Studi komparasi kompetensi guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan NonFKIP di SMA Kota Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

STUDI KOMPARASI KOMPETENSI GURU EKONOMI SMA LULUSAN FKIP DAN NONFKIP DI SMA

KOTA YOGYAKARTA Cipluk Wido Rini Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan studi komparasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016. Populasi penelitian adalah seluruh Guru Ekonomi SMA di Kota Yogyakarta. Jumlah responden sebanyak 130 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling untuk menentukan tempat penelitian dan simple random sampling untuk menentukan jumlah sampel penelitian, serta proportional sampling untuk menentukan jumlah responden di masing-masing kelas. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif serta analisis uji Independent Sample T-tes untuk data berdistribusi normal dan Uji Mann Whitney (Z test) untuk data yang tidak berdistribusi normal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada perbedaan signifikan kompetensi pedagogik Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta; 2) ada perbedaan signifikan kompetensi profesional Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta; 3) ada perbedaan signifikan kompetensi kepribadian Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta; dan 4) ada perbedaan signifikan kompetensi sosial Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta.

Kata kunci: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, Guru Ekonomi lulusan FKIP, Guru Ekonomi lulusan non-FKIP


(2)

ABSTRACT

A COMPARATIVE STUDY OF HIGH SCHOOL ECONOMIC TEACHER COMPETENCE

GRADUATED FROM FKIP AND NONFKIP IN HIGH SCHOOLS YOGYAKARTA

Cipluk Wido Rini Universitas Sanata Dharma

2016

This research aims to examine and analyze the differences of High School economics teacher competence graduated from FKIP and non-FKIP in high schools. This type of research is a comparative study. The research was conducted from May to June 2016. Population in this research were all Economic teachers of High Schools in Yogyakarta. The total numbers of respondents were 130 students. The sampling technique was purposive sampling for determining the place where research and simple random sampling for determining the number of samples and proportional sampling for determining the number of respondents. Data analysis was applying descriptive analysis and test analysis of Independent Sample T-test for normal distribution of data and Mann Whitney test is for non-normal distribution of data.

The results show that: 1) there is a significant difference in pedagogic competence of graduate High School economic teacher graduated from FKIP and non-FKIP High Schools in Yogyakarta; 2) there is a significant difference in professional competence of High School economic teacher graduated from FKIP and non-FKIP High Schools in Yogyakarta; 3) there is a significant difference in personality competence of High School economic teacher graduated from FKIP and non-FKIP High Schools in Yogyakarta; 4) there is a significant difference in social competence of High School economic teacher graduated from FKIP and non-FKIP High Schools in Yogyakarta.

Keywords: pedagogic competence, professional competence, personality competence, social competence, teacher in economic graduate FKIP, teacher in economic graduate non-FKIP


(3)

STUDI KOMPARASI KOMPETENSI GURU EKONOMI SMA

LULUSAN FKIP DAN LULUSAN NONFKIP DI SMA

KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh : Cipluk Wido Rini

121324029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIDKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhanku Yesus Kristus

Bapak (Alm.) Sutiyo Sri Raharjo dan Mamak Kasirah

Kakakku Karyo Widadi, Sri Ngati-ati dan Ayub Widodo

Keponakanku Firdaus Raka Saputra

Seluruh Keluarga Besarku

Kekasihku Adit Kurnia Setyawan

Sahabatku Anis, Deti, Charla, Vivi, Meli, Ida, Juli, Ega, Suci

Sahabat-sahabatku Brodol Family

Sahabat-sahabat Pendidikan Ekonomi 2012


(7)

MOTTO

Iman, Pengharapan, dan Kasih

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan,

dan bertekunlah dalam doa”

(Roma 12: 12)

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia

tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan

yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan sendiri. Ia

tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia

tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita

karena kebenaran”

(1 Korintus 13: 4-6)

“Kesalahan kita yang paling bur

uk adalah terlalu sibuk

mengurusi kesalahan orang lain”


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

STUDI KOMPARASI KOMPETENSI GURU EKONOMI SMA LULUSAN FKIP DAN NONFKIP DI SMA

KOTA YOGYAKARTA Cipluk Wido Rini Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta. Penelitian ini merupakan studi komparasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016. Populasi penelitian adalah seluruh Guru Ekonomi SMA di Kota Yogyakarta. Jumlah responden sebanyak 130 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling untuk menentukan tempat penelitian dan simple random sampling untuk menentukan jumlah sampel penelitian, serta proportional sampling untuk menentukan jumlah responden di masing-masing kelas. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif serta analisis uji Independent Sample T-tes untuk data berdistribusi normal dan Uji Mann Whitney (Z test) untuk data yang tidak berdistribusi normal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada perbedaan signifikan kompetensi pedagogik Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta; 2) ada perbedaan signifikan kompetensi profesional Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta; 3) ada perbedaan signifikan kompetensi kepribadian Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta; dan 4) ada perbedaan signifikan kompetensi sosial Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta.

Kata kunci: kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, Guru Ekonomi lulusan FKIP, Guru Ekonomi lulusan non-FKIP


(11)

ABSTRACT

A COMPARATIVE STUDY OF HIGH SCHOOL ECONOMIC TEACHER COMPETENCE

GRADUATED FROM FKIP AND NONFKIP IN HIGH SCHOOLS YOGYAKARTA

Cipluk Wido Rini Universitas Sanata Dharma

2016

This research aims to examine and analyze the differences of High School economics teacher competence graduated from FKIP and non-FKIP in high schools. This type of research is a comparative study. The research was conducted from May to June 2016. Population in this research were all Economic teachers of High Schools in Yogyakarta. The total numbers of respondents were 130 students. The sampling technique was purposive sampling for determining the place where research and simple random sampling for determining the number of samples and proportional sampling for determining the number of respondents. Data analysis was applying descriptive analysis and test analysis of Independent Sample T-test for normal distribution of data and Mann Whitney test is for non-normal distribution of data.

The results show that: 1) there is a significant difference in pedagogic competence of graduate High School economic teacher graduated from FKIP and non-FKIP High Schools in Yogyakarta; 2) there is a significant difference in professional competence of High School economic teacher graduated from FKIP and non-FKIP High Schools in Yogyakarta; 3) there is a significant difference in personality competence of High School economic teacher graduated from FKIP and non-FKIP High Schools in Yogyakarta; 4) there is a significant difference in social competence of High School economic teacher graduated from FKIP and non-FKIP High Schools in Yogyakarta.

Keywords: pedagogic competence, professional competence, personality competence, social competence, teacher in economic graduate FKIP, teacher in economic graduate non-FKIP


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas pertolongan dan penyertaan-Nya kepada penulis dalam persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi ini yang berjudul “Studi Komparasi Kompetensi Guru Ekonomi SMA Lulusan FKIP dan Lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta” .

Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan serta Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M. Ed. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi.

4. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, semangat dan motivasi selama perkuliahan.


(13)

5. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan untuk ketercapaian skripsi ini.

6. Segenap Bapak/Ibu dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan, nasihat serta motivasi selama proses perkuliahan.

7. Ibu Christina Kristiani selaku tenaga administrasi Pendidikan Ekonomi yang selalu membantu dan memberikan informasi akademik selama proses perkuliahan.

8. Bapak Kepala Sekolah, Waka Humas, dan Guru Ekonomi SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 7 Yogyakarta yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Siswa-siswi kelas X MIIA 1 dan X IIS 1 SMA Negeri 2 Yogyakarta serta X-3, X-4, X-5, X-6 SMA Negeri 7 Yogyakarta yang telah bersedia membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.

10. Bapak Sutiyo Sri Raharjo dan Ibu Kasirah terkasih, yang telah memberikan banyak nasihat, semangat, motivasi serta doa kepada penulis selama proses perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

11. Kakak-kakakku Karyo Widadi dan Ayub Widodo, kakak iparku Sri Ngati-ati, keponakanku Firdaus Raka Saputra serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan motivasi dan doa selama perkuliahan.

12. Adit Kurnia Setyawan terkasih yang telah banyak memberikan nasihat, kritik, saran, kasih sayang, menemani, dan mendengarkan keluh kesah penulis dari awal hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.


(14)

13. Sahabat-sahabat brodol family, Vidia Natalia, Anggi Budi Faderika, Erlina, Fransisca Cristi, Adit Kurnia, Gardika Edi, Daniel Setyawan, Agustinus Nindya yang selalu menemani, memberikan nasihat, canda tawa, motivasi dan selalu memberikan kasih sayang kepada penulis.

14. Sahabat selama perkuliahan Nina Cahyani, Albertus Bima, Hesti Ratna, Fransiskus Sogen, Yosep Henri dan seluruh teman-teman Pendidikan Ekonomi Angkatan 2012.

15. Annisaatul Qudwah, Ida Rohyani, Charla Serlita, dan Dheti Ayu Indaryani yang telah menjadi sahabat sekaligus saudara untuk berkeluh kesah dan selalu memberikan semangat dan motivasi selama penyelesaian skripsi ini.

16. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada saya selama menempuh perkuliahan dari awal hingga penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 12 Agustus 2016 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Masalah ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 9


(16)

1. Kompetensi Guru ... 9

2. Karakteristik Tanggung Jawab dan Kompetensi Guru .... 36

B. Kerangka Berpikir ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Sumber Data ... 46

1. Data Primer ... 46

2. Data Sekunder ... 46

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 46

1. Subjek Penelitian ... 46

2. Objek Penelitian ... 46

E. Populasi,Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel... 47

1. Populasi ... 47

2. Sampel ... 47

3. Teknik Pengambilan Sampel... 49

F. Operasionalisasi Variabel ... 50

1. Variabel Kompetensi Guru ... 50

2. Variabel Kompetensi Pedagogik ... 50

3. Variabel Kompetensi Profesional ... 52

4. Variabel Kompetensi Kepribadian ... 53

5. Variabel Kompetensi Sosial ... 54


(17)

7. Variabel Kompetensi Guru Ekonomi Non FKIP ... 55

G. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Kuesioner ... 56

H. Pengujian Instrumen Penelitian ... 56

1. Uji Validitas ... 56

2. Uji Reliabilitas ... 61

I. Teknik Analisis Data ... 65

1. Analisis Deskritif ... 65

2. Uji Prasyarat ... 66

3. Pengujian Hipotesis ... 67

BAB IV GAMBARAN UMUM A. SMA N 2 Yogyakarta ... 68

1. Sejarah Berdirinya SMA N 2 Yogyakarta ... 68

2. Tujuan SMA N 2 Yogyakarta ... 72

3. Sistem Pendidikan SMA N 2 Yogyakarta ... 75

4. Kurikulum SMA N 2 Yogyakarta ... 75

5. Organisasi SMA N 2 Yogyakarta ... 83

6. Sumber Daya Manusia SMA N 2 Yogyakarta ... 84

7. Siswa Satuan Pendidikan SMA N 2 Yogyakarta ... 84

8. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA N 2 Yogyakarta ... 86

B. SMA N 7 Yogyakarta ... 86

1. Sejarah SMA N 7 Yogyakarta... 86


(18)

3. Visi dan Misi Satuan Pendidikan ... 89

4. Tujuan SMA N 7 Yogyakarta ... 90

5. Sistem Pendidikan SMA N 7 Yogyakarta ... 91

6. Kurikulum SMA N 7 Yogyakarta ... 91

7. Organisasi Sekolah SMA N 7 Yogyakarta ... 91

8. Sumber Daya Manusia SMA N 7 Yogyakarta ... 92

9. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA N 7 Yogyakarta ... 92

10. Komite Sekolah SMA N 7 Yogyakarta ... 94

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 95

1. Kompetensi Pedagogik... 97

2. Kompetensi Profesional ... 99

3. Kompetensi Kepribadian ... 101

4. Kompetensi Sosial ... 103

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data... 105

1. Uji Normalitas Data ... 105

C. Analisis Data ... 106

1. Kompetensi Guru ditinjau dari Kompetensi Pedagogik... 106

2. Kompetensi Guru ditinjau dari Kompetensi Profesional . 107 3. Kompetensi Guru ditinjau dari Kompetensi Kepribadian 110 4. Kompetensi Guru ditinjau dari Kompetensi Sosial ... 112

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 114 1. Perbedaan Kompetensi Pedagogik Guru Ekonomi Lulusan


(19)

FKIP dan Lulusan Non FKIP ... 114

2. Perbedaan Kompetensi Profesional Guru Ekonomi Lulusan FKIP dan Lulusan Non FKIP ... 116

3. Perbedaan Kompetensi Kepribadian Guru Ekonomi Lulusan FKIP dan Lulusan Non FKIP ... 119

4. Perbedaan Kompetensi Sosial Guru Ekonomi Lulusan FKIP dan Lulusan Non FKIP ... 121

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 124

B. Keterbatasan ... 125

C. Saran ... 125

Daftar Pustaka ... 128


(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jumlah Peserta Didik ……… 48 Tabel 3.2 : Kisi-kisi Kuesioner Variabel Kompetensi Pedagogik…………. 50 Tabel 3.3 : Kisi-kisi Kuesioner Variabel Kompetensi Profesional…... 52 Tabel 3.4 : Kisi-kisi Kuesioner Variabel Kompetensi Kepribadian……….. 53 Tabel 3.5 : Kisi-kisi Kuesioner Variabel Kompetensi Sosial………... 54 Tabel 3.6 : Skor Pernyataan Kompetensi Guru……….. 56 Tabel 3.7 : Hasil Pengujian Validitas Kompetensi Pedagogik……….. 58 Tabel 3.8 : Hasil Pengujian Ulang Validitas Kompetensi Pedagogik……… 59 Tabel 3.9 : Hasil Pengujian Validitas Kompetensi Profesional………. 60 Tabel 3.10 : Hasil Pengujian Validitas Kompetensi Kepribadian……… 60 Tabel 3.11 : Hasil Pengujian Validitas Kompetensi Sosial……….. 61 Tabel 3.12 : Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Kompetensi Pedagogik… 63 Tabel 3.13 : Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Kompetensi Profesional… 63 Tabel 3.14 : Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Kompetensi Kepribadian.. 64 Tabel 3.15 : Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Kompetensi Sosial……... 64 Tabel 3.16 : Kriteria Kompetensi Guru Berdasarkan PAP II……… 66 Tabel 5.1 : Responden Penelitian………. 96 Tabel 5.2 : Deskripsi Data Kompetensi Guru Lulusan FKIP……….. 96 Tabel 5.3 : Deskripsi Data Kompetensi Guru Lulusan Non FKIP…………. 97 Tabel 5.4 : Kriteria Kompetensi Pedagogik Guru Ekonomi Lulusan FKIP… 97 Tabel 5.5 : Kriteria Kompetensi Pedagogik Guru Ekonomi Lulusan


(21)

Non FKIP……….. 98 Tabel 5.6 : Kriteria Kompetensi Profesional Guru Ekonomi Lulusan FKIP.. 99 Tabel 5.7 : Kriteria Kompetensi Profesional Guru Ekonomi Lulusan

Non FKIP……… 100

Tabel 5.8 : Kriteria Kompetensi Kepribadian Guru Ekonomi Lulusan FKIP.. 101 Tabel 5.9 : Kriteria Kompetensi Kepribadian Guru Ekonomi Lulusan

Non FKIP……… 102 Tabel 5.10 : Kriteria Kompetensi Sosial Guru Ekonomi Lulusan FKIP……… 103 Tabel 5.11 : Kriteria Kompetensi Sosial Guru Ekonomi Lulusan

Non FKIP……… 104 Tabel 5.12 : Hasil Uji Normalitas………... 105 Tabel 5.13 : Hasil Uji Independent Sample T-test Kompetensi Pedagogik…… 106 Tabel 5.14 : Hasil Uji Independent Sample T-test Kompetensi Profesional…. 109 Tabel 5.15 : Hasil Uji Mann Whitney Kompetensi Kepribadian……….. 111 Tabel 5.16 : Hasil Uji Independent Sample T-test Kompetensi Sosial………. 113


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian………... 131 Lampiran II : Uji Validitas & Reliabilitas………. 140 Lampiran III : Data Induk Penelitian………. 147 Lampiran IV : Uji Normalitas Data……… 164 Lampiran V : Distribusi Frekuensi & PAP II……… 166 Lampiran VI : Pengujian Hipotesis Penelitian……… 182 Lampiran VII : Tabel Statistika……… 187 Lampiran VIII : Surat Ijin Penelitian………. 190 Lampiran IX : Profil Sekolah………. 195


(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia yang semakin meningkat menuntut pendidikan lebih berkembang karena pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan sebuah negara. Oleh karena itu, pendidikan harus dapat terencana dan terlaksana dengan baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang terencana dan terlaksana dengan baik tidak akan dapat tercapai apabila tidak ada peran dari guru-guru ataupun tenaga pendidik yang profesional dan berkualitas pula. Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah (Musfah, 2011: 3).

Profesionalitas menjadi hal yang sangat penting bagi seorang guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga pendidik. Seorang guru akan dapat dikatakan profesional apabila memiliki seperangkat kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan yang baik dan dapat diandalkan serta dipertanggungjawabkan dalam proses pembelajaran. Seperangkat kemampuan, pengetahuan dan keterampilan inilah yang disebut kompetensi. Menurut Asamani (2009:37), kompetensi menjadi syarat mutlak menuju


(24)

profesionalitas. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2006:37). Kompetensi guru profesional meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi personal/kepribadian, dan kompetensi sosial.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman guru terhadap karakteristik fisik maupun non fisik peserta didik, serta kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, mulai dari perancangan, pelaksanaan, dan mengevaluasi proses pembelajaran peserta didik. Oleh karena itu seorang calon guru (pendidik) harus memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang relevan dengan bidang keilmuannya (Janawi, 2012:47).

