1
BABBIB PENDAHULUANB
1.1 LatarBBelakangBMasalah
Kegiatan berbahasa merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya bersama manusia lain untuk berkomunikasi. Media
komunikasi yang digunakan dalam berbahasa adalah bahasa. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi sosial di masyarakat tidak akan lepas dari masyarakat itu
sendiri sebagai para penuturnya. Dalam menuturkan bahasa, setiap manusia memiliki tujuan tertentu. Misalnya, untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan
perasaan, baik yang sebenarnya maupun yang hanya bersifat imajinasi Halliday dalam Chaer dan Agustina, 2004: 17.
Bahasa berkaitan dengan keterampilan, semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya Tarigan, 2008: 1.
Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen utama, antara lain keterampilan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan
menyimak dan membaca merupakan keterampilan yang bersifat reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang
bersifat produktif. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan dan mendapatkan perhatian khusus dalam ranah pendidikan. Adapun fokus pada
penelitian ini ada pada keterampilan membaca. Membaca adalah jendela dunia, dengan membaca semua informasi dapat
ditangkap dan dicerna dengan cepat dan mudah. Menurut Tampubolon 1987: 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membaca merupakan salah satu kemampuan yang harus dibina dan dikembangkan. Atas dasar itu, sebaiknya kemampuan membaca harus dibina dan
ditingkatkan sehingga dapat menjadi sebuah budaya yang dimiliki oleh seluruh kalangan masyarakat Indonesia.
Membaca memiliki peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan umat manusia, terlebih saat ini di mana perkembangan Ipteks menuntut orang
untuk selalu cepat tanggap dalam menghadapi informasi apapun yang diperolehnya. Orang harus semakin pandai dalam mengartikan dan memaknai
berbagai informasi, jika ia ingin lebih berkembang dan maju. Kegiatan yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk memaknai informasi tersebut adalah membaca.
Bahkan ketika Nabi Muhammad SAW, akan diangkat menjadi seorang Rasul, perintah pertama yang beliau terima adalah membaca. Dalam kitab-Nya Allah
SWT berfirman yang artinya, “Bacalah dengan nama Tuhanmu” T.Q.S Al-Alaq: 1. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya kegiatan membaca.
Dalam dunia pendidikan, membaca merupakan kegiatan yang tidak dapat terlepas dan terpisahkan darinya. Roger Farr dalam Iswara, 1997: 3 mengatakan
bahwa membaca adalah jantung pendidikan. Lebih dalam lagi, membaca dapat diibaratkan sebagai urat nadinya pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa
pendidikan tidak dapat berjalan tanpa adanya kegiatan membaca. Senada dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro 2001: 247 menyebutkan
bahwa, aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam dunia pendidikan. Siswa memperoleh sebagian besar
ilmu melalui aktivitas membaca. Kemampuan dan kemauan membaca sangat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memengaruhi keberhasilan studi seseorang, terlebih mahasiswa. Mahasiswa harus
memiliki kemampuan membaca yang baik karena
hampir sebagian besar aktivitas belajarnya berupa kegiatan membaca, sehingga ia dapat lebih banyak memperoleh
informasi melalui hasil bacaannya. Kemampuan membaca yang dimaksud adalah kemampuan dalam memahami isi suatu bacaan.
Pemahaman membaca merupakan hal yang penting, karena dengannya seseorang akan lebih mudah dalam memperoleh informasi dari berbagai macam
sumber tertulis. Bagi mahasiswa, pemahaman terhadap suatu bacaan merupakan kunci sukses dalam meraih keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupan,
terkhusus di bangku perkuliahan, namun dalam kenyataan di lapangan kondisi kemampuan membaca pemahaman para mahasiswa masih cenderung rendah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment PISA di Indonesia dengan sampel penelitian
7.355 siswa, menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa Indonesia sangat memprihatinkan. Sekitar 37,6 dari siswa hanya bisa membaca
tanpa bisa menangkap maknanya, dan sebanyak 24,8 hanya bisa mengaitkan teks yang dibaca dengan satu informasi pengetahuan saja Hidayah, 2011: 33.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan membaca pemahaman mahasiswa dewasa saat ini ditunjukkan dengan referensi tugas
perkuliahan yang minim dan cenderung tidak relevan. Selain dari itu, minat mahasiswa ke perpustakaan juga tergolong rendah. Mahasiswa memanfaatkan
perpustakaan apabila menjelang ujian atau ketika mendapatkan tugas dari dosen saja ejournal.uny.ac.id
diakses pada tanggal 8 September 2015. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil observasi proses perkuliahan pada tanggal 14 April 2016 di ruang 404 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, juga menunjukkan
kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memahami isi suatu bacaan. Hal ini dapat diketahui dari sikap pasif para mahasiswa ketika mengikuti proses belajar
mengajar di kelas. Mahasiswa cenderung diam apabila diberikan kesempatan bertanya oleh dosen. Selain itu, ketika dosen memberi pertanyaan terkait materi
perkuliahan yang sedang dibahas, para mahasiswa cenderung diam dan takut untuk menjawab pertanyaan tersebut. Perilaku tersebut dapat didasari atas 2
alasan, yaitu: 1 bahwa mahasiswa tidak memahami struktur kalimat dan makna kata dalam kalimat pada bahan pembelajaran, sehingga susah memahami isi
keseluruhan bacaan serta takut untuk aktif bertanya maupun menjawab pertanyaan dan, 2 rendahnya minat baca yang dimiliki mahasiswa, sehingga malas
memperhatikan materi yang sedang dipelajari dan sibuk dengan handphone mereka sendiri.
