-posttest design, yaitu kelompok pertama diberi perlakuan (kelompok eksperiemen) yaitu kelas VIII B, dan kelompok kedua tidak diberikan perlakuan (kelompok kontrol) yaitu kelas VIII A. Metode tersebut didukung dengan teknik-teknik pengumpulan data meliputi angket dan tes. Dari hasil pengolahan data yang didapat langkah selanjutnya diklasifikasikan dan diolah sehingga menghasilkan data akhir dengan thit > ttab yaitu 2.46 > 2.00 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak, ini mengandung pengertian bahwa pembelajaran inkuiri berpengaruh pada hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Kota Serang pada pokok bahasan unsur intrinsik naskah drama.


(6)

ii

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak kesulitan dan hambatan. Namun berkat pertolongan Allah SWT dan bantuan dari berbagi pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Dra. Hindun, M.Pd., Sekretaris Jurusan dan penasihat akademik Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

4. Nuryati Djihadah, M.Pd., MA., Dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini;

5. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan


(7)

iii

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah penulis mencari referensi;

7. Seluruh staf SMP Negeri 22 Kota Serang, khususnya kepala sekolah, H. Suwardi, S.Pd., M.Pd., yang telah membantu dan memfasilitasi kegiatan ini. Guru bidang studi bahasa Indonesia, Yis Puji Astuti, S.Pd., yang telah membantu penulis dalam penelitian skripsi ini; 8. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang dengan bersusah payah telah

mengasuh dan mendidik penulis hingga dapat menyelesaikan kuliah di UIN, serta adik-adikku tersayang, Rifki Firmansyah, Iyas Mukhlasin, dan Aini Apriyanita Dewi yang telah membantu dan mendukung keberhasilan belajar penulis;

9. Sahabat-sahabat yang telah memberikan motivasi dan meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan-keluhan penulis ketika menghadapi kejenuhan dalam penulisan skripsi dan teman-teman kelas B PBSI angkatan 2007 yang telah berbagi pengalaman kepada penulis tentang makna sebuah kebersamaan.


(8)

iv

Jakarta, 23 November 2011


(9)

v

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II : LANDASAN TEORI A. Hakikat Inkuiri ... 9

1. Pengertian Inkuiri ... 9

2. Macam-macam Metode Inkuiri ... 12

3. Ciri Utama Pembelajaran Inkuiri ... 13

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri ... 15

5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Inkuiri ... 17

B. Belajar ... 19

1. Pengertian Belajar ... 19

2. Pengertian Hasil Belajar ... 22

3. Faktor-Faktor yanga Mempengaruhi Hasil Belajar... 23

4. Pengertian Drama ... 26

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 27

E. Kerangka Berpikir ... 28

F. Pengajuan Hipotesis ... 29

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

C. Variabel Penelitian ... 31

D. Metode Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Prosedur Penelitian ... 35

G. Instrumen Penelitian ... 36


(10)

vi

D. Interpretasi Data ... 74

E. Pembahasan ... 76

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 80

B. Saran-saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(11)

vii

Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 41

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 42

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda ... 43

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen ... 54

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol ... 56

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen ... 58

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol ... 60

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest ... 62

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Posttest ... 63

Tabel 4.7 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest ... 65

Tabel 4.8 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest ... 66

Tabel 4.9 Persentase Angket Nomor 1 ... 68

Tabel 4.10 Persentase Angket Nomor 2 ... 68

Tabel 4.11 Persentase Angket Nomor 3 ... 69

Tabel 4.12 Persentase Angket Nomor 4 ... 70

Tabel 4.13 Persentase Angket Nomor 5 ... 70

Tabel 4.14 Persentase Angket Nomor 6 ... 71

Tabel 4.15 Persentase Angket Nomor 7 ... 72

Tabel 4.16 Persentase Angket Nomor 8 ... 72

Tabel 4.17 Persentase Angket Nomor 9 ... 73


(12)

viii

Perhitungan Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 101

Perhitungan Daya Pembeda ...103

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes ...105

Soal Instrumen Tes yang Digunakan dalam Penelitian ...105

Angket ...110

RPP Kelas Eksperimen ...111

Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ...123

Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ...126

Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol ...129

Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelompok Kontrol ...132

Uji Homogenitas Data Hasil Pretest ...135

Uji Homogenitas Data Hasil Posttest ...136

Uji Hipotesis Dua Rata-Rata Hasil Pretest ...137

Uji Hipotesis Dua Rata-Rata Hasil Posttest ...138

Tabel 0-Z ...139

Tabel Nilai t ...140


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selama bertahun-tahun, metode mengajar bahasa di sekolah masih menggunakan pengajaran informatif, yaitu guru berbicara atau bercerita sedangkan peserta didik mendengarkan dan mencatat. Namun, sejak beberapa tahun terakhir hingga saat ini, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah terus-menerus berusaha memperbaiki mutu pendidikan Indonesia dengan cara membiayai program-program pengembangan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang bermutu dan berakhlak.

Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, diperlukan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang dikenal sebagai kurikulum. Saat ini sedang dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Terpadu yang sering kita sebut KTSP yang mengharapkan kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antara peserta didik, guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya yang dapat mendukung pengembangan kompetensi peserta didik. Pengalaman tersebut dapat terwujud melalui proses belajar mengajar yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan


(14)

potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan tuntutan lingkungan.

Ceramah adalah salah satu metode yang seringkali digunakan dalam proses belajar mengajar oleh guru atau pendidik di sekolah. Metode ceramah merupakan metode yang memberikan penjelasan secara sepihak oleh guru tentang materi pembelajaran tertentu kepada peserta didik. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang bertujuan agar peserta didik mengetahui dan memahami materi pelajaran tertentu dengan cara menyimak dan mendengarkan. Peranan guru dalam metode ceramah sangat aktif dan dominan sedangkan peserta didik hanya mendengarkan saja. Tentu saja proses belajar mengajar yang didominasi oleh guru akan menghambat perkembangan peserta didik. Metode ceramah menyebabkan peserta didik berperan pasif, karena hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Hal itu akan membatasi daya ingat peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Banyak sekali kelemahan-kelamahan yang dimiliki oleh metode ceramah, di antaranya:

1. Kurangnya respon siswa pada saat belajar,

2. Masih sedikit pendidik yang menjadi pembicara yang baik, 3. Pendidik harus menguasai pokok pembicaraannya,

4. Proses pembelajaran cenderung kurang menarik,

5. Pelajar hanya dapat memanfaatkan indera pendengarannya.

Tugas utama seorang guru adalah mengajar dan mendidik. Sebagai seorang pengajar, guru bertugas memberikan informasi, bimbingan, arahan, dan


(15)

dorongan pada peserta didik. Namun, tidak berarti guru harus memonopoli peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari beberapa fakta yang dilihat menunjukkan bahwa masih banyak guru yang mengajar dengan metode ceramah sehingga guru dijadikan sebagai pusat pengajaran. Guru dianggap maha tahu sedangkan peserta didik hanya dapat mendengarkan dan mencatat apa yang dibicarakan oleh guru. Peserta didik seharusnya ikut berperan aktif dalam proses pengajaran karena pada hakikatnya setiap peserta didik sudah memiliki pengetahuan awal dan persepsi pada saat proses pengajaran berlangsung. Peserta didik dapat mengembangkan kreativitas dan pengetahuannya dengan cara terlibat langsung dalam proses pembelajarannya.