Penguasaan bidang keilmuan yang relevan dengan latar belakang pendidikan, menjadi sesuatu yang sangat penting agar seorang guru mampu memberikan pengetahuan yang sesuai dengan ilmu yang dikuasainya. Hal ini berkaitan dengan kompetensi guru yaitu kompetensi profesional yang merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Seorang guru akan disebut profesional, jika guru tersebut mampu menguasai keahlian dan keterampilan baik teoritik maupun praktik dalam proses pembelajaran.

Tugas seorang guru bukan hanya mampu mengajarkan keahlian dan keterampilan teoritik serta praktik kepada peserta didik, akan tetapi dibutuhkan kompetensi personalitas yang mencerminkan pribadi guru dalam


(25)

hal sikap dan perilaku baik agar menjadi teladan bagi peserta didik. meliputi kemampuan personalitas seorang guru. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Asmani, 2009: 117). Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Selain menjadi panutan dan teladan bagi peserta didik, seorang guru profesional harus memiliki kemampuan sosial yang ditunjukkan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sekitar merupakan indikator bahwa seorang guru mampu menempatkan diri dan memiliki relasi yang baik dengan lingkungan di sekitarnya, baik peserta didik, sesama guru/pendidik, wali siswa, serta lingkungan masyarakat yang akan memberikan teladan baik bagi peserta didik.

Kompetensi keguruan di atas menunjuk kualitas seorang guru dalam dunia pendidikan. Setiap guru tentu memiliki kompetensi yang berbeda dalam melaksanakan tugas keguruannya. Namun, banyak permasalahan pendidikan yang muncul akibat dari guru yang tidak berkompeten yang menyebabkan pendidikan semakin merosot dan tidak berkembang, hal ini dikarenakan belum semua guru memiliki kompetensi dalam mempertanggungjawabkan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Dijelaskan dalam kompas (7 Juli 2015) bahwa mutu guru Indonesia masih mengkhawatirkan. Dari uji kompetensi guru terhadap sekitar 1,6 juta guru, hasilnya tidak menggembirakan karena sebagian besar


(26)

nilainya dibawah 50 dari nilai tertinggi 100. Artinya, masih banyak guru memiliki mutu dan kompetensi rendah terkait dengan dunia pendidikan.

Salah satu faktor penyebab tinggi atau rendahnya kompetensi guru dapat dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki. Terdapat berbagai macam calon guru yang berasal dari lulusan sarjana dari perguruan tinggi yang memiliki kemampuan sebagai tenaga pendidik. Guru tidak hanya berasal dari sarjana lulusan pendidikan, akan tetapi sebagian guru berasal dari sarjana lulusan non-pendidikan. Kenyataannya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akhirnya melegalkan sarjana non-kependidikan untuk menjadi guru profesional. Kebijakan pemerintah membuka akses bagi sarjana non-kependidikan untuk menjadi guru ini tertuang dalam Permendikbud Nomor 87 Tahun 2013 tentang Pendidikan Profesi Guru Prajabatan (PPG). Pada dasarnya guru lulusan sarjana kependidikan (FKIP) belum berarti memiliki kompetensi baik, dan guru lulusan sarjana non-kependidikan (non-FKIP) memiliki kompetensi buruk, atau sebaliknya. Kompetensi guru ini akan tercermin melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Guru lulusan kependidikan (FKIP) dan non-kependidikan (non-FKIP) tentu memiliki kompetensi keguruan yang berbeda mengingat bahwa keduanya mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda pula. Secara teori dan pengalaman, guru lulusan FKIP lebih menguasai dan mendalami perannya sebagai tenaga pendidik sejak dalam masa perkuliahan, karena pada dasarnya sejak awal sarjana lulusan FKIP telah dibentuk untuk menjadi guru


(27)

profesional. Sedangkan guru lulusan non-FKIP lebih menguasai ilmu pengetahuan murni sesuai bidang yang dikuasainya dan tidak dipersiapkan sebagai tenaga pendidik. Namun bukan berarti bahwa guru lulusan non-FKIP tidak memiliki kompetensi sebagai seorang guru. Guru lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP memiliki kesempatan dan tugas yang sama sebagai seorang guru.

Apabila dilihat dari pemaparan mengenai kompetensi guru yang dimiliki oleh guru lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP, maka kemungkinan akan menunjukkan perbedaan antara keduanya. Alasan memilih penelitian mengenai studi komparasi kompetensi guru lulusan FKIP dan non-FKIP khususnya Guru Ekonomi dikarenakan perbedaan latar belakang pendidikan guru lulusan FKIP dan non-FKIP yang berkaitan dengan perbedaan ilmu pengetahuan, keahlian serta kerampilan yang dimiliki, namun dalam praktik mengajar keduanya memiliki tugas dan kewajiban yang sama sebagai tenaga pendidik. Mengingat pentingnya kompetensi bagi seorang guru, dan melihat fenomena bahwa guru lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP memiliki kesempatan yang sama sebagai seorang pendidik khususnya dalam mata pelajaran Ekonomi SMA, maka peneliti memilih judul “Studi Komparasi Kompetensi Guru Ekonomi SMA Lulusan FKIP dan Lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta”.


(28)

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti akan mengkaji tentang perbedaan kompetensi Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan non-FKIP. Penelitian ini memfokusan pada kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Lokasi penelitian hanya dibatasi di SMA Kota Yogyakarta. Dimana penulis membatasi tempat untuk melakukan penelitian karena diharapkan penelitian ini dapat lebih fokus dan memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan penulis dan menjadi sebuah karya ilmiah yang baik.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan signifikan kompetensi pedagogik Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di Kota Yogyakarta ? 2. Apakah terdapat perbedaan signifikan kompetensi profesional Guru

Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di Kota Yogyakarta ? 3. Apakah terdapat perbedaan signifikan kompetensi kepribadian Guru

Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di Kota Yogyakarta ? 4. Apakah terdapat perbedaan signifikan kompetensi sosial Guru Ekonomi


(29)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi pedagogik Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di Kota Yogyakarta. 2. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi profesional Guru

Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di Kota Yogyakarta. 3. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi kepribadian Guru

Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di Kota Yogyakarta. 4. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi sosial Guru

Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di Kota Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan pengetahuan kepada kepala sekolah agar lebih memperhatikan kompetensi-kompetensi yang dimiliki oleh guru-guru di sekolah khususnya dalam penelitian ini adalah Guru Ekonomi untuk dapat meningkatkan kualitas peserta didik serta mutu sekolah agar mampu menciptakan dan meluluskan peserta didik yang berkualitas.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan refleksi bagi seorang guru dalam meningkatkan kompetensi yang dimiliki


(30)

3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan masukan dan juga wawasan bagi mahasiswa baik mahasiswa dari FKIP maupun non-FKIP untuk lebih meningkatkan kompetensi yang dimiliki sebagai bekal menjadi seorang pendidik di masa yang akan datang.

4. Bagi Pembaca

Penelitian ini diharapkan akan memberikan pengetahuan kepada pembaca bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi dan profesionalitas agar mampu menciptakan peserta didik yang berkualitas. Tidak hanya kompetensi dan profesionalitas dalam hal mengajar, akan tetapi kompetensi yang berkaitan dengan perilaku dan juga hubungan sosial guru dengan lingkungan sekitar.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini memberikan pemahaman bagi peneliti selanjutnya mengenai kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru dan perbedaan kompetensi antara guru lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP sehingga akan menjadi acuan/referensi bagi penelitian selanjutnya untuk kemajuan pendidikan


(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Kompetensi Guru

a. Pengertian Kompetensi

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2006:37). Kompetensi juga diartikan sebagai suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif (Usman dalam Kunandar, 2007:51). Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 10, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keguruannya.

b. Kompetensi Guru

Menurut Mulyasa (2007: 26) kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuwan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara keseluruhan membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Kompetensi guru adalah kumpulan pengetahuan,


(32)

perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang dapat diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar (Musfah, 2011: 27)

Kompetensi guru yang dimaksudkan dalam UU No. 14 tahun 2005 adalah (Janawi 2012: 45-46) :

1) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1)

2) Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1)

3) Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik (UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 2)

c. Komponen Kompetensi

Nana Sudjana (Janawi, 2012:41) menjelaskan bahwa pembagian kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi tiga aspek, yaitu :


(33)

1) Kompetensi bidang Kognitif

Kompetensi bidang kognitif berhubungan dengan kompetensi intelektual seperti penguasaan materi, pengetahuan tentang cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, dan cara mengevaluasi hasil belajar anak.

2) Kompetensi bidang sikap

Kompetensi bidang sikap berhubungan dengan kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya, seperti sikap mencintai pekerjaannya dan lainnya.

3) Kompetensi perilaku/performance

Kompetensi ini berhubungan dengan keterampilan/perilaku guru, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu (teknologi pendidikan), dan berkomunikasi dengan anak.

