61
pembahasan yang dikemukakan di atas didapat kesimpulan yang sama dengan Hipotesis Nol Ho yang menyatakan bahwa tidak ada perubahan aktivitas dan
perubahan hasil belajar yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol setelah penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan
bantuan media gambar Puzzle pada pokok bahasan gaya untuk siswa SD kelas V.
4.2.3 Hasil Belajar Psikomotorik
Pengukuran aktivitas psikomotorik siswa kelas experimen dilakukan dengan 4 aspek diantaranya adalah menyiapkan alat dan bahan, merangkai alat dan bahan,
melakukan percobaan dan menyimpulkan. Pengukuran aktivitas psikomotorik pada siswa kelas kontrol dilakukan dengan 2 aspek diantaranya adalah keaktivan
dan kesiapan. Diketahui bahwa tingkat aktivitas psikomotorik siswa menunjukkan
perbedaan yang tinggi. Pencapaian aktivitas psikomotorik kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol yaitu pada pertemuan I pencapaian kelas experimen
sebesar 81.44 sedangkan pencapaian kelas kontrol sebesar 60,14. Sedangkan pada pertemuan II untuk pencapain kelas experimen sebesar 85,04 dan
pencapaian pada kelas kontrol 64,86. Begitu pula untuk pertemuan III pada kelas experimen 90,34 sedangkan untuk kelas kontrol pencapaian sebesar
62,84. Dari hasil pencapaian yang didapatkan kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan hasil yang berbeda.
Pada pertemuan I dan II, sebagian siswa sering memainkan mainan diluar kegiatan pembelajaran. Dalam percobaan, ada beberapa siswa mengganggu teman
62
yang lain sehingga suasana gaduh tidak dapat dihindari. Untuk memperbaikinya, maka diperlukan peningkatan kemampuan guru untuk menciptakan keaktifan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini, direspon baik oleh siswa ditunjukkan dengan aspek keaktifan dalam melakukan percobaan sudah
memenuhi indikator yang ditetapkan. Awalnya siswa belum terbiasa bekerjasama dengan teman 1 kelompoknya. Hal ini ditunjukkan dengan ada beberapa
kelompok masih didominasi siswa tertentu dan yang lainnya tidak ikut andil dalam kegiatan percobaan yang dilakukan. Selain itu, siswa yang mempunyai
tingkat akademik tinggi belum bersedia membantu siswa yang mempunyai tingkat akademik dibawahnya. Padahal model pembelajaran kooperatif menuntut agar
siswa dapat bekerjasama dengan teman kelompoknya, karena model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada
pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil Saptono, 2003: 32. Upaya yang dilakukan
guru adalah siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman
sekelompoknya, berdiskusi dengan teratur, siswa yang pandai membantu yang kurang pandai, dan sebagainya. Guru mencoba mengarahkan siswa supaya lebih
aktif dalam melakukan kegiatan percobaan materi gaya, dan bekerjasama dengan baik dalam satu kelompok. Karena sains merupakan ilmu empirik yang membahas
tentang fakta dan gejala alam maka dalam pembelajarannya harus faktual, artinya tidak hanya secara verbal sebagaimana terjadi pada pembelajaran secara
tradisional Asy’ary 2006 : 22. Hal ini di respon positif oleh siswa, ditunjukkan
63
dengan aspek keaktifan siswa dalam percobaan dan kerjasama dalam kelompok sudah mencapai indikator yang ditentukan, bersamaan dengan itu sikap siswa
yang semakin lama semakin disiplin. Hal ini menunjukkan mereka telah melakukan proses belajar, menurut pendapat Menurut Darsono 2000: 24 belajar
merupakan proses yang menghendaki adanya perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Tetapi pada kelas kontrol dipertemuan III
mengalami penurunan, ini bisa diakibatkan kurangnya kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran sehinnga mempengaruhi keaktifan siswa dalam
pembelajaran. Sedangkan perubahan dan pengarahan yang dilakukan oleh guru pada kelas exprimen membawa dampak yang positif terhadap siswa. Dampak
positif tersebut diperlihatkan dengan meningkatnya perolehan rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa pada tiap pertemuan.
4.2.4 Kesiapan Siswa dan Hasil Belajar