Salah satu metode pembelajaran yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan adalah metode pembelajaran inkuiri. Metode pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar bukan lagi sebagai objek belajar yang hanya bisa mendengar dan mencatat tanpa ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Metode ini merupakan bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa yang berperan sangat dominan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam proses belajar. Metode pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan


(16)

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Pada Pokok Bahasan Unsur Intrinsik Naskah Drama di SMP Negeri 22 Kota Serang”

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Hambatan-hambatan apa yang ada dalam pembelajaran drama?

2. Metode pembelajaran apa yang digunakan dalam proses pembelajaran drama?

3. Bagaimana proses pembelajaran inkuiri?

4. Apa kelebihan dan kekurangan pembelajaran inkuiri?

5. Bagaimana hasil belajar drama dengan menggunakan pembelajaran inkuiri?

6. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar drama? 7. Apa pengertian drama?

8. Apa unsur-unsur yang membentuk drama?

9. Apa peran guru dalam menerapkan berbagai model pengajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

10.Apakah masih ada guru yang beranggapan bahwa ia adalah pusat dari proses pembelajaran?


(17)

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah tidak terlalu luas, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian yaitu:

1. Pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII pada pokok bahasan unsur intrinsik naskah drama di SMP Negeri 22 Kota Serang.

2. Pengamatan dan penelitian terbatas pada siswa kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen di SMP Negeri 22 Kota Serang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar bahasa Indonesia pada pokok bahasan unsur intrinsik naskah drama pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 22 Kota Serang?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar bahasa Indonesia pada pokok bahasan unsur intrinsik naskah darama pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 22 Kota Serang.


(18)

F. Manfaat penelitian

Semua hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait secara khusus. Manfaat penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

a. Membantu guru dalam upaya menentukan metode, strategi, dan model pengajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Untuk menambah khasanah konsep tentang pembelajaran inkuiri dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan hasil belajar siswa.

c. Menjadi pertimbangan guru dalam mengajar dengan menggunakan model pembelajaran yang baik dari strategi persiapan mengajar maupun kendala-kendala yang dihadapi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.

2) Memberikan suasana nyaman pada saat proses belajar berlangsung.

3) Meningkatkan gairah belajar siswa.

4) Melatih siswa agar lebih kreatif dan mandiri dalam belajar menyelesaikan masalh-masalah belajar sehingga dapat


(19)

meningkatkan sikap positif siswa untuk berpikir runtut, kritis, dan sistematis dalam usaha pemecahan masalah.

5) Merangsang otak siswa dalam memahami masalah dan cara menyelesaikannya.

6) Memperoleh prestasi atau hasil belajar yang bagus. b. Bagi Sekolah

1) Sebagai bahan masukan sekolah mengenai metode pembelajaran inkuiri dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

2) Dapat memberikan dorongan semangat yang positif dalam proses belajar mengajar, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia pada unsur intrinsik naskah drama.

c. Bagi Peneliti, Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.

G.Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang menjadi pengantar umum kepada tulisan. Dalam bab ini dikemukakan: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.


(20)

Bab II membahas tentang kajian teoretis yang meliputi: Hakikat Inkuiri, Pengertian Inkuiri, Macam-macam Metode Inkuiri, Ciri Utama Pembelajaran Inkuiri, Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri, Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Inkuiri, Pengertian Belajar, Pengertian Hasil Belajar, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar, Pengertian Drama, Kerangka Berpikir, dan Pengajuan Hipotesis.

Bab III membahas tentang metode penelitian skripsi yang meliputi: Tujuan dan Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Variabel Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Prosedur Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Teknik Analisis Data.

Bab IV membahas tentang hasil penelitian dan Pembahasan yang meliputi: Profil SMP Negeri 22 Kota Serang, Deskripsi Data, Interpretasi Data, dan Pembahasan.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat inkuiri 1. Pengertian Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yangn secara harfiah berarti penyelidikan. Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiri adalah the process of investigating a problem. Adapun Piaget menyatakan bahwa inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mangajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.1 Peserta didik diberikan hak penuh dalam proses pembelajaran. Ia dituntut untuk dapat menemukan sendiri jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

“Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai pengajaran guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan.”2 Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Jadi dalam

1

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 108

2

Ida Bagus Putrayasa, “Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Inkuiri”, (IKIP Negeri Singaraja), Mei 2011, h. 2


(22)

pembelajaran inkuiri bukan hanya guru yang dapat mempelajari dan menelaah materi pembelajaran melainkan peserta didik juga dituntut untuk dapat berpikir kritis dalam menemukan jawaban yang pasti.

“Pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas (Hamalik, 1991)”.3 Peran guru dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai penanya. Kemampuan peserta didik untuk setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru merupakan sebagian dari proses berpikir.Kunci inkuiri adalah menanyakan atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang signifikan.4

Wilson (Trowbridge, 1990) menyatakan bahwa model inkuiri adalah sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan perilaku. Inkuiri merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan berpikir rasional (Bruce & Bruce, 1992). Senada dengan pendapat Bruce & Bruce , Cleaf (1991) menyatakan bahwa inkuiri adalah salah satu strategi yang digunakan dalam kelas yang berorientasi proses. Inkuiri merupakan sebuah strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan prosedur yang digunakan

3

Ibid 4

Moh. Amin, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode

“Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: DepDikBud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK, 1987), h. 12.


(23)

oleh ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-masalah dan menemukan informasi. 5

“Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan atau orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Herbank, Budnitz, Chiapetta&Adams).”6 Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan eksperimen untuk mencari jawaban dari suatu permasalahan.