Lebih lanjut menurut Roestiyah, kompetensi-kompetensi dasar yang harus dimiliki guru sebagaimana yang dilakukan pada Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (P3G), paling tidak meliputi sepuluh komponen pokok (Janawi, 2012: 40-41), yaitu:

1) Menguasai bahan, meliputi bahan bidang studi dan kurikulum sekolah, aplikasi bidang studi, menguasai bahan dan


(34)

metodologinya serta menguasai bahan untuk bidang studi yang terspesialisasi.

2) Mengelola program belajar mengajar, meliputi perumusan tujuan instruksional, menggunakan metode mengajar, memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal potensi anak, perencanaan dan pelaksanaan remedial.

3) Mengelola kelas, meliputi mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar yang serasi.

4) Menggunakan media/sumber, meliputi kemampuan mengenal, memilih dan melaksanakannya dalam proses belajar mengajar, membuatnya, pengelolaan dan menggunakan laboratorium dalam proses belajar mengajar, dan penggunaan perpustakaan sebagai sumber belajar.

5) Menguasai landasan-landasan kependidikan, seperti psikologi pendidikan, psikologi perkembangan anak dan lainnya.

6) Mengelola interaksi belajar mengajar.

7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. 8) Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.

9) Penyelenggaraan administrasi sekolah.

10) Penggunaan hasil-hasil penelitian kependidikan.

Menurut Suyanto dan Djihad Hisyam (Suyanto & Asep, 2013: 40) ada tiga jenis kompetensi guru, berikut ini penjelasannya:


(35)

1) Kompetensi profesional, yaitu memiliki pengetahuan yang luas pada bidang studi yang diajarkan, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar-mengajar yang diselenggarakan;

2) Kompetensi kemasyarakatan, yaitu mampu berkomunikasi dengan siswa, sesama guru, dan masyarakat luas dalam konteks sosial; 3) Kompetensi personal, yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan

patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran: ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Kompetensi yang dimaksudkan dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah berkenaan dengan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Kompetensi ini juga secara tegas digambarkan dalam PP No. 19 tahun 2005. Kemudian standar tersebut dipertegas dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.

Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah RI No.74 Tahun 2008 tentang Guru pada ayat (4) sampai dengan ayat (7) dirumuskan ke dalam:

1) Standar kompetensi guru pada satuan pendidikan di TK atau RA, dan pendidikan formal bentuk lain yang sederajat;


(36)

2) Standar kompetensi guru kelas pada SD atau MI, dan pendidikan formal bentuk lain yang sederajat;

3) Standar kompetensi guru mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran pada SMP atau MTs, SMA atau MA, SMK atau MAK dan pendidikan formal bentuk lain yang sederajat; dan

4) Standar kompetensi guru pada satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB dan pendidikan formal bentuk lain yang sederajat.

d. Jenis-jenis Kompetensi

Jenis-jenis kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Berikut adalah penjelasan masing-masing kompetensi tersebut: 1) Kompetensi Pedagogik

Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi ini harus diktualisasikan oleh setiap guru dalam menciptakan iklim pembelajaran yang mendidik sebagai perwujudan penguasaan kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kompetensi lainnya secara terintegrasi dan utuh (Mulyasa, 2013: 43).


(37)

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya dalam pembelajaran. Kompetensi tersebut paling tidak berhubungan dengan (Janawi, 2012:47), yaitu:

a) Menguasai karakteristik peserta didik

Siswa atau peserta didik yang dilayani oleh guru adalah individu-individu yang unik. Mereka bukanlah sekelompok manusia yang dapat dengan mudah diatur, didikte, diarahkan atau diperintah menurut kemauan guru. Mereka adalah subjek yang memiliki latar belakang, karakteristik, keunikan, kemampuan yang berbeda-beda. Karena itu pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan berbagai aspek perkembangannya dan faktor-faktor yang memengaruhinya merupakan syarat mutlak bagi guru agar guru dapat berhasil dalam pembelajarannya (Marselus, 2001: 30).

Menurut Raharjo, guru sebagai profesi memiliki karakteristik profesional minimum dan berdasarkan sintesis temuan-temuan penelitian. Beberapa karakteristik profesional minimum guru adalah; pertama, mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya; kedua, menguasai secara mendalam bahan belajar atau mata pelajaran serta cara pembelajarannya; ketiga, bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi; keempat, mampu


(38)

berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya; dan kelima, menjadi partisipan aktif masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya (Janawi, 2012: 66)

b) Menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran

Tugas utama guru adalah memengaruhi siswa bisa belajar. Karena itu tidak terelakkan bahwa guru juga harus menguasai dengan baik teori belajar, dan bagaimana teori-teori itu diaplikasikan dalam pembelajaran melalui model-model pembelajaran tertentu. Secara umum ada tiga teori belajar yang masih berpengatuh sampai saat ini yakni teori-teori behaviorisme, teori-teori-teori-teori kognitivisme, dan teori-teori-teori-teori humanistic-konstruktivis. Ketiga teori ini meletakkan dasar bagi berbagai model pembelajaran yang ada saat ini (Marselus, 2011: 32).

Selain menguasai teori-teori belajar dan pembelajaran, guru juga harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Menurut T. Raka Joni, pembelajaran yang mendidik adalah pembelajaran yang tidak hanya berupa penerusan informasi, melainkan pembelajaran yang lebih banyak memberikan peluang bagi peserta didik untuk pembentukan kecerdasan, pemerolehan pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti guru harus lebih mengedepankan peran siswa sebagai


(39)

subjek aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang mendidik juga berarti pembelajaran yang memberikan pengalaman-pengalaman bermakna yang tidak hanya berguna untuk kepentingan sesaat (seperti untuk menyelesaikan soal tes agar bisa lulus), tetapi pembelajaran yang memberikan kemampuan bagi siswa untuk bisa belajar sepanjang hayat (learning how to learn) (Marselus, 2011: 34).

c) Mengembangkan kurikulum dan rancangan pembelajaran Pemahaman kurikulum harus selalu mengalami perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan. Diskursus kurikulum menjadi perhatian penting para pakar pendidikan, termasuk guru yang dianggap sebagai pelaku kurikulum secara teknis dalam proses pembelajaran. Menurut Zamroni, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah mempertimbangkan dua model, yaitu memperkuat hidden curriculum dan mengembangkan teknik refleksi diri (self-reflection) (Janawi, 2012: 75).

Hidden curriculum adalah proses penanaman nilai-nilai dan sifat-sifat pada diri siswa. Proses tersebut dilakukan melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Guru hendaknya melakukan proses pembelajaran yangbaik menjadi panutan bagi anak didik, dan rekan sejawat. Sedangkan self-reflection adalah suatu kegiatan untuk mengevaluasi proses


(40)

belajar mengajar yang telah dilaksanakan untuk memperoleh umpan balik.

d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

Untuk memunculkan pembelajaran yang mendidik, berbagai pendekatan telah dilakukan oleh pendidik, sekolah dan penentu kebijakan. Sebelum guru menyelenggarakan teknik pembelajaran yang mendidik, setiap guru harus memahami tujuan belajar itu sendiri. Conny R. Semiawan menyatakan bahwa belajar dapat ditelaah melalui dua hal, yaitu secara mikro dan makro (Janawi, 2012: 84-85).

Secara mikro, belajar terkait dengan proses pembelajaran itu sendiri. Pengaruh negatif dapat datang dari luar dinding sekolah (lingkungan luar) ditambah pula oleh orientasi pembelaran yang ditandai oleh ciri alternatif, keterasingan anak didik dari proses belajar sesungguhnya. Proses ini biasanya terjadi karena proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah. Guru lebih dominan (mempertanggungjawabkan the body of materials), sementara anak cenderung pasif. Secara makro, pembelajaran ditinjau dari adanya analisis dua jalur dalam pendekatan sistemnya yang disebut analisis dua jalur (two road analysis). Jalur pertama (front-end: muka belakang) yaitu mencakup tiga komponen; target group analysis (siapa dan context analysis. Berkaitan


(41)

dengan bagaimana upaya menyelaraskan sasaran dan relevansinya, analisis pekerjaan dapat dilakukan dari muka (front) ke belakang (end), atau sebaliknya. Oleh karena itu untuk menyeimbangkan proses pembelajaran perlu dilakukan rancangan pembelajaran (instructional planning).

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran

Menurut Nana Sudjana, belajar dan mengajar sebagai suatu proses, mengandung tiga unsure yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar (Janawi, 2012: 86). Tujuan Instruksional Khusus (TIK) menjadi dasar awal kegiatan pembelajaran. Proses pencapaian pembelajaran diukur melalui proses pertama, yakni tercapai atau tidak TIK itu sendiri. Jika TIK tercapai, maka tujuan-tujuan berikutnya akan mengarah pada tujuan akhir pendidikan, yakni proses perubahan perilaku peserta didik (behavioral changing). TIK dalam proses belajar mengajar menjadi tujuan operasional dari setiap pembelajaran yang terfokus pada mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu perumusan TIK tetap mengacu kepada pencapaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagaimana yang diungkapkan dalam Taxonomy Bloom.