Kebiasaan menghafal materi dan bukan memahaminya juga menjadi fenomena yang banyak terjadi di kalangan mahasiswa dewasa saat ini. Hasil
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap beberapa mahasiswa semester VI PBSI Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, menunjukkan bahwa budaya
menghafal seakan menjadi kebiasaan yang selalu dilakukan ketika akan ujian. Fenomena ini terlihat ketika masa ujian telah datang, baik ujian tengah semester
maupun ujian akhir semester. Mahasiswa cenderung membaca buku untuk menghafalkan segala materi yang ada ketimbang memahami setiap materi yang
dibaca, sehingga hasilnya ketika ujian telah berakhir, ikut berakhir pula semua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hafalan akan materi pembelajaran tersebut. Mahasiswa berparadigma bahwa nilai menjadi ujung tombak dimana paham tidak lagi menjadi skala prioritas.
Berbagai permasalahan yang telah dikemukakan di atas dapat dikarenakan berbagai faktor internal dan eksternal pembaca. Namun, yang menjadi faktor
utamanya adalah faktor internal yang berkaitan dengan motivasi, minat dan sikap dalam pribadi mahasiswa itu sendiri. Belum tumbuhnya kesadaran akan
pentingnya aktivitas membaca menjadi pemicu rendahnya minat baca. Pendidik dalam hal ini seorang dosen merupakan salah satu tokoh penting dari kemampuan
membaca pemahaman yang dimilki mahasiswa. Dalam pembelajaran di kelas, pendidik harus mampu memfasilitasi kegiatan
belajar yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mahasiswa. Dengan begitu, pendidik diharapkan mampu menularkan kebiasaan membaca
hingga dapat menjadi pendorong berseminya sebuah budaya baca dikalangan mahasiswa melalui kemampuan membaca pemahaman yang dimilkinya. Menurut
Hasan dalam N.S Sutarno, 2003: 20, pendorong bagi bangkitnya minat baca ialah kemampuan membaca, dan pendorong bagi berseminya budaya baca adalah
kebiasaan membaca, sedangkan kebiasaan membaca terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, memadai, baik jenis, jumlah,
maupun mutunya. Berdasarkan pendapat tersebut, seorang pendidik diharapkan dapat bersikap
aktif dan kreatif dalam mengembangkan suatu bahan ajar guna diterapkan sebagai strategi alternatif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman
mahasiswa. Penggunaan bahan ajar yang menarik dan beragam dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pembelajaran membaca sangat penting bagi mahasiswa untuk memperoleh informasi dalam suatu bacaan. Selain itu, ketepatan pemilihan bahan ajar akan
berdampak pada keberhasilan belajar mahasiswa serta tercapainya tujuan pembelajaran.
Mengingat pentingnya kemampuan membaca pemahaman dan penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran, perlu adanya suatu pengembangan bahan ajar
pembelajaran membaca pemahaman. Dimana dalam hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan peneliti terhadap mahasiswa semester VI kelas
G dan H PBSI Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, diketahui pula bahwa mahasiswa merasa materi tentang membaca pemahaman sangat terbatas dalam
buku-buku yang mereka miliki maupun jumpai. Dengan adanya buku teks yang khusus mengulas tentang
materi membaca pemahaman, niscaya mahasiswa akan dapat memiliki pengetahuan dan pengalaman belajar lebih dalam berkaitan
dengan aspek-aspek membaca pemahaman. Kemudian, dari pengetahuan tersebut mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam diri sehingga mampu
meningkatkan kemampuan membaca pemahamannya. Dengan memperhatikan permasalahan yang terjadi, peneliti tertarik
mengadakan penelitian guna mengembangkan bahan ajar untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa. Oleh karena itu, peneliti
akan melakukan penelitian dengan judul ”Pengembangan Modul Pembelajaran Membaca Pemahaman pada Mahasiswa Semester VI Program Studi Pendidikan
lahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta Tahun Akademik 20152016”.
1.2 RumusanBMasalahB