Senada dengan pendapat Trowbridge, Amien (1987) dan Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inkuiri adalah suatu perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses discovery, inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan sebagainya.7

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh peserta didik untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inkuiri ini peserta

5

Ida Bagus Putrayasa, “Pembelajaran Bahasa Indonesia..., h. 2 6

Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi,Proses Pembelajaran; Kreatif dan Inovatif dalam Kelas, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2010), h. 85

7


(24)

didik terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain. Dengan meningkatkan pembelajaran inkuiri di sekolah diharapkan akan dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi peserta didik. Dalam pembelajaran inkuiri kemampuan berpikir dan aktivitas peserta didik di sekolah lebih diutamakan. Mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Metode pembelajaran inkuiri bertujuan untuk menolong siswa agar dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir. Hal itu dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Dalam pembelajaran inkuiri, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri dari materi pelajaran yang mereka pelajari.

2. Macam-Macam Metode Inkuiri

Sund and Trowbridge (1973) mengemukakan tiga macam metode inkuiri sebagai berikut:8

1. Inquiry terpimpin (Guide inquiry); peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini

8


(25)

digunakan terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode inkuiri.

2. Inquiry bebas (Free inquiry), pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. 3. Inquiry bebas yang dimodifikasi (Modified free inquiry); pada inkuiri

ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Dari ketiga macam metode inkuiri tersebut, penulis memilih metode inkuiri terpimpin (Guide inquiry) karena dalam proses pembelajaran di kelas guru masih membimbing dan mengarahkan peserta didik dalam menemukan dan memecahkan permasalahan.

3. Ciri Utama Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran merupakan rancangan tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk rancangan penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber dayaatau kekuatan dalam pembelajaran.9 Untuk mencapai hasil dari tujuan metode pembelajaran inkuiri maka dibutuhkan strategi. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir

9

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 294


(26)

secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu permasalahan yang dipertanyakan.10

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Di anataranya:11

a. Strategi pembelajaran inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.

b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

c. Tujuan penggunaan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Jadi, ciri utama strategi pembelajaran inkuiri adalah menekankan dan mengarahkan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara sistematis, logis, dan kritis.

10

Ibid ., h. 303 11

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2009), h. 194-195


(27)

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri

Terdapat beberapa langkah yang dapat diperhatikan dalam proses pembelajaran inkuiri di antaranya:

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif.12 Pada langkah ini guru diharapkan dapat mengondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Orientasi merupakan langkah yang sangat penting, karena pada langkah ini guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir positif sehingga siswa mau menggunakan kemampuannya untuk memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah:

1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa.

Contohnya ketika guru masuk ke dalam kelas, setelah berdoa ia akan menyampaikan topik yang akan dipelajari pada saat itu. 2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh

siswa untuk mencapai tujuan.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar untuk memberikan motivasi terhadap siswa.

b. Merumuskan Masalah

12


(28)

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.13 persoalan yang disampaikan oleh guru haruslah yang dapat menantang siswa untuk memecahkan teka-teki tersebut sehingga mendorong siswa mencari jawaban yang tepat. Permasalahan tersebut dapat berupa tugas mengidentifikasi tokohtokoh yang terdapat dalam naskah drama.

c. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.14 Salah satu cara guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis siswa adalah dengan cara mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Di sinilah guru membantu siswa, mendorong melakukan kegiatan belajar untuk mencari informasi berkaitan dengan permasalahan yang diajukan guru. Jawaban guru atas pertanyaan siswa hanya berkisar ya atau tidak, karena dalam model inkuiri ini siswa sendiri yang menemukan jawaban permasalahan yang diberikan oleh guru.

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam

13

Ibid., 14


(29)

belajar, akan tetapi juga membutuhkan kemampuan dan ketekunan siswa dalam berpikir. Pada tahap ini siswa mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban/menarik kesimpulan. Selanjutnya, guru mengumpulkan hasil penyelidikan/eksperimen untuk menjawab teka-teki atau permasalahan yang diajukan oleh guru. Caranya dengan menyuruh siswa untuk menunjukkan hasil pekerjaan mereka.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting pada tahap ini adalah keyakinan peserta didik atas jawaban yang dia berikan. Jawaban yang dia berikan bukan hanya berdasarkan pendapatnya, melainkan juga harus didukung oleh data yang telah ditemukan.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Inkuiri

Metode Pembelajaran Inkuiri merupakan model pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena model ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

a. Metode ini merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui modeli ini dianggap lebih bermakna.


(30)

b. Metode ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. Metode ini merupakan model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

d. Keuntungan lain adalah metode pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Selain memiliki keunggulan, model pembelajaran inkuiri juga mempunyai kelemahan, di antaranya:

a. Jika metode ini digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Metode ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.


(31)

Pembelajaran inkuri memiliki keunggulan yakni lebih banyak menguntungkan peserta didik karena dalam proses pembelajarannya inkuiri lebih menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik secara seimbang sehingga apa yang dipelajari peserta didik di kelas akan lebih mudah dipahami dan diingat.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.15 Pengalaman merupakan sumber dari keterampilan, dengan mengalami proses pembelajaran secara langsung dapat mengembangkan kompetensi peserta didik.

Seringkali kata belajar didefinisikan sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-penglaman. Namun, dalam bahasa sederhana kata belajar dimaknai sebagai menuju ke arah yang lebih baik dengan cara sistematis.16 Banyak sekali pendapat-pendapat para ahli yang berbicara tentang pendidikan. Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan menafsirkan tentang belajar. Perumusan dan tafsiran tersebut tentunya berbeda satu sama lain.

15

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010), h. 27 16

Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 4.


(32)

Di kalangan psikolog terdapat keberagaman cara dalam mendefinisikan tentang makna belajar. Namun baik secara eksplisit maupun implisit, pada akhirnya memiliki kesamaan makna. Salah satu definisi yang nyaris disepakaati bersama adalah bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.17 Perubahan-perubahan perilaku tersebut terjadi karena intensitas pengalaman , praktik, atau latihan yang sering dilakukan di sekolah sehingga perubahan perkembangan kepribadian peserta didik bukan terjadi secara kebetuan melainkan terjadi dari hasil belajar. Perubahan-perubahan itu menuju ke arah positif, sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru dan dapat berpengaruh baik terhadap kelangsungan hidupnya kelak.

Sedangkan dalam buku Psikologi (Pengantar Pemahaman diri dan lingkungan) yang ditulis oleh Zikri Neni Iska, belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada prilaku yang saat ini nampak, tetapi kemungkinan terjadi pada masa mendatang. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman.

