Tahapan Strategi KWL Pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

Budayakan Membaca

A. Pendahuluan

Membaca merupakan kegiatan yang tidak dapat terlepas dan terpisahkan dalam dunia pendidikan. Roger Farr dalam Iswara, 1997: 3 mengatakan bahwa, membaca adalah jantungnya pendidikan. Lebih dalam lagi, membaca dapat diibaratkan sebagai urat nadinya pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan tidak dapat berjalan tanpa adanya kegiatan membaca. Senada dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro 2001: 247 menyebutkan bahwa aktivitas dan tugas membaca merupakan suatu hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam dunia pendidikan. Siswa memperoleh sebagian besar ilmu melalui aktivitas membaca. Kemampuan dan kemauan membaca sangat memengaruhi keberhasilan studi seseorang. Seseorang, terlebih seorang pelajar, harus memiliki kemampuan membaca yang baik karena hampir sebagian besar aktivitas belajarnya berupa kegiatan membaca, sehingga ia dapat lebih banyak memperoleh informasi melalui hasil bacaannya. Kemampuan membaca yang dimaksud adalah kemampuan dalam memahami isi suatu bacaan. Pemahaman membaca merupakan hal yang penting karena dengannya seseorang akan lebih mudah dalam memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis. Dengan berbagai macam manfaat membaca itu, seharusnya masyarakat terkhusus para pelajar sadar akan pentingnya kegiatan membaca, namun realitanya kegiatan membaca saat ini belum menjadi sebuah budaya yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari para siswa indonesia diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Mereka lebih meminati budaya menonton dan mendengar daripada budaya membaca. Meskipun bagi segelintir siswa membaca masih merupakan suatu aktivitas yang mengasyikkan, bahkan membaca dijadikan sebagai suatu kebutuhan pokok bagi mereka. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Budayakan Membaca Namun, bagi mayoritas siswa, membaca merupakan aktivitas yang membosankan. Di era teknologi yang semakin canggih, mereka kini lebih memilih memainkan gadget-nya dan berseluncur di media sosial daripada harus membaca buku. Bahkan, meski ada yang masih setia dengan hobi membacanya, mereka lebih tertarik menggunakan aplikasi e- book untuk mempermudah meng-update buku-buku terbaru yang tengah menjadi populer dibandingkan dengan membeli buku dan terbebani ketika membawanya. Situasi ini diperkuat dengan hasil survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga, di antaranya adalah survei dari Badan Pusat Statistik BPS tahun 2012 yang mempublikasikan bahwa kegiatan membaca bagi masyarakat Indonesia belum menjadi kegiatan sebagai sumber untuk mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi 91,68 dan mendengar radio 18,75 daripada membaca 17,66. Artinya, membaca untuk mendapatkan informasi baru dilakukan oleh 17,66 dari total penduduk Indonesia. Menurut Pranowo untuk mengatasi masalah tersebut yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia adalah kemampuan membaca tingkat tinggi, yaitu membaca pemahaman dan membaca kritis untuk menguasai Iptek. Karena dengan memiliki kemampuan membaca pemahaman akan mendorong bangkitnya minat baca, sehingga dari minat baca tersebut nantinya akan menjadi pendorong munculnya kebiasaan membaca. Adapun kebiasaan membaca ini apabila terus-menerus terpelihara dengan baik tak khayal akan berseminya sebuah budaya baca di kalangan masyarakat Indonesia Fuad Hasan dalam Sutarno, 2003: 20. Berkenaan dengan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman, minat, dan kebiasaan merupakan hal yang berkaiatan dalam membentuk budaya baca. Materi membaca pemahaman dan minat baca telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya. Maka dari itu pada bab PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Budayakan Membaca ini akan diulas beberapa hal yang berkaitan dengan kebiasaan dan budaya baca itu sendiri.