(42)

f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

Kemampuan guru lain adalah membantu peserta didik mengaktualisasikan segenap potensinya. Siswa sebagai individu memiliki berbagai bakat dan kemampuan yang beragam. Karena itu tugas guru adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar berbagai potensi dan kemampuan yang beragam itu dapat dikembangkan secara optimal. Salah satu wahana untuk mengembangkan kemampuan, potensi, bakat atau minat siswa adalah melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di ruang kelas, tetapi juga harus menjadi fasilitator belajar di luar ruang kelas pada situasi-situasi nonpembelajaran. Melalui kegiatan pengembangan minat, bakat dan kemampuan siswa ini, para siswa merasa dihargai dan memiliki peluang untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal tanpa dihambat oleh berbagai kegiatan-kegiatan akademik pelajaran semata (Marselus, 2011: 38).

g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

Kegiatan pembelajaran adalah suatu bentuk komunikasi. Karena esensi dari pembelajaran adalah interaksi antara individu-individu tertentu, sehingga terjadi pertukaran pesan (informasi, pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan


(43)

lain-lain). Agar supaya guru dapat berinteraksi dengan siswa dan dapat melaksanakan pembelajarannya secara efektif, kemampuan komunikasi merupakan salah satu prasayaratnya. Guru harus bisa berkomunikasi secara efektif dengan siswa agar pesan-pesan pembelajaran dapat dipahami, dihayati atau diamalkan oleh para siswa (Marselus, 2011: 39).

Dalam proses pembelajaran, komunikasi dibutuhkan ketika seorang guru akan menyampaikan pesan (the body of materials) kepada peserta didik. Deddy Mulyana menyebutkan, komunikasi terjadi stidaknya melalui suatu sumber yang dapat membangkitkan respon pada penerima melalui penyampaian suatu pesan. Bentuknya berupa tanda atau simbol, baik bentuk verbal (kata-kata) atau bentuk non-verbal (non kata-kata), tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa kedua belah pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama (Janawi, 2012: 89).

h) Menyelenggarakan dan memanfaatkan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar

Supranata dan Hatta dalam Janawi mengartikan evaluasi atau penilaian merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu informasi tentang peserta didik (Janawi, 2012:


(44)

90). Pada umumnya evauasi dapat dijadikan sebagai proses umpan balik (feedback process). Pertama, evalusi menjadi dasar untuk melakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan anak baik pada tiap proses pembelajaran, semester, dan tahunan. Dalam dunia pendidikan, evaluasi tetap harus dilakukan. Melalui evaluasi inilah, tujuan pembelajaran dapat diketahui berhasil atau tidaknya, mencapai sasaran atau tidak. Kedua, evaluasi menjadi umpan balik baik bagi guru maupun anak.

i) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

Tindakan reflektif dalam dunia pendidikan adalah sangat penting dilakukan. Tindakan reflektif menjadi acuan peningkatan kualitas pendidikan, lebih khusus lagi kualitas proses pembelajaran. Tindakan ini sering dilupakan oleh para guru dan pelaku dunia persekolahan. Padahal dalam paradigma dunia pendidikan modern, tindakan reflektif menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri (Janawi, 2012: 95).

Salah satu ciri dari tugas guru sebagai seorang profesional adalah kemampuan untuk merefleksikan praktiknya dan melakukan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan (Marselus, 2011: 42).


(45)

Kompetensi pedagogik harus senantiasa dimiliki dan dikembangkan oleh seorang guru. Melalui kompetensi ini, guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran dimulai dari pemahaman terhadap peserta didik sampai evaluasi belajar yang dilakukan oleh guru.

2) Kompetensi Profesional

Seorang guru harus mampu memanusiakan anak didik, dan membuat anak didik lebih mandiri dan bertanggung jawab dengan apa yang menjadi tugasnya (Janawi, 2012: 98). Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi profesional adalah kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar tenaga pendidik. Ia akan disebut profesional, jika ia mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik dan praktik dalam proses pembelajaran. Kompetensi ini cenderung mengacu kepada kemampuan teoritik dan praktik lapangan (Janawi, 2012: 48). Secara rinci, kemampuan profesional dapat dijabarkan sebagai berikut:


(46)

a) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang sesuai dan mendukung bidang keahlian/bidang studi yang diampu.

Menurut S. Nasution, orang yang menguasai bidang ilmu tertentu akan lebih sering berpikir intuitif bila dibandingkan dengan orang yangtidak menguasainya. Kemudian orang yang menguasai struktur atau seluk beluk bidang ilmu memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk berpikir intuitif (Janawi, 2012: 101). Berpikir intuitif merupakan proses pembuktian dan kajian lebih lanjut. Berpikir intuitif dalam proses pembelajaran dianggap berbeda dengan berpikir analitis. Berpikir analitis dilakukan melalui prosedur dan langkah yang bertahap. Sedangkan berpikir intuitif tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Berpikir intuitif hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan yang luas sehingga jalan pemikirannya dapat melakukan lompatan dan tidak menggunakan tahapan sebagaiamana berpikir analitis. b) Memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi (TIK) untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai bidang studi yang diampu.

Peran teknologi dan media dalam pembelajaran sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)yang mencakup tutor, tutee dan tools dalam


(47)

implementasi dan aplikasi bidangilmu lain maupun dalam pengembangan IPTEK itu sendiri. Teknologi dan media dapat banyak berperan dalam pembelajaran. Instruksi dapat tergantung pada kehadiran dan keterampilan guru, bahkan pada situasi ini media banyak digunakan oleh guru (Janawi 2012: 104).

Penggunaan teknologi dan informasi di dunia sekolah, khususnya proses pembelajaran, telah dilakukan, namun penggunaan tersebut masih cenderung pada media audio visual. Para tenaga pendidik perlu merubah paradigma teknologi dari pemahaman penggunaan pisik kepada terapan dan non pisik. c) Menguasai filosofi, metodologi, teknis, dan fraktis penelitian

dan pengembangan ilmu yang sesuai dan mendukung bidang keahliannya.

Ciri guru yang profesional adalah guru yang mampu menguasai filosofi bidang keilmuan, metodologi bidang keilmuan, dan teknis dan praktis bidang keilmuan. Tiap bidang keilmuan, secara khusus lagi mata pelajaran yang disajikan di sekolah, tentu memiliki karakteristik dan bangunan keilmuan tersendiri. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berbeda dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPS lebih memfokuskan pada ilmu-ilmu sosial. Sedangkan IPA memfokuskan pada ilmu murni, kealaman, dan cenderung eksak. Oleh karena itu dari


(48)

sisi filosofi, metodologi, dan teknis pelaksanaan serta praktisnya sangat jauh berbeda (Janawi, 2012: 119).

d) Mengembangkan diri dan kinerja profesionalitasnya dengan melakukan tindakan reflektif dan penggunaan TIK.

Tuntutan pengembangan diri bagi guru adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari, karena guru harus senantiasa berupaya untuk mengadopsi perkembangan-perkembangan baru, baik bidang teknologi informasi maupun tuntutan masyarakat. Selain faktor tersebut, karena kurikulum selalu mengalami perbaikan dan perubahan (Janawi, 2012: 120). Pengembangan diri dan kinerja profesional menjadi bagian yang tak dapat dihindari. Pengembangan diri di antaranya dapat dilakukan melalui kajian dan inovasi bidang tugas, melanjutkan studi ke jenjang berikutnya sesuai dengan bidang keilmuan yang relevan dengan tugas mengajar.

e) Meningkatkan kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat.

Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan atau menstransmisi kebudayaan. Dalam fungsi ini sekolah lebih bersifat konservatif dan berusaha mempertahankan status quo demi mempertahankan nilai-nilai yang telah berkembang dan disepakati oleh masyarakat. Akan tetapi sekolah memiliki andil besar dalam mendidik generasi


(49)

bangsa dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang cepat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Nasution dalam Janawi, 2012: 122).

Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekolah memegang peranan penting dalam melakukan perubahan. Masyarakat memberikan penghargaan yang sangat besar kepada sekolah sebagai agen perubahan. Bahkan muncul kepercayaan bahwa yang dapat menginspirasi lahirnya tatanan masyarakat baru hanyalah institusi sekolah dengan mesinnya, yang dikenal dengan “guru”. Sekolah memegang peranan penting dalam melakukan sosialisasi.

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan secara tegas bahwa hak dan kewajiban guru meliputi:

(1) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;

(2) Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

(3) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;


(50)

(5) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;

(6) Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturanperundang-undangan;

(7) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;

(8) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;

(9) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;

(10) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; (11) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi

dalam bidangnya. 3) Kompetensi Kepribadian

Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan panutan dalam seluruh segi kegidupannya. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Asmani, 2009: 117).