Ada orang yang beranggapan belajar itu adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Biasanya orang yang beranggapan seperti itu, akan bangga ketika ia telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapt dalam buku teks. Di samping itu, ada pula yang

17


(33)

beranggapan bahwa belajar sebagai latihan belaka seperti latihan membaca dan menulis. Sedangkan jika kita renungkan baik-baik kita akan mengetahui bahwa sesungguhnya belajar adalah merupakan kegiatan yang berproses dan sebagai unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis jenjang pendidikan.18 Hal itu dapat diartikan bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang beralngsung antara guru dan siswa di dalam kelas.

Belajar menurut pendapat tradisional adalah menambah dan mengumpulakan sejumlah pengetahuan, dalam hal ini yang dipentingkan adalah pendidikan intelektual. Sedangakan menurut para ahli pendidikan modern yang merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai berikut: 19

a) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975) mengemukakan, “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya secara berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respons pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

b) Gagne, dalam buku The Condition of Learning (1977) menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersam-sama

18

Abdul Rahman Shaleh. Psikologi ;Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, h. 206

19


(34)

dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. c) Morgan, dalam buku Introduction to Psychologi (1978)

mengemukakan: Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Dari definisi-definisi yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku yang lebih baik atau mungkin juga lebih buruk malalui latihan dan pengalaman selama proses belajar berlangsung.

2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar atau sering disebut juga Prestasi belajar. Kata prestasi berasal dari Bahasa Belanda prestatie, kemudian di dalam Bahasa Indonesia disebut prestasi, diartikan sebagai hasil usaha. Prestasi banyak digunakan di dalam berbagai bidang dan diberi pengertian sebagai kemampuan, keterampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.20 Hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik.

20

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 102


(35)

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.21 Hasil-hasil belajar tersebut mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dari uraian di atas dapat diambil pengertian yang cukup sederhana. Hasil belajar adalah hasil atau sesuatu yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik sebagai hasil dari aktivitas atau proses dalam belajar.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Perolehan hasil belajar antarsiswa tidak sama karena banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:22

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri siswa yang meliputi:

1)Faktor fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang dalam keadaan kurang sehat dan kekurangan

21

Agus Suprijono, Cooperatif Learning: Teori Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h. 5

22

Yudi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 24


(36)

gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat mengantuk, dan akhirnya tidakmudah menerima pelajaran.

2)Faktor psikologis

Setiap peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda dan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing. Beberapa faktor yang termasuk ke dalam psikologis antara lain meliputi

a) Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan peserta didik dalam menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, dan kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan sangat cepat.

b) Perhatian

Keaktifan peserta didik yang terfokus keapada suatu objek. Oleh karena itu, guru harus memberikan objek-objek yang menarik agar mendapat perhatian penuh dari peserta didik. c) Minat dan bakat

Minat dan bakat berkaitan dengan keinginan dan kemampuan peserta didik untuk belajar.


(37)

Motif dan motivasi akan mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

e) Kognitif dan daya nalar.

Daya nalar siswa pada umumnya berbeda-beda satu sama lain sehingga hasil belajar yang didapat pun berbeda pula.

b. Faktor eksternal (faktor yang terdapat dari luar diri siswa ) yang meliputi lingkungan sosial dan nonsosial.

1) Lingkungan sosial meliputi lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat sekitar rumah dan sekolah.

2) Lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah beserta saran dan prasarananya, faktor cuaca, dan alat-alat atau media belajar siswa. c. Faktor instrumental berupa sarana untuk mencapai tujuan belajar yang

telah direncanakan. Faktor-faktor ini berupa kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya bealajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan dalam mempelajari materi pelajaran.


(38)

4. Pengertian Drama

Berdasarkan etimologis istilah drama berasal dari kata dramoi (bahasa Yunani) yang berarti menirukan.23 Istilah drama ini kemudian berkembang menjadi suatu cerita (karangan) yang dipertunjukkan di atas pentas oleh para pelaku dengan perbuatan-perbuatan. Naskah drama adalah suatu cerita drama dalam bentuk dialog atau dalam bentuk tanya jawab antar pelaku. Sedangkan penyajiannya melalui dialog dan gerak para pelaku dari sebuah panggung kepada penoton. Sama halnya dengan karya sastra lain seperti cerpen, novel, dan puisi, drama pun dibentuk dari dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah hal-hal yang berada di dalam diri karya sastra (drama) sedangkan unsur ekstrinsik adalah hal-hal yang berada di luar karya sastra yang meliputi latar belakang sosial, politik, dan sejarah penulisan naskah drama.

Drama merupakan karya sastra yang dipentaskan. Dalam pementasan drama didukung oleh tokoh, watak, dialog, latar, alur, pesan, dan amanat yang merupakan unsur intrinsik dari drama. Tokoh merupakan seseorang yang menjadi pelaku cerita. Ciri khas drama berbentuk dialog. Dialog yang ditulis oleh pengarang naskah drama adalah dialog yang akan diucapkan di atas panggung. Latar diciptakan untuk menggerakkan emosi penonton. Latar meliputi latar tempat, waktu, dan ruang. Drama berisi konflik yang disajikan dalam bentuk dialog. Alur cerita merupakan rentetan peristiwa dari awal sampai akhir cerita. Seseorang harus menjiwai watak tokoh sebelum memerankan drama. Ketika memerankan drama, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Setiap kata harus

23

Tjokroatmojo, Pendidikan Seni Drama: suatu pengantar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), h. 11


(39)

diucapkan dengan jelas. Gerak-gerik dan ekspresi wajah (mimik) sesuai dengan karakter tokoh yang diperankan.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian pengaruh metode inkuiri terhadap hasil belajar siswa yang telah dilakukan oleh:

1. Ida Farida pada skripsi dengan judul Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terbimbing (structured inquiry) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Sub Konsep Difusi dan Osmosis di MAN 11 Lebak Bulus. Diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh pendekatan inkuiri terstruktur

(struktured inquiry) terhadap hasil belajar siswa pada sub konsep difusi dan osmosis.24

2. Wiwi Aliyah pada skripsi dengan judul Pengaruh Pembelajaran Penemuan Terbimbing terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Zat dan Wujudnya (Studi Kasus MTs Al-Muawanah Curug-Tangerang). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terjadi peningkatan hasil belajar pada konsep zat dan wujudnya. Skor rerata pretes sebelum dilakukan pembelajaran penemuan terbimbing adalah 43,5 dan setelah dilakukan pembelajaran penemuan terbimbing, skor rerata postest menjadi 66 dengan N Gain berada dalam kategori sedang 0,38. Hal ini menunjukkan bahwa hasil

24

Ida Farida, Pengaruh Pndekatan Inkuiri Terbimbing (structured inquiry) terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Sub Konsep Difusi dan Osmosis di MAN 11 Lebak Bulus. (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2005)


