C. Landasan Yuridis Kompetensi Guru
Kompetensi guru dituangkan secara jelas dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang berkenaan dengan kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Hal-hal yang bersifat lebih teknis dan penjabarannya
dapat diperhatikan melalui PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
D. Kompetensi Guru
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah
membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,
pengembangan pribadi dan profesionalisme Mulyasa, 2007:26. Menurut Suyanto dan Djihad Hisyam Suyanto Asep, 2013: 40
ada tiga jenis kompetensi guru, yaitu: 1.
Kompetensi profesional, yaitu memiliki pengetahuan yang luas pada bidang studi yang diajarkan, memilih dan menggunakan berbagai
metode mengajar
di dalam
proses belajar-mengajar
yang diselenggarakan;
2. Kompetensi kemasyarakatan, yaitu mampu berkomunikasi dengan
siswa, sesama guru, dan masyarakat luas dalam konteks sosial; 3.
Kompetensi personal, yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi
seorang pemimpin yang menjalankan peran: ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Lebih lanjut secara jelas telah dituangkan dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang berkenaan dengan kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik berkaitan langsung dengan penguasaan disiplin ilmu pendidikan dan ilmu lain yang berkaitan dengan tugasnya sebagai
guru. Oleh karena itu seorang calon guru harus memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang relevan dengan bidang keilmuannya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru telah menggarisbawahi 10
kompetensi inti yang harus dimiliki oleh guru yang terkait dengan standar kompetensi pedagogik. Kesepuluh kompetensi inti itu adalah
sebagai berikut: a
Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual.
Peserta didik yang dilayani oleh guru adalah individu- individu yang unik. Mereka bukanlah sekelompok manusia yang
dapat dengan mudah diatur, didikte, diarahkan atau diperintah menurut kemauan guru. Mereka adalah subjek yang memiliki latar
belakang, karakteristik, keunikan, kemampuan yang berbeda-beda. Karena itu pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan
berbagai aspek perkembangannya dan faktor-faktor yang memengaruhinya merupakan syarat mutlak bagi guru agar guru
dapat berhasil dalam pembelajarannya Marselus, 2001: 30. b
Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Tugas utama guru adalah memengaruhi siswa bisa belajar. Karena itu tidak terelakkan bahwa guru juga harus menguasai
dengan baik teori-teori belajar, dan bagaimana teori-teori itu diaplikasikan
dalam pembelajaran
melalui model-model
pembelajaran tertentu. Secara umum ada tiga teori belajar yang masih berpengatuh sampai saat ini yakni teori-teori behaviorisme,
teori-teori kognitivisme, dan teori-teori humanistic-konstruktivis. Ketiga teori ini meletakkan dasar bagi berbagai model
pembelajaran yang ada saat ini marselus, 2011: 32. Selain menguasai teori-teori belajar dan pembelajaran, guru
juga harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Menurut T. Raka Joni, pembelajaran yang mendidik adalah
pembelajaran yang tidak hanya berupa penerusan informasi, melainkan pembelajaran yang lebih banyak memberikan peluang
bagi peserta didik untuk pembentukan kecerdasan, pemerolehan pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti guru harus lebih
mengedepankan peran siswa sebagai subjek aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang
mendidik juga
berarti pembelajaran
yang memberikan
pengalaman-pengalaman bermakna yang tidak hanya berguna untuk kepentingan sesaat
seperti untuk menyelesaikan soal tes agar bisa lulus, tetapi pembelajaran yang memberikan kemampuan bagi siswa untuk bisa
belajar sepanjang hayat learning how to learn Marselus, 2011: 34.
c Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran
atau bidang pengembangan yang diampu. Pemahaman kurikulum harus selalu mengalami perubahan
dan perkembangan di dunia pendidikan. Diskursus kurikulum menjadi perhatian penting para pakar pendidikan, termasuk guru
yang dianggap sebagai pelaku kurikulum secara teknis dalam proses pembelajaran. Menurut Zamroni, salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan adalah mempertimbangkan dua model, yaitu memperkuat hidden curriculum dan mengembangkan
teknik refleksi diri self-reflection Janawi, 2011: 75. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
Untuk memunculkan pembelajaran yang mendidik, berbagai pendekatan telah dilakukan oleh pendidik, sekolah dan
penentu kebijakan. Sebelum guru menyelenggarakan teknik pembelajaran yang mendidik, setiap guru harus memahami tujuan
belajar itu sendiri. e
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.
