Indikator Pencemaran Air Komponen Pencemar Air

Misalnya yang berasal dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong dan tempat pemerahan susu sapi. 4 Radioaktif Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir PLTN dapat pula menimbulkan pencemaran air. 3. Pertanian Dan Perkebunan Polutan air dari pertanianperkebunan dapat berupa: 1 Zat Kimia Misalnya: berasal dari penggunaan pupuk, pestisida seperti DDT, Dieldrin, dan lain-lain 2 Mikrobiologi Misalnya : Virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak dan cacing tambang di lokasi perkebunan. 3 Zat Radioaktif Berasal dari penggunaan zat radioaktif yang di pakai dalam proses pematangan buah, mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman.

2.2.3 Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air sudah tercemar menurut pernyataan Wardhana 2004, adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui: 1. Adanya perubahan suhu air 2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen Universitas Sumatera Utara 3. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air 4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan pelarut 5. Adanya mikroorganisme 6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan Tanda-tanda polusi pada air berbeda-beda, disebabkan oleh sumber dan jenis polutan yang berbeda. Menurut Fardiaz 1992, polutan air dapat dikelompokkan atas Sembilan grup berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya sebagai berikut: 1. Padatan 2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen 3. Mikroorganisme 4. Komponen organik sintetik 5. Nutrient tanaman 6. Minyak 7. Senyawa anorganik mineral 8. Bahan radoaktif 9. Panas Adapun sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukkan tingkat polusi pada air menurut Fardiaz 1992, misalnya: 1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas 2. Suhu 3. Warna, bau dan rasa 4. Jumlah padatan Universitas Sumatera Utara 5. Nilai BOD dan COD 6. Pencemaran mikroorganisme pathogen 7. Kandungan minyak 8. Kandungan logam berat 9. Kandungan bahan radioaktif

