19
5 Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain
apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Menurut Nur 2005, ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan nilai rata-rata, yaitu
Tabel 2.2 Tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan nilai rata-rata Kriteria Nilai Rata-rata
Perkembangan Penghargaan
≤ x ≤ 15 15
≤ x 16 X
≥ 17 TIM BAIK
TIM HEBAT TIM SUPER
Slavin 2009:160
2.5 Gambar Puzzle Sebagai Media Pembelajaran
Media pembelajaran sebagai salah satu faktor pendukung keberhasilan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dalam memilih
media pembelajaran, karena media yang tidak sesuai kemungkinan akan menghambat bagi tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Flamming dalam
Arsyad 2004:17 media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Selain sebagai sistem penyampaian atau
pengantar, media juga sebagai mediator atau alat yang membantu komunikasi
antara dua pihak.
Sesuai dengan usia karakteristik berfikir siswa pada tingkat SD 6-11 th yang berada pada tahap operasi-kongkrit, siswa mulai berfikir secara operasional
untuk mengklasifikasikan
benda-benda membentuk
dan menggunakan
20
keterhubungan aturan-aturan. Prinsip ilmiah sederhana dan menggunakan hubungan sebab akibat dan pada usia-usia tersebut siswa masih benar-benar dalam
usia bermain maka dalam sistem pembelajaran diperlukan suatu metode yang memberi kesempatan pada siswa untuk bermain tapi juga belajar. Oleh karena itu
dipergunakanlah suatu model atau metode permainan dengan menggunakan gambar Puzzle sebagai medianya namun tetap mengacu pada materi dan
pemahaman konsep disamping itu pada model pembelajaran ini siswa dapat berperan aktif.
Penting sekali bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Oleh karena itu, diharapkan siswa akan lebih
mudah menerima pelajaran jika materi yang disampaikan bersifat nyata misalnya melalui metode eksperimen, karena dengan menggunakan metode ini siswa
memperoleh kesempatan untuk membuktikan kebenaran teoritis secara empiris. Menurut Pujianto 2007 Guru-guru sering kali enggan bereksperimen, jarang
menerapkan metode baru yang bisa menambah ketertarikan anak didiknya belajar sains. Padahal eksperimen yang dilakukan guru-guru tidak harus memakan biaya
yang tinggi. Alat eksperiment IPA dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana, seperti mainan yang biasa anak-anak mainkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mainan anak yang biasa ditemukan di pasar, dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran sains di sekolah.
Mainan yang sudah ada dan dimainkan anak-anak indonesia sejak dulu, selain sebagai alat bermain juga memiliki fungsi edukatif. Banyak di antaranya
memiliki fungsi yang sangat baik untuk memperkenalkan mata pelajaran sains
21
kepada anak didik. Beberapa mainan sebagai media belajar sains kepada anak- anak. Di antaranya bedhil lempenan tembak-tembakan yang terbuat dari bambu,
bola bekel, mobil-mobilan, kelereng, ketapel atau plenthingan. Mainan ini bisa ditemukan di pasar-pasar. Masing-masing mainan bisa menjelaskan prinsip-
prinsip fisika secara sangat sederhana. Misalnya Bola bekel, dapat digunakan untuk menjelaskan gaya gravitasi. Adapun ketapel dan bedhil lempanan secara
sederhana dapat menjelaskan gaya tarik dan gaya dorong. Pujianto 2007 menyatakan, penjelasan mengenai fisika kepada anak-anak menggunakan mainan
harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan anak. Bila masih dalam taraf pendidikan dasar, harusnya yang diajarkan adalah permainannya.
2.6 Aktivitas Belajar Peserta Didik