58
4.2.2 Hasil Belajar Afektif
Penilaian ranah afektif diperoleh dari lembar observasi aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Penilaian ranah afektif menggambarkan
perasaan, minat dan sikap siswa terhadap proses pengajaran. Pada pembelajaran ini pengukuran aktivitas afektif siswa kelas experimen dilakukan dengan 5 aspek
diantaranya adalah kehadiran dikelas, kedisiplinan mengikuti pembelajaran, kejujuran dalam pembelajaran, perhatian mengukuti pelajaran dan kerapian.
Sedangkan pengukuran aktivitas afektif pada siswa kelas kontrol dilakukan dengan 4 aspek diantaranya adalah kehadiran dikelas, kedisiplinan mengikuti
pembelajaran, kejujuran dalam pembelajaran, dan perhatian mengukuti pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hasil belajar ranah afektif
sudah mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Peningkatan hasil belajar afektif ini terjadi karena siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Siswa
antusias dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan karena selama siswa belajar, suasana kelas dibuat berbeda dari biasanya, yaitu siswa
diajak belajar sambil bermain menggunakan mainan. Bermain dapat membuat siswa belajar dengan nyaman dan tidak merasa tertekan. Dengan demikian
partisipasi siswa dalam kegiatan semakin bertambah dan siswa semakin bersemangat untuk belajar sains. Hal ini dibuktikan dengan aspek partisipasi
dalam kegiatan semakin meningkat dan sudah mencapai indikator yang ditetapkan. Menurut Piaget dalam Asy’ary 2006 : 42 menyatakan bahwa
pembelajaran di SD akan efektif bila siswa ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Sikap siswa yang semakin positif ini, akan menjadi pemicu rasa
59
suka dan keterlibatan siswa terhadap belajar. Rasa suka siswa ini akan membuat siswa semakin antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, dengan demikian
perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran juga semakin bertambah. Menurut Slameto 2003: 181 Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap hal yang disukainya. Dapat diketahui pencapaian nilai pada kelas eksperimen pada pertemuan I
sebesar 83,48 sedangakan pada kelas kontrol 76,52. Pencapaian sebesar untuk kelas experimen 84,09 dan kelas kontrol sebesar 83,95 pada pertemuan II.
Sedangkan pada pertemuan III pada kelas experimen 85,00 sedangkan untuk kelas kontrol pencapaian sebesar 83,45.
Dari hasil pencapaian yang didapatkan kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan hasil yang berbeda. Dari hasil pencapaian aktivitas belajar yang
meliputi aktivitas fisik dan sikap kelas eksperimen lebih tinggi pencapaiannya dibandingkan dengan kelas kontrol.
Pada pembelajaran kelas eksperimen aktivitas fisiknya lebih tinggi karena pada kelas eksperimen siswa diberi kebebasan untuk memperoleh informasi
sendiri. Jadi siswa berusaha memperoleh informasi dengan melakukan praktikum, berkomunikasi, bekerjasama, diskusi, tanya jawab, dan saling bertukar pendapat.
Sedangkan pada kelas kontrol aktivitas fisiknya cenderung lebih rendah karena mereka hanya mendengarkan dan tanya jawab.
Pada pembelajaran di kelas eksperimen, awalnya siswa masih merasa malu untuk bertanya dan berkomunikasi antar siswa, dan kekompakan dalam
melakukan kerjasama dalam kelompok masih kurang. Melihat adanya
60
permasalahan tersebut, guru membantu siswa untuk menumbuhkan kerjasama dikelompok dengan memberi arahan tentang aktivitas mereka, sehingga membuat
siswa dapat lebih aktif dalam melakukan praktikum. Rasa kepercayaan diri siswa kelas eksperimen juga sangat baik dengan melakukan percobaan. Siswa sangat
terlihat berminat dengan melakukan percobaan dalam kelompok. Siswa berani membuat keputusan dengan menyimpulkan apa yang telah mereka peroleh
melalui praktikum kelompok, dan berani mempresentasikan hasil penyelidikan mereka di depan kelas.
Sedangkan pada kelas kontrol guru sedikit mengalami kesulitan pada pertemuan I, karena aktivitas dan minat siswa sangat kurang. Hal ini disebabkan
peserta didik belum terbiasa menyampaikan pendapat karena pembelajaran yang diterapkan sebelumnya kurang memberi kesempatan peserta didik untuk
menyampaikan pendapat. Pembelajaran yang selama ini diterapkan bersifat teacher centered yang menempatkan peserta didik sebagai penerima informasi
secara pasif Sanjaya 2006: 134. Gambaran umum dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat terlihat
bahwa aktivitas belajar tidak mengalami peningkatan yang signifikan sedangkan pada hasil belajar mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dikarenakan
pada pertemuan II dan III pada kelas kontrol yang memberikan pembelajaran bukan guru kelas yang seperti biasanya tetapi salah satu observer dalam
penelitian. Dimana anak akan cenderung lebih tertarik terhadap hal yang baru serta ingin memberikan kesan bahwa mereka bisa atau pandai. Jadi pada
pembelajaran II dan III siswa lebih aktif jika dibangingkan pertemuan I. Dari
61
pembahasan yang dikemukakan di atas didapat kesimpulan yang sama dengan Hipotesis Nol Ho yang menyatakan bahwa tidak ada perubahan aktivitas dan
perubahan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol setelah penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan
bantuan media gambar Puzzle pada pokok bahasan gaya untuk siswa SD kelas V.
4.2.3 Hasil Belajar Psikomotorik