4. Proses perubahan bentuk
Alur utama perubahan bentuk zat kimia di tanah dan sedimen adalah degradasi oleh mikroba walaupun fotolisis kemungkinan juga nyata.
Perubahan bentuk oleh mikroorganisme tanah sebagian besar bergantung pada beberapa faktor seperti kepekatan zat kimia, suhu, kelembaban, keadaan
anaerob, dan kandungan organik tanah yang tidak dapat secara mudah diekstrapolasi dari suatu daerah ke daerah lainya.
2.4.3 Jenis Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan lempung terikat satu sama lain oleh suatu
perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda. Tanah
yang dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain disebut lepas, misalnya tanah pasir atau yang saling melekat menjadi satu satuan
yang padu kompak dan disebut massive atau pejal Hardjowigeno, 1987. Selanjutnya menurut Hardjowigeno 1987, tanah yang berstruktur baik
mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak
dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak terbentuk, di samping itu tanah tidak mudah rusak sehingga pori-pori tanah tidak
cepat tertutup bila terjadi hujan.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah macam-macamjenis-jenis tanah yang ada di wilayah Indonesia
1. Tanah Humus.
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar
dan berkerikil. 3.
Tanah Alluvial Tanah Endapan Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang
mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah dingin.
5. Tanah Vulkanik Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanik adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah
vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi. 6.
Tanah Laterit
Universitas Sumatera Utara
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan
yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung. 7.
Tanah Mediteran Tanah Kapur Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari
pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8. Tanah Gambut Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa
Kalimantan, Papua dan Sumatera. Pada tanah kering, gerakan bahan kimia dan bakteri relatif sedikit. Gerakan ke
samping praktis tidak terjadi. Dengan pencucian yang berlebihan tidak biasa terjadi pada jamban atau tangki pembusuk, perembesan ke bawah secara vertikal hanya 3
meter. Kecepatan penyerapan zat pencemar ke dalam tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: 1.
Tekstur tanah Tekstur tanah menggambarkan ukuran partikel penyusun tanah yang sangat
menentukan berapa banyak air yang dapat ditahan oleh tanah dan seberapa mudah partikel masuk melewati lapisan tanah. Misalnya tanah berpasir dan berkerikil akan
Universitas Sumatera Utara
mempercepat laju peresapan sedangkan lapisan tanah liat yang bersifat permiabilitas akan menahanmemperlambat laju resapan.
2. Struktur dan distribusi ukuran pori-pori
Semakin besar ukuran pori akan menyebabkan makin cepat dan makin dalam meresapnya zat pencemar dalam tanah. Menurut Wagner Lanoix bahwa pola
pencemaran tanah oleh bakteri secara horizontal dapat mencapai 11 meter dan vertikal dapat mencapai 2 meter. Sedangkan pencemaran bahan kimia secara
horizontal dapat mencapai 95 meter dan secara vertikal dapat mencapai 9 meter. Faktor-faktor yang memengaruhi tercemarnya air tanah di suatu lokasi adalah:
kedalaman muka air tanah dari tempat pembuangan limbah, penyerapan tanah dilihat dari ukuran butir, arah dan kemiringan muka air tanah, permeabilitas tanah, jarak
horisontal antara sumber pencemar dengan sumur. Dalam menentukan lokasi sumur gali, sangat penting diperhatikan jarak
perpindahan maksimum dari bahan pencemar serta arah perpindahan, yang selalu searah dengan arah aliran air tanah. Sehingga penempatan sarana pembuangan tinja
perlu memperhatikan aspek kemiringan, permeabilitas dan tinggi tanah, http:www.indonesian-publichealth.com.
2.5 Landasan Teori