2.2.4 Komponen Pencemar Air

Berbagai jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini jika tidak disertai dengan pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan akan terjadi pencemaran air, baik secara langsung maupun secara tidak langung. Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen pencemar air ikut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Dalam Wardhana 2001, komponen pencemar air dikelompokkan sebagai berikut: 1. Bahan buangan padat Bahan buangan padat yang dimaksud adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar butiran besar maupun halus butiran kecil. Kedua macam bahan buangan padat tersebut apabila dibuang ke lingkungan air sungai maka akan dapat menyebabkan pelarutan bahan buangan padat oleh air, pengendapan bahan buangan padatan didasar air, dan pembentukan koloidal yang melayang di dalam air. Universitas Sumatera Utara 2. Bahan buangan organik Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegredasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu maka sangat bijaksana apabila bahan buangan tersebut tidak dibuang ke lingkungan air karena dapat meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air. Meningkatnya mikroorganisme pada air maka kemungkinan untuk ikut berkembangnya bakteri pathogen yang membahayakan manusia. 3. Bahan buangan anorganik Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air. Bahan buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal Pb, Arsen As, Kadmium Cd, Air Raksa Hg, Kroom Cr, Nikel Ni, Kalsium Ca, Magnesium Mg, Kobalt Co dan lain-lain. Apabila ion-ion logam yang terjadi di dalam air berasal dari logam berat maupun logam bersifat racun seperti Timbal Pb, Arsen As dan Air Raksa Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Air tersebut tidak dapat digunakan sebagai air minum. 4. Bahan buangan olahan bahan makanan Bahan buangan olahan makanan dapat juga dimasukkan kedalam bahan buangan organik, namun sengaja dipisahkan karena baunya yang menyengat Universitas Sumatera Utara hidung. Apabila bahan buangan olahan makanan yang dibuang mengandung protein dan gugus amin, pada saat didegredasi oleh mikroorganisme akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan menimbulkan bau. 5. Bahan buangan cairan berminyak Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan air. Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan buangan cairan berminyak mengandung senyawa yang volatile maka akan terjadi penguapan dan luasan permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan luasan permukaan ini tergantung pada jenis minyaknya dan waktu. Lapisan minyak yang menutupi permukaan air dapat juga terdegredasi oleh mikroorganisme namun membutuhkan waktu yang cukup lama. Lapisan minyak dipermukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara kedalam air sehingga jumlah oksigen terlarut di dalam air menjadi berkurang. Lapisan minyak juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga mengganggu fotosintesis tanaman air. 6. Bahan buangan zat kimia Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksudkan dalam kelompok ini adalah bahan pencemar air yang berupa : 1 Sabun detergen, sampo dan bahan pembersih lainnya 2 Bahan pemberantas hama insektisida Universitas Sumatera Utara 3 Zat warna kimia 4 Larutan penyamak kulit 5 Zat radioaktif 7. Bahan buangan berupa panas Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesin-mesin yang menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan baik maka panas yang terjadi harus dihilangkan. Penghilangan panas dilakukan dengan proses pendinginan air. Air pendinginaan mengambil panas yang terjadi. Apabila air yang panas tersebut dibuang kesungai maka air sungai akan menjadi panas. Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya. Dengan mengetahui jenis-jenis parameter dalam limbah, dapat ditetapkan jenis peralatan yang dibutuhkan. Berikut beberapa tahapan pengolahan air limbah. a. Prapengolahan pretreatment Pada tahap ini, saringan kasar yang tidak mudah berkarat dan berukuran kurang lebih 30x30 cm untuk debit air 100 m persegijam sudah cukup baik. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, saringan dapat dipasang secara seri sebanyak dua atau tiga saringan. Ukuran messnya besar lubang kawat tikus dapat dibandingkan dengan kawat kasa penghalang Universitas Sumatera Utara nyamuk. Saringan tersebut diperiksa setiap hari untuk mengambil bahan yang terjaring. Contoh bahan-bahan yang terjaring dapat berupa padatan terapung atau melayang yang ikut bersama air. Bahan lainnya adalah lapisan minyak dan lemak diatas permukaan. b. Pengolahan primer primary treatment Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan halus atau zat warna terlarut maupun tersuspensi yang tidak terjaring pada penyaringan terdahulu. Ada dua metode utama yang dapat dilakukan yaitu pengolahan secara kimia dan fisika. Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan bahan padatan melalui penambahan zat kimia. Reaksi yang terjadi akan menyebabkan berat jenis bahan padatan menjadi lebih besar dari pada air. Tidak semua reaksi dapat berlaku untuk semua senyawa kimia terutama senyawa organik. Pengelolaan secara fisika dilakukanmelalui pengendapan maupun pengapungan yang ditujukan untuk bahan kasar yang terkandung dalam air limbah. Pengapungan dilakukan dengan memasukkan udara ke dalam air dan menciptakan gelembung gas sehingga partikel halus terbawa bersamagelembung ke permukaan air. Sementara itu, pengendapan tanpa penambahan bahan kimia dilakukan dengan memanfaatkan kolam berukuran tertentu untuk mengendapkan partikel-partikel dari air yang mengalir di atasnya. Universitas Sumatera Utara c. Pengolahan sekunder secondary treatment Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk menghilangkan bahan organik melalui proses oksidasi biokimia. Didalam proses biologis ini, banyak digunakan reaktor lumpur aktif dan trickling filter. d. Pengolahan tersier tertiary treatment Pengolahan tersier merupakan tahap pengolahan tingkat lanjut yang ditujukan terutama untuk menghilangkan senyawa organic maupun anorganik. Proses pada tingkat lanjut ini dilakukan melalui proses fisik filtrasi, destilasi, pengapungan, pembekuan, dan lain-lain, proses kimia absorbs karbon aktif, pengendapan kimia, pertukaran ion, elektrokimia, oksidasi, dan reduksi, dan proses biologi pembusukan oleh bakteri dan nitrifikasi alga.

2.3 Merkuri Hg Menurut Fardiaz 1992, merkuri merupakan elemen alami, oleh karena itu

Dokumen yang terkait

Analisis Peran Bpr Syariah Bagi Pengembangan Ukm Di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

5 83 92

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah Studi Kasus Desa Huta Tonga AB Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal

18 143 81

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Merkuri 9Hg) pada Air Sumur Penduduk di Desa Tamiang Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

0 71 111

Pengaruh Karakteristik dan Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan para Pekerja Penambang Emas terhadap Kejadian Dermatitis Kontak di Desa Tamiang Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

3 92 80

Analisis Kandungan Merkuri Pada Air Sungai Dan Ikan Akibat Tambang Emas Tradisional Serta Tata Cara Penggunaan Merkuri oleh Penambang Emas Di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

9 137 82

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal

12 173 90

Gambaran Penyediaan Pangan dan Status Gizi Balita pada Keluarga petani di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011.

6 60 72

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Merkuri 9Hg) pada Air Sumur Penduduk di Desa Tamiang Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

0 2 7

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Sawah Studi Kasus Desa Huta Tonga AB Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing Natal

0 0 19

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal

0 0 17