12
pembelajaran tradisional, menempatkan siswa sebagai obyek pasif dengan beban hafalan berbagai macam konsep dan rumus-rumus.
Uraian-uraian di atas menyatakan bahwa pembelajaran sains mendasarkan kepada bagaimana siswa belajar secara aktif, maka dapat disimpulkan
pembelajaran sains merupakan proses melibatkan siswa aktif dalam suatu kegiatan sehingga siswa memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai fakta dan
konsep tentang alam.
2.2 Hasil Belajar Sains
Belajar bukanlah semata-mata mengumpulkan dan menghafalkan fakta- fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran bukan pula
sebagai latihan belaka. Gage dan Berliner dalam Patta 2006:14 menyatakan bahwa definisi belajar ada tiga kondisi yang mendapat penekanan yaitu,
perubahan, tingkah laku dan pengalaman. Hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang
dalam belajar. Hasil belajar seseorang sering tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya
melalui belajar. Namun demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Wingkel
dalam Patta
2006:15 menggolongkan
kemampuan-kemampuan yang
menyebabkan perubahan tersebut menjadi kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan, pamahaman dan penerapan, kemampuan psikomotorik yang
meliputi ketrampilan melakukan rangkaian gerak badan dalam urutan tertentu dan
13
kemampuan afektif yang meliputi sikap dan nilai yang meresapi perilaku dan tindakan.
Proses belajar mengajar di kelas mempunyai tujuan yang bersifat transaksional, artinya diketahui secara jelas dan operasional oleh guru dan siswa.
Tujuan tercapai jika siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan di dalam proses belajar mengajar tersebut. Oleh karena itu hasil belajar memerlukan
perumusan yang baik untuk dapat di evaluasi pada akhir pembelajaran. Belajar merupakan aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi anak dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan nilai. Maka hasil belajar dapat didefinisikan sebagai
tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Seperti telah diuraikan di atas, bahwa hasil belajar pada hakikatnya
merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Hasil belajar sains tentu saja perlu dikaitkan dengan tujuan
pendidikan sains yang telah dicantumkan dalam garis-garis program pengajaran sains di sekolah dengan tidak melupakan hakikat sains itu sendiri. Oleh sebab itu
tujuan pelajaran menggambarkan hasil belajar yang harus dimiliki siswa dan cara siswa memperoleh hasil belajar tersebut.
Hasil belajar sains dikelompokkan berdasarkan hakikat Sains itu sendiri yaitu dengan memadukan antara pengalaman proses Sains dan pemahaman
produk Sains. Hal ini didasarkan pada pendapat Hangerford dalam Patta 2006:18
14
yang menyatakan bahwa sains dibagi menjadi dua bagian yaitu proses dan produk. Hal ini sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa SD yang masih berada
pada fase operasional kongkrit, akan sangat memudahkan siswa jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk belajar merumuskan konsep secara induktif berdasar
fakta-fakta empiris di lapangan. Hasil belajar sains dapat juga didefinisikan sebagai perubahan tingkah
laku, sikap dan pengetahuan siswa setelah mengalami aktifitas belajar pada mata pelajaran sains. Sedangkan untuk definisi hasil belajar sains SD merupakan
segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa dalam bidang sains sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran sains. Hasil belajar biasanya
dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari satu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai mengikuti suatu program pembelajaran Patta 2006:19.
2.3 Pembelajaran Sains Menggunakan Model kooperatif STAD