(51)

Kepribadian yang menarik dan mempesona sangat dibutuhkan bagi seorang tenaga pendidik karena tenaga pendidik merupakan sosok yang memberikan kontribusi besar bagi pencapaian prosespembelajaran baik dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor (Janawi, 2012: 126-127). Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Secara khusus kemampuan ini dapat dijabarkan berupa:

a) Berjiwa pendidik dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

Guru yang baik adalah guru yang mampu melakukan proses pembelajaran bersifat konstruktif. Pola dan model pembelajaran yang berpusat pada anak dan tingkat keberhasilan sangat ditentukan oleh seberapa besar mereka merasa perlu belajar dan seberapa besar mereka siap untuk belajar. Menurut Dede Rosyada, guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya hanyalah fasilitas yang dapat diberdayakan seoptimal mungkin memperoleh pengalaman dalam rangka meningkatkan kompetensi yang diinginkan melalui proses pembelajaran (Janawi, 2012: 127).

Guru tidak hanya bekerja mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga menjadi pemberi teladan nilai-nilai moral yang


(52)

dianut oleh masyarakat. Ia harus menjadi garda terdepan dalam teladan moral yang tercermin dalam sikap, perilaku dan cara hidupnya. Karakter inilah yang menyebabkan guru dianggap sebagai sebuah tugas yang istimewa dan mulia di mata masyarakat. Bertindak sesuai norma agama, norma hokum dan norma sosial serta Kebudayaan Nasional Indonesia mengharuskan guru untuk satu dalam kata dan perbuatan. Apa yang diajarkannya kepada murid haruslah menjadi sikap dan cara hidupnya yang selalu diterapkan secara konsisten (Marselus, 2011: 51).

b) Tampil sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

Tugas guru sebagai seorang pribadi profesional juga harus Nampak dalam eksistensi didirnya sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan menjadi suri teladan bagi siswa dan masyarakat (Marselus, 2011: 53).

Menjadi pribadi yang jujur berarti berani untuk mengakui kekurangan dan kelemahannya serta bersedia untuk memperbaiki diri. Tuntutan untuk menjadi pribadi yang jujur sebetulnya harus dimulai dari diri sendiri.


(53)

c) Tampil sebagai pribadi yang mantap, dewasa, stabil, dan berwibawa.

Guru juga haruslah individu yang memiliki pribadi yang stabil secara emosional sehingga mampu membimbing siswa secara efektif. Ini memprasyaratkan bahwa guru setidak-tidaknya harus memiliki kecerdasan emosional yang cukup. Kecakapan dan kemampuan yang dimilikinya baik pedagogis maupun keilmuan belumlah cukup apabila tidak dibarengi dengan kestabilan emosional guru. Menjadi pribadi yang matang secara emosional berarti guru haruslah mampu mengendalikan diri, hawa nafsu, dan kecenderungan-kecenderungan tertentu yang dimilikinya. Berhadapan dengan siswa yang berasal dari berbagai macam latar belakang, watak dan karakter, guru haruslah dapat menempatkan diri, mengelola diri dan emosinya sehingga dapat berinteraksi secara efektif dengan siswa (Marselus, 2011: 54-55).

d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga sebagai tenaga pendidik dan rasa percaya diri.

Salah satu kompetensi kepribadian guru yang tidak boleh diabaikan adalah memiliki etos kerja, tanggung jawab dan rasa percaya diri. Seorang guru harus memiliki etos kerja yang tinggi, memiliki rasa tanggung jawab, dan memiliki percaya diri. Ketiganya mutlak dimiliki dalam rangka


(54)

melaksanakan tugasnya sebagai guru seorang guru. Di samping itu, sikap-sikap tersebut akan menentukan proses pembelajaran yang edukatif. Etos kerja akan muncul jika guru mencintai profesinya dan telah menjadi bagian dari kepribadiannya. Tanggung jawab guru juga mutlak diperankan. Kemudian rasa percaya diri akan menentukan kemampuan guru dalam memerankan tugas-tugas pengabdiannya sebagai tenaga pendidik (Janawi, 2012: 133-134).

4) Kompetensi Sosial

Menurut Mulyasa (2013: 42) kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, dan masyarakat. Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru berinteraksi dengan peserta didik dan dengan orang yang ada di sekitar dirinya. Modal interaksi berupa komunikasi personal yang dapat diterima oleh peserta didik dan masyarakat yang ada disekitarnya. Dalam konteks ini hendaknya guru memiliki strategi dan pendekatan dalam melakukan komunikasi yang cenderung bersifat horizontal. Walaupun demikian, pendekatan komunikasi lebih mengarah pada proses pembentukan masyarakat belajar (learning community), (Janawi, 2012: 50). Selanjutnya, kemampuan sosial dirinci sebagai berikut:


(55)

a) Bersikap inklusif dan bertindak objektif

Bersikap dan bertindak objektif adalah kemampuan yang harus dimiliki guru agar guru selalu berkomunikasi dan bergaul dengan peserta didik. Bagi peserta didik, guru adalah sebagai pembimbing, motivator, fasilitator, penolong, dan teman dalam proses pendidikan. Bertindak objektif berarti guru juga dituntut berlaku bijaksana, arif, dan adil terhadap peserta didik. Bijaksana dan arif dalam keputusan dan pergaulan, bijak dalam bertindak, bijak dalam berkata, dan bijak dalam bersikap. Kemudian guru dituntut untuk objektif dalam berkata, objektif dalam berbuat, objektif dalam bersikap, dan objektif dalam menilai hasil belajar. Bertindak objektif dapat pula berarti bahwasannya guru sebagai figur sentral dalam proses pembelajaran (apalagi untuk tingkat awal) harus senantiasa memperlakukan peserta didik secara proporsional dan tidak akan memilih, memilah, dan berlaku tidak adil terhadap peserta didik (Janawi, 2012: 136).

b) Beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan dengan lingkungan masyarakat

Beradaptasi dengan lingkungan adalah kemampuan yang dituntut pada seorang guru. Beradaptasi dengan lingkungan berarti seorang guru perlu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, baik lingkungan sekolah maupun


(56)

lingkungan masyarakat umumnya. Di lingkungan sekolah, guru diharapkan dapat beradaptasi dengan teman-teman kolegial profesi dan menyesuaikan diri dengan anak dalam proses pembelajaran.

Beradaptasi dengan lingkungan tugas guru berarti proses adaptasi menjadi bagian terpenting dalam berkomunikasi. Adaptasi berhubungan dengan konsep diri. Sullivan dalam Janawi mengungkapkan bahwa jika diri seseorang diterima, dihormati, dan disenangi orang lain, maka ia akan menyenangi dirinya. Sebaliknya, bila oranlain selalu meremehkan, menyalahkan, dan menolak keberadaan dirinya, maka orang itu akan cenderung tidak menyenangi dirinya sendiri (Janawi, 2012: 137).

c) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan komunitas profesi sendiri maupun profesi lain, secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Kompetensi sosial dapat dilihat dalam berkomunikasi secara efektif. Guru sebagai inspirator dan motivator dalam proses pembelajaran memiliki peran penting dalam melakukan komunikasi yang efektif. Maksudnya, guru dituntut untuk berkomunikasi dan bergaul dengan kolegialnya, anak didik, dan masyarakat sekitar. Komunikasi efektif dapat terjalin jika


(57)

dilakukan saling percaya bukan saling curiga di lingkungan sosial, termasuk lingkungan belajar (Janawi, 2012: 139).

d) Berkomunikasi secara empatik dan santun dengan masyarakat luas.

Sikap empatik dan santun menjadi barometer dalam berkomunikasi. Sikap dan perilaku serta tutur bahasa akan menentukan atmosphere komunikasi. Soetjipto dalam Janawi menegaskan, seorang guru akan dikatakan profesional apabila ia memiliki citra di masyarakat. Ia layak menjadi panutan atau teladan mayarakat sekelilingnya (Janawi, 2012: 141).

Sikap empatik dan santun dapat diaplikasikan dalam cara melakukan kritik, teguran, dan nasihat. Bahasa menjadi solusi alternatif dalam menyampaikan kritik, teguran, dan nasihat tersebut. Bhkan empatik dan santun menjadi kunci keberhasilan dalam berkomunikasi baik dengan anak didik, sesama profesi, dan masyarakat. Empatik dan santun merupakan cara dan pendekatan yang dilakukan guru dalam melakukan komunikasi dengan anak, sesama kolega, dan masyarakat.

Keempat kompetensi di atas adalah kompetensi mutlak yang harus dikuasai oleh semua guru. Keempatnya menjadi kompetensi standar dan menjadi standar mutu guru (pendidik) dalam bidang standar kompetensi. Guru yang memiliki kompetensi standar dianggap


(58)

mampu mengembangkan proses pembelajaran pada satuan pendidikan (Janawi, 2012:50-51).

e. Karakteristik Tanggung Jawab dan Kompetensi Guru

Menurut Janawi (2012: 52-56), beberapa karakteristik tanggung jawab guru yang berhubungan dengan kompetensi guru, yaitu:

1) Tanggung jawab dan kompetensi guru

Guru adalah refleksi dari sebagian manusia yang memiliki tugas dan fungsi sebagai tenaga pendidik. Seorang guru profesional harus memnuhi persyaratan sebagai manusia, bertanggung jawab dalam bidang kependidikan. Guru selaku pendidik bertanggung jawab untuk mentransformasikan dan mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya. Transformasi tersebut menjadi proses konversi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diupayakan terciptanya nilai-nilai baru yang sesuai dengan nilai dan norma masyarkat.

Guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila ia memiliki kompetensi yang diperlukan untuk itu. Setiap tanggung jawab membutuhkan sejumlah kompetensi. Tanggung jawab tersebut akan merefleksikan pribadi guru sebagai pendidik profesional yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik.


(59)

2) Tanggung jawab moral

Setiap guru profesional berkewajiban menghayati dan mengamalkan Pancasila dan bertanggung jawab mewariskan moral. Tanggung jawab seperti ini menjadi tanggung jawab bagi setiap guru di tanah air. Implementasinya, guru harus memiliki kompetensi dalam bentuk kemampuan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur bangsa yang tertuang dalam Pancasila sebagai filosofi bangsa. Lebih khusus lagi, sebagai implementasi dari nilai moral tersebut, guru harus mampu sebagai model, sebagai manusia pancasila bagi murid-muridnya, bahkan guru harus mampu berbicara dan bergerak selaku manusia Pancasila.

3) Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah

Tanggung jawab guru dalam konteks ini berarti, guru bertanggung jawab memberikan bimbingan dan pengajaran kepada peserta didik. Bimbingan ini dapat diformulasikan dalam pembinaan kurikulum, menuntun peserta didik belajar, membina pribadi, watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan belajar, dan menilai kemajuan belajar siswa secara berkesinambungan. Tanggung jawab guru dalam bidang pendidikan di sekolah diperkuat dengan kompetensi yang relevan seperti kompetensi pedagogis, kepribadian, dan sosial.


(60)

Kompetensi-kompetensi tersebut dibutuhkan agar guru dapat menjadi model bagi siswa di dalam kelas.

4) Tanggung jawab guru dalam masyarakat

Guru yang profesional adalah guru yang mampu memerankan dirinya dalam bermasyarakat. Di satu sisi guru adalah sosok individu sebagai warga masyarakat, dan di pihak lain guru bertanggung jawab dalam memajukan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan memecahkan permasalahan-permasalahan sosial, memahami nilai-nilai, norma-norma, adat istiadat, kebutuhan dan kondisi empirik masyarakat. 5) Tanggung jawab dalam bidang keilmuan

Guru sebagai ilmuwan bertanggung jawab terhadap pengembangan ilmu, terutama disiplin ilmu yang dimilikinya. Tanggung jawab tersebut diwujudkan dengan melakukan kajian atau penelitian khususnya yang berkenaan dengan profesinya sebagai guru. Tanggung jawab ini selalu terabaikan oleh guru. Guru cenderung memahami tugasnya dalam proses pembalajaran dan lupa melakukan kajian dalam proses pembelajaran.

B. Kerangka Berpikir

Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2006: 37). Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,


(61)

kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Guru dapat dikatakan guru profesional apabila memiliki keempat kompetensi tersebut serta melaksanakan dan menerapkan dalam tugas keguruannya, untuk mendidik dan membentuk peserta didik yang berkualitas dan berkompeten. 1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khusus yang dimiliki dan dikuasai oleh seorang guru. Kompetensi ini dipelajari secara khusus oleh mahasiswa yang belajar di FKIP, sedangkan mahasiswa lain yaitu non-FKIP tidak mempelajari kompetensi ini. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik.

Guru Ekonomi lulusan FKIP memiliki serta menguasai kompetensi ini melalui berbagai mata pelajaran dalam perkulihan. Beberapa di antaranya adalah strategi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Dari mata kuliah tersebut, Guru Ekonomi lulusan FKIP banyak dibekali pengetahuan yang terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Selain itu, mahasiswa FKIP dibekali dengan kemampuan pedagogik yang berkaitan dengan penguasaan serta pemahaman karakteristik peserta didik, melalui kegiatan pembelajaran mikro serta program pengalaman lapangan.

Sedangkan Guru Ekonomi lulusan non-FKIP pada dasarnya tidak mempelajari kompetensi pedagogik secara khusus, karena kompetensi


(62)

pedagogik tidak diajarkan kepada mahasiswa non-FKIP. Selain itu, Guru Ekonomi lulusan non-FKIP tidak diarahkan sebagai tenaga pendidik melainkan tenaga profesional bidang lain, sehingga penguasaan kompetensi pedagogik guru lulusan non-FKIP diduga lebih rendah dibandingkan guru lulusan FKIP.

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha = Ada perbedaan signifikan kompetensi pedagogik Guru

Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta.

2. Kompetensi Profesional

Keahlian dan keterampilan teoritik serta praktik khususnya mengenai pembelajaran Ekonomi merupakan hal yang paling penting yang harus dimiliki oleh seorang Guru Ekonomi. Keahlian teoritik dan praktik yang dimiliki guru berkaitan dengan kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar dalam penguasaan materi pembelajaran yang dimiliki oleh seorang guru, baik guru lulusan FKIP maupun non-FKIP. Setiap lulusan calon guru memiliki bekal masing-masing mengenai bidang keilmuan yang dikuasainya.

Guru Ekonomi lulusan FKIP mempelajari kompetensi profesional yang secara umum terdapat dalam kurikulum sekolah. Guru Ekonomi lulusan FKIP memiliki bekal kemampuan penguasaan standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan


(63)

yang akan diampu. Sedangkan Guru Ekonomi lulusan non-FKIP juga memiliki keahlian serta keterampilan teori maupun praktik pembelajaran Ekonomi, akan tetapi keterampilan teori dan praktik yang dimiliki bukan didasarkan pada profesi guru, sehingga dalam dunia pendidikan dan mengajar di kelas beberapa materi pembelajaran berbeda bahkan tidak dipelajari sebelumnya. Selain itu Guru Ekonomi lulusan non-FKIP belum memiliki pengalaman praktik langsung, misalnya dalam mata kuliah Pembelajaran Mikro dan Program Pengalaman Lapangan.

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha = Ada perbedaan signifikan kompetensi profesional Guru

Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta.

3. Kompetensi Kepribadian

Menurut Asmani (2009: 117), tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusisme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kompetensi kepribadian berkaitan dengan kemampuan profesionalitas seorang guru. Guru merupakan teladan serta panutan bagi peserta didik di sekolah. Setiap sikap dan perilaku seorang guru harus mencerminkan kepribadian yang baik bagi peserta didik. Guru Ekonomi baik lulusan FKIP maupun non-FKIP harus memiliki kepribadian yang baik sehingga menampilkan pribadi yang berwibawa dan profesional sebagai guru.


(64)

Guru Ekonomi lulusan FKIP dan non-FKIP tentu memiliki kepribadian yang baik yang telah dibekali sebelumnya dalam perkuliahan. Akan tetapi, sejak dalam perkuliahan Guru Ekonomi lulusan FKIP dituntut untuk berperilaku sopan, baik dalam hal berpakaian, tutur kata dan juga perbuatan. Sehingga Guru Ekonomi lulusan FKIP lebih menghargai dan bangga akan profesi keguruan yang dimiliki. Sedangkan Guru Ekonomi lulusan non-FKIP bukan berarti tidak diajarkan perilaku sopan dan baik, akan tetapi karena sebelumnya calon Guru Ekonomi lulusan non-FKIP tidak diarahkan sebagai seorang guru, maka kompetensi kepribadian yang dimiliki berbeda. Guru Ekonomi lulusan FKIP secara khusus tidak mempelajari sikap maupun perilaku seorang guru yang diaplikasikan dalam praktik langsung seperti Program Pengalaman Lapangan, sehingga Guru lulusan FKIP belum memiliki pribadi yang mantap dan stabil dalam melaksanakan profesi keguruannya.

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha = Ada perbedaan signifikan kompetensi kepribadian Guru

Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta.

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan guru dalam berinteraksi dengan peserta didik dan orang yang ada sekitar. Kompetensi ini menunjukkan bagaimana cara guru sebagai tenaga pendidik dapat


(65)

berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, wali murid, dan masyarakat sekitar yang kaitannya denga proses pembelajaran.

Sebagai seorang guru, baik guru lulusan FKIP maupun non-FKIP harus memiliki kemampuan sosial yaitu kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Guru Ekonomi lulusan FKIP mempelajari kemampuan sosial melalui Program Pengalaman Lapangan yang diselenggarakan di sekolah. Program pengalaman lapangan memberikan banyak pengetahuan bagi calon guru lulusan FKIP dalam berikteraksi dan berkomunikasi secara langsung dengan peserta didik, sesama pendidik dan juga masyarakat. Guru FKIP diduga lebih menguasai kompetensi sosial lebih baik daripada Guru Ekonomi lulusan non-FKIP, karena dalam masa perkuliahan Guru Ekonomi FKIP banyak melakukan praktik langsung terkait dengan tugas seorang guru. Sedangkan Guru Ekonomi lulusan non-FKIP, tidak memiliki pengalaman sosial secara langsung yang terkait dengan tugas sebagai guru, karena sebelumnya tidak dibekali dan tidak memiliki pengalaman secara langsung dalam dunia pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha = Ada perbedaan signifikan kompetensi sosial Guru Ekonomi

SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta.