(40)

belajar siswa pada konsep zat dan wujudnya meningkat melalui pembelajaran penemuan terbimbing.25

3. Siti Rukoiyah pada skripsi dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Semarang pada Materi Pokok Segi Empat Melalui Metode Inkuiri Bersifat Open Ended Tahun Pelajaran 2006/2007. Dapat disimpulkan bahwa Melalui metode pembelajaran inkuiri bersifat open ended dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 12 Semarang pada materi pokok segi empat. Peningkatan hasil belajar ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil tes evaluasi pada setiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata kelasnya mencapai 75,5 dan siklus II meningkat menjadi 77,32. Sedangkan ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 77,3 % belum memenuhi indikator keberhasilan. Namun pada siklus II ketuntasan klasikal meningkat menjadi 86,4 % dan sudah memenuhi indikator keberhasilan. 26

D. Kerangka Berpikir

Salah satu penyebab kurangnya hasil belajar bahasa Indonesia di sekolah pada umumnya terletak pada penerapan metode pengajaran yang kurang tepat. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang aktif dan kurang termotivasi dalam proses pembelajaran. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan

25

Wiwi Aliyah, Pengaruh PembelajaranPenemuan Terbimbing terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Zat dan Wujudnya (Studi Kasus MTs Al-Muawanah Curug-Tangerang). (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010).

26

Siti Rukoiyah, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Semarang pada Materi Pokok Segi Empat Melalui Metode Inkuiri Bersifat Open Ended Tahun Pelajaran 2006/200. (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2007).


(41)

menerapkan metode inkuiri karena inkuiri lebih menekankan pada keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran inkuiri dapat berpengaruh terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa. Hal ini disebabkan dalam pelaksanaan inkuiri peserta didik dapat lebih aktif dan terlibat langsung dalam usaha memperoleh pengetahuan dan pemahaman teori-teori berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan.

Keberhasilan metode pembelajaran inkuiri didukung oleh kemampuan guru dalam bertanya dan bergantung pada motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, metode inkuiri dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

E. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah Apakah ada pengaruh dari penerapan metode pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada pokok bahasan unsur intrinsik naskah drama.

h฀ = Tidak ada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa.

ha = Ada pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa.


(42)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 22 Kota Serang pada semester Ganjil, yaitu bulan Maret-September 2011.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian27. Populasi merupakan wilayah yang terdiri dari subjek dan objek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dianalisis, dan ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa SMPN 22 Kota Serang Banten. Populasi target penelitian ini adalah siswa kelas VIII (delapan) A dan B SMP Negeri 22 Kota Serang. Sampel yang diambil adalah siswa kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan siswa kelas VIII B sebagai kelas eksperimen.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.28 Sampel pada penelitian ini tidak menggunakan seluruh siswa kelas VIII, tetapi hanya sebagian saja. Pengambilan sampel dilakukan secara representatif

27

Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI), (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), Cet. IV, h. 130.

28


(43)

(mewakili populasi). Pengambilan sampel yang representatif diperlukan teknik pengambilan sampel yang tepat.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random sederhana (Simple Random Sederhana). Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian.29 Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri-sendiri. Variabel dalam penelitian ini adalah:

a) Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi suatu kejadian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh metode pembelajaran inkuiri.

b) Variabel terikat yaitu variabel sebagai akibat dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VIII.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kontrol group pretest-posttest design, yaitu kelompok pertama diberikan perlakuan (kelompok eksperimen), dan kelompok kedua tidak diberikan perlakuan

29


(44)

(kelompok kontrol), kedua kelompok tersebut dilakukan pretest terlebih dahulu dan kemudian diberikan posttest.

Pretest dilakukan untuk mengetahui sejauhmana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan tersebut dapat dikuasai peserta didik, sedangkan posttest

dilakukan untuk mengetahui apakah semua peserta didik sudah mengatahui materi penting yang harus dikuasai.

1). Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain jenis posttes-only control design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yanng lain tidak diberi perlakuan. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.

Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1:O2) Tabel 3.1

Skema Desain Nonrandomized Pretest and Posttest Control Group Design

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan:


(45)

O2= Tes akhir (postes) untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

XI= Perlakuan pembelajaran inkuiri

X2= Perlakuan pembelajaran konvensional

b). Pengajuan Hipotesis

Pengajuan hipotesis menggunakan uji-t pada taraf signifikan α=0.05

=

− �

1

2

� �

1

1

+

1

2 Dengan

� �

=

�1−1 �1+(�2−1)�2

�1+�2−2

Keterangan:

�1

: Rata-rata data kelompok eksperimen

��†2

: Rata-rata data kelompok kontrol

� �: Nilai deviasi gabungan

�1: Banyaknya data kelompok eksperimen �2: Banyaknya data kelompok kontrol �1: Varians data kelompok eksperimen �2: Varians data kelompok kontrol


(46)

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi yang valid, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya:

1. Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto sumber penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh30. sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Kota Serang, guru, serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan penelitian.

2. Jenis Data

Data yang diambil adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar sedangkan data kualitatif diperoleh dari angket dan lembar observasi.

3. Cara Pengambilan Data

a. Tes Hasil Belajar

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2002: 127). Tes dalam penelitian ini merupakan tes prestasi atau

achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto, 2002: 128). Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur hasil belajar bahasa Indinesia siswa pada pokok bahasan unsur intristik naskah drama dengan

30


(47)

menggunakan metode inkuiri. Metode tes yang digunakan adalah pre test

dan post test.

b. Lembar Observasi

Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran siswa pada aspek psikomotorik. Selain itu Observasi juga dilakukan untuk mendapatkan data dengan mengadakan kunjungan langsung ke tempat penelitian dan mengamati keadaan sekolah, sarana, dan prasarana serta melihat proses belajar mengajar di kelas. Khususnya di SMP Negeri 22 Kota Serang, Banten.

c. Angket

Angket yaitu teknik pengumpulan data yang dibutuhkan dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk memperoleh sejumlah data tertulis dari sejumlah siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap uji coba, dan tahap pelaksanaan penelitian.

1. Tahap persiapan


(48)

b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan indikator dan ranah kognitif yang digunakan.

c. Menyusun instrumen penelitian. 2. Tahap Uji Coba

a. Instrumen diuji cobakan pada siswa kelas IX SMP Negeri 22 Kota Serang.

b. Memberi skor dan menganalisis hasil tes uji coba, untuk menentukan instrumen yang akan digunakan pada akhir penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 22 Kota Serang.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu, tes hasil belajar dan angket. Tes hasil belajar diberikan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam topik yang diajarkan. Sedangkan angket digunakan untuk melengkapi data penelitian. Angket digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa pada setiap tahapan pembelajaran selama menggunakan metode pembelajaran inkuiri.