Menurut Nana Sudjana, belajar dan mengajar sebagai suatu proses, mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan
pengajaran instruksional, pengalaman proses belajar mengajar, dan hasil belajar Janawi, 2011: 86. Tujuan Instruksional Khusus
TIK menjadi dasar awal kegiatan pembelajaran. Proses pencapaian pembelajaran diukur melalui proses pertama, yakni
tercapai atau tidak TIK itu sendiri. Jika TIK tercapai, maka tujuan- tujuan berikutnya akan mengarah pada tujuan akhir pendidikan,
yakni proses perubahan perilaku peserta didik behavioral changing. TIK dalam proses belajar mengajar menjadi tujuan
operasional dari setiap pembelajaran yang terfokus pada mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu perumusan TIK tetap mengacu
kepada pencapaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagaimana yang diungkapkan dalam Taxonomy Bloom.
f Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Siswa sebagai individu memiliki berbagai bakat dan
kemampuan yang beragam. Karena itu tugas guru adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar berbagai potensi dan
kemampuan yang beragam itu dapat dikembangkan secara optimal. Salah satu wahana untuk mengembangkan kemampuan, potensi,
bakat atau minat siswa adalah melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di
ruang kelas, tetapi juga harus menjadi fasilitator belajar di luar ruang kelas pada situasi-situasi non pembelajaran. Melalui kegiatan
pengembangan minat, bakat dan kemampuan siswa ini, para siswa merasa dihargai dan memiliki peluang untuk mengembangkan
kemampuannya secara optimal tanpa dihambat oleh berbagai kegiatan-kegiatan akademik pelajaran semata Marselus, 2011: 38.
g Berkomunikasi secara efektif, empati, dan santun dengan peserta
didik. Agar guru dapat berinteraksi dengan siswa dan dapat
melaksanakan pembelajarannya secara efektif, kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu prasayaratnya. Guru harus
bisa berkomunikasi secara efektif dengan siswa agar pesan-pesan pembelajaran dapat dipahami, dihayati atau diamalkan oleh para
siswa Marselus, 2011: 39. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
h Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Supranata dan Hatta dalam Janawi mengartikan evaluasi atau penilaian merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan
fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu
informasi tentang peserta didik Janawi, 2011: 90. Pada umumnya evauasi dapat dijadikan sebagai proses umpan balik feedback
process. Pertama, evalusi menjadi dasar untuk melakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan anak baik pada tiap proses
pembelajaran, semester, dan tahunan. Dalam dunia pendidikan, evaluasi tetap harus dilakukan. Melalui evaluasi inilah, tujuan
pembelajaran dapat diketahui berhasil atau tidaknya, mencapai sasaran atau tidak. Kedua, evaluasi menjadi umpan balik baik bagi
guru maupun anak. i
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Tindakan reflektif menjadi acuan peningkatan kualitas pendidikan, lebih khusus lagi kualitas proses pembelajaran.
Tindakan ini sering dilupakan oleh para guru dan pelaku dunia persekolahan. Padahal dalam paradigma dunia pendidikan modern,
tindakan reflektif menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri Janawi, 2011:
95. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar tenaga pendidik. Ia akan disebut profesional, jika ia mampu menguasai
keahlian dan keterampilan teoritik dan praktik dalam proses pembelajaran. Kompetensi ini cenderung mengacu kepada kemampuan
teoritik dan praktik lapangan. Kompetensi profesional sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan terkait penguasaan terhadap struktur keilmuan dari mata pelajaran yang diasuh secara luas dan
mendalam, sehingga dapat membantu guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan atau keterampilan secara optimal. Secara lebih
spesifik menurut Permendiknas N0.162007, standar kompetensi ini dijabarkan ke dalam lima kompetensi inti yakni:
a Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu. b
Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu.
c Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
d Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif. e
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
3. Kompetensi Kepribadian
Kemampuan ini meliputi kemampuan personalitas, jati diri sebagai seorang tenaga pendidik yang menjadi panutan bagi peserta
didik. Kompetensi inilah yang selalu menggambarkan prinsip bahwasannya guru adalah sosok yang patut digugu dan ditiru. Menurut
Permendiknas No. 162007. Kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup lima kompetensi utama yakni: a bertindak sesuai dengan
norma agama, hokum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, b menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, c menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, d
menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan e menjunjung tinggi kode
etik profesi guru.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru berinteraksi dengan peserta didik dan orang yang ada di sekitar dirinya. Modal
interaksi berupa komunikasi personal yang dapat diterima oleh peserta didik dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Dalam konteks ini
hendaknya guru memiliki strategi dan pendekatan dalam melakukan komunikasi yang cenderung bersifat horizontal. Guru yang profesional
juga memiliki kompetensi sosial yang dapat diandalkan. Kompetensi ini Nampak dalam kemampuannya untuk berinteraksi
dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berhubungan dengan orang lain secara efektif siswa, rekan guru, orang tua, kepala sekolah, dan masyarakat pada umumnya.
Permendiknas No.162007, kemampuan dalam standar kompetensi ini mencakup empat kompetensi utama yakni : a bersikap inklusif dan
bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi; b berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat; c beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki kergaman sosial budaya; d
berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
E. Karakteristik Tanggung Jawab dan Kompetensi Guru
Menurut Janawi 2011: 52-56, beberapa karakteristik tanggung jawab guru yang berhubungan dengan kompetensi guru, yaitu:
a Tanggung jawab dan kompetensi guru
Guru adalah refleksi dari sebagian manusia yang memiliki tugas dan fungsi sebagai tenaga pendidik. Seorang guru profesional
harus memnuhi persyaratan sebagai manusia, bertanggung jawab dalam bidang kependidikan. Guru selaku pendidik bertanggung jawab
untuk mentransformasikan dan mewariskan nilai-nilai dan norma- norma kepada generasi berikutnya. Transformasi tersebut menjadi
proses konversi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diupayakan terciptanya nilai-nilai baru yang sesuai dengan nilai dan norma
masyarkat. Guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila ia
memiliki kompetensi yang diperlukan untuk itu. Setiap tanggung jawab membutuhkan sejumlah kompetensi. Tanggung jawab tersebut
akan merefleksikan pribadi guru sebagai pendidik profesional yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
b Tanggung jawab moral
Setiap guru profesional berkewajiban menghayati dan mengamalkan Pancasila dan bertanggung jawab mewariskan moral.
Tanggung jawab seperti ini menjadi tanggung jawab bagi setiap guru di tanah air. Implementasinya, guru harus memiliki kompetensi dalam
bentuk kemampuan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur bangsa yang tertuang dalam Pancasila sebagai filosofi bangsa. Lebih
khusus lagi, sebagai implementasi dari nilai moral tersebut, guru harus mampu sebagai model, sebagai manusia pancasila bagi murid-
muridnya, bahkan guru harus mampu berbicara dan bergerak selaku manusia Pancasila.
c Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah
Tanggung jawab guru dalam konteks ini berarti, guru bertanggung jawab memberikan bimbingan dan pengajaran kepada
peserta didik. Bimbingan ini dapat diformulasikan dalam pembinaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kurikulum, menuntun peserta didik belajar, membina pribadi, watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan belajar, dan menilai
kemajuan belajar siswa secara berkesinambungan. Tanggung jawab guru dalam bidang pendidikan di sekolah diperkuat dengan kompetensi
yang relevan seperti kompetensi pedagogis, kepribadian, dan sosial. Kompetensi-kompetensi tersebut dibutuhkan agar guru dapat menjadi
model bagi siswa di dalam kelas. d
Tanggung jawab guru dalam masyarakat Guru yang profesional adalah guru yang mampu memerankan
dirinya dalam bermasyarakat. Di satu sisi guru adalah sosok individu sebagai warga masyarakat, dan di pihak lain guru bertanggung jawab
dalam memajukan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan memecahkan permasalahan-permasalahan
sosial, memahami nilai-nilai, norma-norma, adat istiadat, kebutuhan dan kondisi empiric masyarakat.
e Tanggung jawab dalam bidang keilmuan
Guru sebagai
ilmuwan bertanggung
jawab terhadap
pengembangan ilmu, terutama disiplin ilmu yang dimilikinya. Tanggung jawab tersebut diwujudkan dengan melakukan kajian atau
penelitian khususnya yang berkenaan dengan profesinya sebagai guru. Tanggung jawab ini selalu terabaikan oleh guru. Guru cenderung
memahami tugasnya dalam proses pembalajaran dan lupa melakukan kajian dalam proses pembelajaran.
F. Pengertian IPS