(66)

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Guru Ekonomi Lulusan FKIP

Guru Ekonomi Lulusan Non FKIP

Kompetensi Guru

Pedagogik

Profesional

Kepribadian


(67)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Studi Komparatif. Menurut Sugiyono (2012: 36) penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Menurut Sudjud (Arikunto, 2006: 267) penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan perbedaan Kompetensi Guru Ekonomi SMA Lulusan FKIP dan Lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Yogyakarta dan SMA Negeri 7 Yogyakarta. Sedangkan waktu penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada bulan Mei-Juni 2016.


(68)

C. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari responden penelitian. Dalam penelitian ini, siswa kelas X SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 7 Yogyakarta menjadi sumber data primer, karena penelitian mengenai kompetensi guru yang diajukan berdasarkan persepsi siswa.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data kedua yang diperlukan dalam melengkapi data primer yang diperlukan, data sekunder diperoleh dari data tempat penelitian, yang meliputi gambaran umum tempat penelitian, yaitu gambaran umum SMA Negeri 2 dan SMA Negeri 7 Yogyakarta.

D. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru ekonomi di SMA Negeri 2 Yogyakarta dan SMA Negeri 7 Yogyakarta, karena penelitian ini mengenai studi komparasi kompetensi Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMA Kota Yogyakarta. 2. Objek penelitian

Dalam penelitian ini objek penelitian adalah kompetensi Guru Ekonomi SMA lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP yang dilihat berdasarkan persepsi siswa.


(69)

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 80). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Guru Ekonomi di SMA Kota Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 2006:131). Sampel dalam penelitian ini adalah Guru Ekonomi di SMAN 2 Yogyakarta dan SMAN 7 Yogyakarta.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Slovin untuk mengetahui banyaknya responden sebagai berikut (Yusuf, 2014: 170):

Keterangan: s = sampel N = populasi

e = derajat ketelitian atau nilai kritis yang diinginkan

Perhitungan responden menggunakan rumus Slovin dengan tingkat ketelitian sebesar 5% adalah sebagai berikut:


(1)

65 Yanuanto Staf TU Kricak, Jatimulyo RT 07, RW 02 Tegalrejo

66 Puguh

Kurniawan Staf TU

Krandon RT 02 RW14 Sidomoyo Godean Sleman 081328759075 67 Windu Murbani Staf TU

Jl. Kenekan 31 RT

76/RT18, Yk

085292290112 68 Nurul Ahmadi Staf TU

Budegan 2 RT 05/RW 11,Piyaman, Wonosari, Gunungkidul Hp. 087839127228

69 Suradi Staf TU Ngrenak lor, Sidomoyo, Godean, Sleman

70 Jasman Staf TU

Ngewotan, RT 10, Ngestiharjo, Kasihan Bantul

71 Yosep

Suhartono Staf TU/Satpam

Bener TR IV/239, Tegalrejo, Yk.

72 Sutriyanto Staf TU/Satpam Ngewotan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul

73 Rupito Staf TU/Satpam Bener No. 74, Rt 07 Rw 02 Tegalrejo, YK

74 Eko Supriyanto Staf TU/Satpam

Gamping Kidul Rt 13 Rw 16 Ambarketawang, Gamping, Slm

75 Wagiman Staf TU Bedilan, Maguwoharjo, Depok, Slm.

76 Yoga Pratama Staf TU Jurug, Bangunharjo, Sewon, Bantul

77 Yosron Staf TU Purwodiningratan Ng I/850. Yk.

F. KEADAAN GEDUNG SEKOLAH SMAN 2 YOGYAKARTA

Ruang Jumlah

Luas ( M² ) Keadaan ruang Ket. Ruang Teori/Kelas 27 1692 Baik

Lab. Fisika 1 120 Baik

Lab. Biologi 1 120 Baik

Lab. Kimia 1 120 Baik

Lab. Komputer/TI 2 240 Baik

Lab. Bahasa 1 110 Baik

Lab.

AVA/Multimedia


(2)

Ruang Kelas Agama

Kristen/Katolik/Hi ndu

1 28 Baik

Lab. Media Pendidikan

1 192 Baik

Ruang Perpustakaan

1 203 Baik

Ruang Kantor OSIS

1 21 Baik

Ruang Koperasi OSIS

1 21 Baik

Masjid 1 150 Baik

Ruang Aula 1 169 Baik

Ruang Kantor BP/BK

1 56 Baik

Ruang Kantor Guru

1 98 Baik

Ruang Kantor TU 1 105 Baik

Ruang Kantor Kasek

1 56 Baik

Ruang Guru 1 144 Baik

Ruang Piket Guru 1 40 Baik

Ruang Agama Katholik

1 20 Baik

Sanggar Pramuka dan Pecinta Alam

1 9 Baik

Ruang Palang Merah Remaja

1 20 Baik

Gudang Ketrampilan

4 24 Baik

Gudang ATK, dll. 2 32 Baik

Ruang Ketrampilan Praktek Prakarya

2 16 Baik

Ruang UKS 1 21 Baik

Ruang Ganti OR 4 60 Baik

Gardu Jaga Satpam

1 4 Baik

Barak Kendaraan 3 460 Baik

Kantin 4 142 Baik

Lapangan Volley 1 450 Baik

Lapangan Loncat Jauh


(3)

Rumah Penjaga Sek

1 24 Baik

Ruang WC/KM 25 64 Baik

Ruang Data 1 35 Baik

Ruang Persiapan Ulangan

1 56 Baik

Ruang Koperasi Siswa

1 32 Baik

Ruang Penggandaan

1 20 Baik

G. KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMAN 7 YOGYAKARTA

1. Struktur Program kelas X

Komponen

Alokasi Waktu Standar

Isi

Semester I Semester II

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2

2. Pendidikan kewarganegaraan

2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4

5. Matematika 5 5

6. Fisika 2 2

7. Biologi 2 2

8. Kimia 2 2

9. Sejarah 2 2

10.Geografi 1 1

11.Ekonomi 3 3

12.Sosiologi 2 2

13.Seni Budaya a. Seni Lukis b. Seni Musik

2 2

14.Pendidikan

Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

2 2

15.Teknologi

Informasi dan Komunikasi

2 2

16.Bahasa Asing a. Bahasa Jepang b. Bahasa Jerman

2 2

B. Muatan Lokal


(4)

Jawa

2. Pilihan:Seni Tari/Batik

1 1

C. Pengembangan Diri

Jumlah 42 42

2. Struktur Program Kelas XI dan XII Program IPA

Komponen

Alokasi Waktu Standar

Isi

Semester I Semester II

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2

2. Pendidikan kewarganegaraan

2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4

5. Matematika 5 5

6. Fisika 5 5

7. Biologi 4 4

8. Kimia 4 4

9. Sejarah 2 2

10.Seni Budaya a. Seni Lukis b. Seni Musik

2 2

11.Pendidikan

Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

2 2

12.Teknologi

Informasi dan Komunikasi

2 2

13.Bahasa Asing a. Bahasa Jepang b. Bahasa Jerman

2 2

B. Muatan Lokal 1. Wajib:Bahasa

Jawa

2. Pilihan:Seni Tari/Batik

2 1

2 1 C. Pengembangan Diri


(5)

3. Struktur Program Kelas XI dan XII Program IPS

Komponen

Alokasi Waktu Standar

Isi

Semester I Semester II

B. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2

2. Pendidikan kewarganegaraan

2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4

4. Bahasa Inggris 4 4

5. Matematika 4 4

6. Sejarah 3 3

7. Geografi 4 4

8. Ekonomi 6 6

9. Sosiologi 3 3

10.Seni Budaya a. Seni Lukis b. Seni Musik

2 2

11.Pendidikan

Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

2 2

12.Teknologi

Informasi dan Komunikasi

2 2

13.Bahasa Asing 4. Bahasa Jepang 5. Bahasa Jerman

2 2

C. Muatan Lokal

3. Wajib:Bahasa Jawa

4. Pilihan:Seni Tari/Batik

2 1

2 1 D. Pengembangan Diri


(6)

H. STRUKTUR ORGANISASI SMAN 7 YOGYAKARTA

Kepala sekolah DINAS

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

Koordinator Tata Usaha

Wakasek Ur. Kesiswaan

Wakasek Ur. Kurikulum

Wakasek Ur. Sarana dan Prasarana

Wakasek Ur. Humas

Siswa

Guru-Guru Koordinator

Bimbingan dan Konseling