(49)

1. Validitas

Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan keshahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur.31 Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Untuk mengetahui uji validitas isi tes, dilakukan judgement terhadap butir-butir soal yang dilakukan oleh dosen pembimbing.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson Product Moment, yaitu:32

 

 

  2 2 2

2 X N Y Y

X N Y X XY N rxy Keterangan :

R = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan

X = skor tiap butir soal

Y = skor total tiap butir soal

N = jumlah siswa

31

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 65.

32


(50)

Setelah harga koefisien korelasi diperoleh, maka dilakukan uji signifikansi untuk mengukur keberartian korelasi berdasarkan distribusi kurva normal dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus:

2

1

2 xy xy h itun g

r n r t

  

dimana:

t hitung = nilai hitung koefisien validitas

rxy = koefisien korelasi tiap butir soal

n = jumlah responden

Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai t-tabel pada signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = n - 2. Kaidah keputusannya:

Jika t hitung> t tabel berarti valid, sebaliknya;

Jika t hitung< t tabel berarti tidak valid.

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran indeks korelasinya (r) sebagai berikut:33

33


(51)

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80-1,00 Sangat tinggi

0,60-0,80 Tinggi

0,40-0,60 Cukup

0,20-0,40 Rendah

0,00-0,20 Sangat rendah

2. Reliabilitas Instrumen

Perhitungan reliabilitas tes pada penelitian ini dilakukan untuk menunjukan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya, yaitu konsisten atau tetap meski telah diujikan berkali-kali. Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus KR-20 sebagai berikut:34

               

2

2 11 1 s pq s k k r dimana: 11

r = koefisien reliabilitas internal seluruh item.

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

34


(52)

q = proporsi subjek yang menjawab item salah

q1p

Σ pq = jumlah hasil perkalian p dan q

k = banyaknya item

s = standar deviasi dari tes

Untuk mengetahui keberartian koefisien reliabilitas dilakukan uji-t, dengan rumus:

2

1

2

xy xy hitung

r n r t

  

dimana:

t hitung = nilai hitung koefisien validitas

rxy = koefisien korelasi tiap butir soal

n = jumlah responden

Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai t dari tabel pada signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = n - 2. Jika thitung> ttabel maka instrumen dikatakan baik dan dapat dipercaya.

Jika instrumen itu reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya sebagai berikut:


(53)

Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,00  r  0,20 Kecil

0,20  r  0,40 Rendah

0,40  r  0,70 Sedang

0,70  r  0,90 Tinggi

0,90  r  1,00 Sangat Tinggi

3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan persamaan:35

JS B P

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

35


(54)

Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh digunakan tabel 3.4 berikut:36

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran

0,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

4. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda yaitu:37

B B A A

J

B

J

B

DP

Keterangan:

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

36

Ibid., h. 210. 37


(55)

BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

JA = Banyaknya peserta kelas atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda sebagai berikut:38

Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

Negatif Sangat buruk, harus dibuang

0,00 – 0,20 Jelek (poor)

0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (good)

0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

H. Teknik Analisis Data

Karena didalam teknik pengumpulan data terdapat dua buah data yang berbeda yaitu data yang diperoleh dari instrumen tes dan non tes, maka terdapat dua buah teknik analisis data. Data yang dihasilkan dari instrumen tes akan

38


(56)

dianalisis dengan menggunakan analisis uji t. Sedangkan data yang dihasilkan dari instrumen nontes akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif.

1. Analisis Data Kuantitatif

Data tes yang diperoleh melalui instrumen penelitian diolah dan dianalisis agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan peneliti dan menguji hipotesis. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai ragam yang homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data sebagai berikut:

a. Pengujian Prasyarat Analisis Data Kuantitatif 1) Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat.

Adapun langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:39

a) Mencari skor terbesar dan terkecil b) Mencari nilai Rentangan (R)

terkecil

skor

terbesar

skor

R

c) Mencari Banyaknya Kelas (BK)

39

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Bandung: ALFABETA, 2009), h. 133-134.


(57)

N Log

BK13,3 (Rumus Sturgess)

d) Mencari nilai panjang kelas (i)

BK R i

f) Membuat tabulasi dengan tabel penolong

No. Kelas Interval f Nilai Tengah (xi) 2

i

x f.xi

2

.xi f

Jumlah Σ f = - - Σ f.xi= Σ 2

.xi f =

h) Mencari rata-rata (mean)

n x f x

i

j) Mencari simpangan baku (standard deviasi)

1

. 2 2

  

n n x f x f n

s i i

k) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:

1. Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5.

2. Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:

s

x Kelas Batas


(58)

3. Mencari luas 0–Z dari tabel kurva normal dari 0–Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas.

4. Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-Z, yaitu angka-angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka-angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.

5. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden.

l) Mencari chi-kuadrat hitung (χ2hitung)

  k

i fe

fe fo

1

2 2

m) Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1, dengan kriteria:

Jika χ2

hitung≥χ2tabel, artinya Distribusi Data Tidak Normal dan

Jika χ2hitung≤χ2tabel, artinya Data Berdistribusi Normal. 2) Uji Homogenitas

Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji kehomogenitasannya. Pengujian homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor


(59)

setiap variabel memiliki varians yang homogen.40 Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada penelitian ini adalah dengan uji Bartlett.

Adapun langkah-langkah uji homogenitas dengan Bartlet, yaitu:41

a) Masukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel penolong

Kelompok dk (n-1) Si LogSi dk.LogSi

Σ = Σ (n-1) = - - Σdk.LogSi =

Si = varians (kuadrat standar deviasi )

b) Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok yang ada

   1 1 i i i gabungan n S n S

c) Menghitung Log S

d) Menghitung nilai B, yaitu:

 

logS ni 1

B

e) Menghitung nilai χ2hitung

i i

hitung

ln

10

B

n

1

log

S

2

40

Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, (Jakarta: Pustaka Setia, 2006), h. 294.

41


(60)

2 1 2 1 1 1 n n S x x t g    Dengan:

ni 1logSi

dk.LogSi

Sehingga:

i

hitung

ln

10

B

dk

.