B. Pengertian Kebiasaan Membaca

Menurut Tampubolon 1986: 227 apabila suatu kegiatan atau sikap, baik yang bersifat fisik maupun mental, telah mendarah daging pada diri seseorang, maka dikatakan bahwa kegiatan atau sikap itu telah menjadi kebiasaan orang itu. Dapat dipahami pula bahwa terbentuknya suatu kebiasaan tidak dapat terjadi dalam waktu singkat, tetapi pembentukan itu adalah suatu proses perkembangan yang memakan waktu relatif lama. Selain waktu, faktor keinginan dan kemauan serta motivasi perlu ada. Misalnya, jika seseorang berkeinginan “Bangun pagi jam 5” menjadi suatu kebiasaan dalam dirinya, maka pada dirinya harus terlebih dahulu ada keinginan dan kemauan untuk mulai melakukannya, dan untuk seterusnya melaksanakan hal tersebut secara teratur sehingga akhirnya kegiatan itu mendarah daging. Tetapi keinginan dan kemauan perlu diperkuat dengan adanya motivasi, misalnya dalam hal “Bagun pagi jam 5”, motivasinya ialah mencapai kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani. Di samping tiga faktor tersebut, faktor lingkungan juga berperan. Jika lingkungan tidak mendorong, dan bahkan menghambat, maka kebiasaan akan sukar atau bahkan tidak akan terbentuk meskipun ada keinginan, kemauan, dan motivasi. Dalam hubungan ini, dapat dipahami bahwa lingkungan dapat pula menimbulkan motivasi. Jika dilihat dari segi kemasyarakatan, maka dapat juga dikatakan bahwa kebiasaan ialah kegiatan atau sikap, baik fisik maupun mental, yang telah membudaya dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, suatu kebiasaan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Tampubolon, 1986: 227. Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Budayakan Membaca Sebagaimana halnya dengan kebiasaan-kebiasaan lainnya, membentuk kebiasaan membaca juga memerlukan waktu yang relatif lama. Di samping itu, faktor-faktor lainnya yang telah dikemukakan di atas juga harus ada. Dalam usaha pembentukkan kebiasaan membaca, dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu minat perpaduan antara keinginan, kemauan, dan motivasi dan keterampilan membaca. Keterampilan membaca yang dimaksud di sini ialah keterampilan membaca pemahaman sebagaimana telah dibicarakan pada bab-bab sebelumnya. Kalau minat tidak berkembang tidak ada, maka kebiasaan membaca sudah tentu tidak akan berkembang. Dapat juga terjadi bahwa minat membaca telah berkembang baik, tetapi keterampilan membaca pemahaman tidak berkembang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan membaca ialah kegiatan membaca yang terus-menerus dilakukan dalam diri seseorang. Dari segi kemasyarakatan, kebiasaan membaca ialah kegiatan membaca kegiatan membaca yang telah membudaya dalam suatu masyarakat.

C. Membentuk Kebiasaan Membaca Efissien

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, membentuk kebiasaan membaca yang efisien memakan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, Tampubolon 1986: 228 merasa bahwa usaha-usaha pembentukkan kebiasaan membaca hendaklah dimulai sedini mungkin dalam kehidupan, yaitu sejak masa anak-anak. Pada masa anak- anak, usaha pembentukan dalam arti peletakan fundasi minat yang baik dapat dimulai sejak umur ± 2 tahun, yaitu sesudah anak mulai dapat menggunakan bahasa lisan memahami apa yang dikatakan dan berbicara, meskipun masih pada taraf bahasa yang jauh dari sempurna menurut ukuran dewasa. Usaha yang dapat dilakukan pada taraf pemula ini alah merangsang daya visual dan motoris anak untuk sekadar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Analisis Kesalahan Pelafalan Bahasa Mandarin pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara.

13 131 87

Studi Komparasi Pemikiran Hasan al-Banna dan Ahmad Dahlan tentang Konsep Pendidikan Islam

6 28 106

Kamampuan mahasiswa tarjamah dalam menerjemahkan nama diri : studi kasus mahasiswa tarjamah semester VI angkatan tahun 2005-2006

0 9 119

Media pembelajaran wakuwaku Kanji Kuizu sebagai media alternatif untuk memepelajari Kanji bagi mahasiswa Tingkat I Tahun Akademik 2013/2014 Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

3 13 75

Analisis kesalahan mahasiswa dalam menulis dan membaca Kanji :(studi kasus terhadap mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra UNIKOM Tahun Akademik 2013/2014)

0 11 63

Media pembelajaran wakuwaku Kanji Kuizu sebagai media alternatif untuk memepelajari Kanji bagi mahasiswa Tingkat I Tahun Akademik 2013/2014 Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

0 12 75

SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

0 0 17

SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

0 0 104

Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

1 1 109

Strategi Kepala Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dalam Menginternalisasikan Nilai-nilai Religius Mahasiswa

0 0 24