Log

S

2

f) Membandingkan χ2hitung dengan nilai χ2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n - 1, dengan kriteria sebagai berikut:

Jika χ2

hiung≥χ2tabel, berarti Tidak Homogen, dan

Jika χ2

hiung≤χ2tabel, berarti Homogen.

b. Pengujian Hipotesis

Metode statistika untuk menentukan uji hipotesis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan asumsi-asumsi statistika seperti asumsi distribusi dan kehomogenan varians. Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan varians dari data hasil penelitian serta uji hipotesis yang seharusnya digunakan adalah data berdistribusi normal dan homogen. Data berdistribusi normal dan homogen, untuk menguji hipotesis digunakan statistik parametrik yaitu uji-t sesuai persamaan berikut:42

42


(61)

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1       n n S n S n Sg Dengan: Dimana: 1

x = rata-rata skor kelompok eksperimen

2

x = rata-rata skor kelompok kontrol

g

S = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol)

2 1

S = varians kelompok eksperimen

2 2

S = varians kelompok kontrol

n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen

n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:

1) Mengajukan hipotesis, yaitu: H0, µA=µB

HA, µA>µB Keterangan:

µA : Nilai rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia yang telah diajarkan dengan metode inkuiri


(62)

µB : Nilai rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia yang diajarkan dengan metode pembelajaran konvensional.

2) Menghitung nilai thitung dengan rumus uji-t

3) Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus: dk = (n1– 1) + (n2– 1)

4) Menentukan nilai t-tabel dengan α = 0,05 5) Menguji hipotesis

Jika –ttabel < thitung< ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.

Jika thitung ≤ -ttabel atau ttabel ≤ thitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Dengan demikian terdapat pengaruh metode inkuiri terhadap hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia siswa pada pokok bahasan unsur intrinsik naskah drama.

2. Analisis Data Kualitatif

Data hasil observasi aktivitas siswa, akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum aktivitas siswa pada setiap tahapan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri selama pembelajaran berlangsung.

Teknik analisis data disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Penyesesuaian berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, yaitu data kualitatif yang diubah menjadi data kuantitatif. Dengan demikian teknik yang digunakan ialah analisis statistik sebagai persentase.


(63)

Persentase artinya presentase data setelah ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban. Rumusnya adalah:

P= F x 100 % N

Keterangan:

P = Persentase untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden

N = Number of cases

Alternatif jawaban pada setiap butir pernyataan jawaban yang dipilih siswa adalah 4 pilhihan dengan masing-masing kriteria di bawah ini:

No Pernyataan Positif Negatif

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak setuju 2 3


(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Profil SMP Negeri 22 Kota Serang

1 Nama Sekolah : SMP NEGERI 22 Kota Serang

2 Alamat : Jl. Raya Pal Enam Cikasir Ds. Kamanisan

Kec.Curug Kota Serang

3 NPSN : 20614019

Nilai Akreditasi : -

4 Nama Kepala Sekolah : H.Suwardi,S.Pd, M. Pd

Pendidikan : S2

Pelatihan yang pernah diikuti

: 1. Diklat Kepemimpinan Kepala sekolah 2. RKS/RKAS

3. TQM

4. KTSP/PTBK

Nama Guru (Tenaga Pendidik)

NO NIP/NIGB GURU

BIDANG STUDI

1 H. Suwardi, S. Pd, M. Pd 196805111994121001 I P A

2 Nurul Barokah .S, S. Pd 196910011997022003 Bahasa Inggris

3 Jindar Tamimi, S. Ag 197509092008011009 P A I

4 Yis Puji Astuti, S. Pd 197606282008012008 Bahasa

Indonesia

5 Endah Handayani, S. Pd I 197809272008012008 PAI, BTQ


(65)

7 Ade Najmuddin. S, S. Si 198108042010011001 I P A / Matematika

8 Ira Mutiarawati, S. Pd 198411272010012007 P K N

9 Vita Karolina Hays, S. Pd 198409232010012003 Matematika

10 Mila Nur’aini, S. Pd 197812072010012006 B. Indonesia / MULOK

11 Maemunah, S. Pd 198308032010012008 I P S

12 Desi Sutresni, S. Pd 197212172010012001 I P S

13 Herni Sopyani, S. Pd 197505052010012006 Seni Budaya

14 Dian Puji Lestari, S. Pd 198803252010012001 I P A

15 Zaenal Arifin, S. Pd 198106232010011004 Penjas Orkes

16 Atoillah, S. Pd T I K

17 Aan Sahroni, S. Pd Penjas Orkes

9 Nama Staf Tata Usaha (Tenaga Kependidikan)

1 Marli Kaur TU

2 Santi Sulastri Bendahara PDM

3 Ahmad Nurosid Buku induk Pegawai

Buku Induk Siswa

4 Jamin Pembantu/Pesuruh


(66)

B.Deskripsi Data

1. Hasil Pretest Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelompok Eksperimen.

Berdasarkan hasil penghitungan data penelitian hasil tes belajar, dari 35 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 75, nilai rata-rata sebesar 43.3, simpangan baku 10.09, dan varians 101.96. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil belajar bahasa Indonesia pada pretest

kelompok ekserimen dapat dilihat pada tabel dan histogram di bawah.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa

No Kelas Interval Nilai Tengah Batas Nyata f f (%)

1 30-37 33.5 29.5-37.5 12 34.28

2 38-45 41.5 37.5-45.5 11 31.42

3 46-53 49.5 45.5-53.5 7 20

4 54-61 57.5 53.5-61.5 3 8.57

5 62-69 65.5 61.5-69.5 1 2.85

6 70-77 73.5 69.5-77.5 1 2.85


(67)

Berdasarkan histogram di atas, terlihat bahwa skor pada interval 30-37 merupakan skor paling banyak diperoleh siswa kelompok eksperimen, yaitu sebanyak 34.28%. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok kelompok eksperimen yaitu 43.3. Siswa yang memperoleh skor di atas rata-rata sebanyak 14.27%, yaitu siswa pada kelas interval nomor 5 dan 6. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 85.7%, yaitu siswa pada kelas interval nomor 1,2,dan 3. Dari persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan awal siswa pada saat sebelum diadakannya proses pembelajaran sangat minim.

2. Hasil Pretest Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol.

Berdasarkan hasil penghitungan data penelitian mengenai hasil tes belajar, dari 35 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 75, nilai rata-rata sebesar 43.5, simpangan baku 14, dan varians 195.29. Untuk

0 2 4 6 8 10 12

Batas Nyata

Fr

e

ku

e

n

si

HISTOGRAM

29,5-37,5 37,5-45,5 45,5-53,5 53,5-61,5 61,5-69,5 69,5-77,5


(68)

lebih jelasnya, deskripsi data hasil belajar bahasa Indonesia pada pretest

kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel dan histogram di bawah.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa

No Kelas Interval Nilai Tengah Batas Nyata f f (%)

1 15-24 19.5 14.5-24.5 2 5.72

2 25-34 29.5 24.5-34.5 8 22.86

3 35-44 39.5 34.5-44.5 9 25.72

4 45-54 49.5 44.5-54.5 10 28.57

5 55-64 59.5 54.5-64.5 3 8.57

6 65-74 69.5 64.5-74.5 2 5.71

7 75-84 79.5 74.5-84.5 1 2.85


(69)

Berdasarkan histogram di atas, terlihat bahwa skor pada interval 45-54 merupakan skor paling banyak diperoleh siswa kelompok kontrol, yaitu sebanyak 28.57%. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok kontrol yaitu 43.5. Siswa yang memperoleh skor di atas rata-rata sebanyak 17.13%, yaitu siswa pada kelas interval nomor 4, 5, dan 6. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 82.87%, yaitu siswa pada kelas interval nomor 1, 2, dan 3.

3. Hasil Posttest Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelompok Eksperimen

Berdasarkan hasil penghitungan data penelitian mengenai hasil tes belajar, dari 35 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 90, adapun nilai rata-rata yang dicapai sebesar 61.32, simpangan baku 16.5, dan varians sebesar 274.05. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil belajar bahasa

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Batas Nyata Fr e k u e n si

HISTOGRAM

14,5-24,5 24,5-34,5 34,5-44,5 44,5-54,5 54,5-64,5 64,5-74,5 74,5-84,5


(70)

Indonesia pada posttest kelompok ekserimen dapat dilihat pada tabel dan histogram di bawah.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa

No Kelas Interval Nilai Tengah Batas Nyata f f (%)

1 45-52 48.5 44.5-52.5 8 22.86

2 53-60 56.5 52.5-60.5 10 28.57

3 61-68 64.5 60.5-68.5 4 11.43

4 69-76 72.5 68.5-76.5 7 20

5 77-84 80.5 76.5-84.5 2 5.72

6 85-93 89 84.5-93.5 3 8.57

Jumlah 35 100%

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Batas Nyata Fr e ku e n si

HISTOGRAM

44,5-52,5 52,5-60,5 60,5-68,5 68,5-76,5 76,5-84,5 84,5-93,5


(71)

Berdasarkan histogram di atas, terlihat bahwa skor pada interval 53-60 merupakan skor paling banyak diperoleh siswa kelompok eksperimen, yaitu sebanyak 28.57%. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok eksperimen yaitu 61.32%. Siswa yang memperoleh skor di atas rata-rata sebanyak 34.29%, yaitu siswa pada kelas interval nomor 4, 5, dan 6. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 65.71%, yaitu siswa pada kelas interval nomor 1, 2, dan 3.

4. Hasil Posttest Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelompok Kontrol.

Berdasarkan hasil penghitungan data penelitian mengenai hasil tes belajar, dari 35 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 80. Nilai rata-rata yang dicapai sebesar 53.2, simpangan baku 10.02, dan varians 100.49. Untuk lebih jelasnya, deskripsi data hasil belajar bahasa Indonesia pada


(72)

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa No Kelas Interval Nilai Tengah Batas Nyata f f (%)

1 35-42 38.5 34.5-42.5 6 17.14

2 43-50 46.5 42.5-50.5 8 22.86

3 51-58 54.5 50.5-58.5 10 28.57

4 59-66 62.5 58.5-66.5 9 25.71

5 67-84 75.5 66.5-84.5 2 5.72

Jumlah 35 100%

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Batas Nyata

Fr

e

ku

e

n

si

HISTOGRAM

34,5-42,5 42,5-50,5 50,5-58,5 58,5-66,5 66,5-84,5


(73)

Berdasarkan histogram di atas, terlihat bahwa skor pada interval 51-58 merupakan skor paling banyak diperoleh siswa kelompok kontrol, yaitu sebanyak 28.57%. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok kontrol yaitu 53.2. Siswa yang memperoleh skor di atas rata-rata sebanyak 31.42%, yaitu siswa pada kelas interval nomor 5 dan 6. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 68.58%, yaitu siswa pada kelas interval nomor 1, 2, dan 3.

C. Analisis Data Tes Hasil Belajar

1. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa

Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi Kriteria X2hitung ≤ X2tabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.

Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada table di bawah. Sedangkan hasil penghitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.


(74)

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas Pretest

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

N 35 35

X 43.3 43.5

S 10.09 14

X2hitung 10.5 3.23

X2tabel 11.07 11.07

Kesimpulan Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (ɑ = 0.05) dengan derajat

kebebasan (dk)=5 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari table 4.5 dapat disimpulkan bahwa data kelompok sampel penelitian kelas eksperimen dan data kelompok sampel penelitian kelas kontrol keduanya berdistribusi normal.


(75)

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas Posttest

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

N 35 35

X 61.33 53.2

s 16.5 10

X2hitung 5.28 10.56

X2tabel 11.07 11.07

Kesimpulan Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (ɑ = 0.05) dengan derajat

kebebasan (dk)=5 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa data kelompok sampel penelitian kelas eksperimen dan data kelompok sampel penelitian kelas kontrol berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Setelah uji normalitas, maka dicari nilai homogenitasnya. Nilai homogenitas dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan uji Bartlet.

Kriteria pengujian yang digunakan yaitu: Jika X2hitung ≥ X2tabel berarti tidak homogen dan jika X2hitung≤ X2tabel berarti homogen.


(76)

Hasil uji homogenitas pretest dan posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Sedangkan penghitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

a. Uji Kesamaan Data Rata-Rata Hasil Pretest

Ha : X=Y

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Ho : X≠Y

Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa pada pokok bahasan gerak: penelitian kuasi eksperimen di SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatanso

0 71 166

KONTRIBUSI PENGUASAAN UNSUR-UNSUR INTRINSIK DRAMA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 1 SALAPIAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017.

0 4 23

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TRUTH AND DARE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERIODIK UNSUR DI SMA NEGERI 1 SILAEN.

9 32 15

PENGARUH MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA PADA POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID.

0 1 23

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN FIRE-UP TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERIODIK UNSUR DI KELAS X SMA.

0 3 19

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN GAYA BERPIKIR TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 2 GEBANG KABUPATEN LANGKAT.

0 1 37

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 2 SEI BINGEI.

0 0 43

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN GAYA KOGNITIF TERHADAP HASIL BELAJAR PPKN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 2 KECAMATAN PURBA.

0 1 33

PENGARUH PENDEKATAN BERMAIN DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA : Studi eksperimen di Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandung.

0 3 54

Pembelajaran Sains Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Pada Pokok Bahasan Suhu dan Pemuaian.

0 0 50