Persepsi siswa terhadap kompetensi guru IPS SMP lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di kota Yogyakarta.

(1)

viii ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU IPS

SMP LULUSAN FKIP DAN LULUSAN NON-FKIP

DI KOTA YOGYAKARTA

(Studi Komparasi: Siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta)

Adit Kurnia Setyawan Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini merupakan penelitian komparasi yang bertujuan untuk menguji dan menganalisis perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi guru IPS SMP lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMP Kota Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di Kota Yogyakarta. Jumlah responden sebanyak 106 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling untuk menentukan tempat penelitian dan proportional sampling untuk menentukan jumlah responden di masing-masing kelas. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif serta analisis uji Independent Sample T-tes untuk data berdistribusi normal dan Uji Mann Whitney (Z test) untuk data yang berdistribusi tidak normal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru IPS SMP lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMP Kota Yogyakarta; 2) ada perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru IPS SMP lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMP Kota Yogyakarta; 3) ada perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru IPS SMP lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMP Kota Yogyakarta; dan 4) ada perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi sosial guru IPS SMP lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMP Kota Yogyakarta.

Kata kunci: kompetensi guru, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial.


(2)

ix ABSTRACT

STUDENT’S PERCEPTION TO SOCIAL SCIENCE TEACHER’S COMPETENCE IN JUNIOR HIGH SCHOOLS

GRADUATED FROM FKIP AND NONFKIP IN YOGYAKARTA (A Comparative Study: Between Pangudi Luhur 1 and Stella Duce 2 Students)

Adit Kurnia Setyawan Sanata Dharma University

2016

This research is a comparative study. It aims to examine and analyze the differences of student’s perception on Social Science teacher’s competence of Junior High School graduated from FKIP and non-FKIP. The research was conducted from July to August 2016. Population in this research were all students of Junior High Schools in Yogyakarta. The total numbers of respondents were 106 students. The sampling technique was purposive sampling for determining the place where research was conducted and proportional sampling for determining the number of respondents. Data analysis was descriptive analysis and test analysis of Independent Sample T-test for normal distribution of data and Mann Whitney test is for non-normal distribution of data.

The results show that: 1) there is difference in student’s perception on pedagogical competence of Junior High School Social Science teacher graduated from FKIP and non-FKIP in Junior High Schools of Yogyakarta; 2) there is difference in student’s perception on professional competence of Junior High School Social Science teacher graduated from FKIP and non-FKIP in Junior High Schools of Yogyakarta; 3) there is difference in student’s perception on personality competence of Junior High School Social Science teacher graduated from FKIP and non-FKIP in Junior High Schools of Yogyakarta; 4) there is difference in student’s perception on social competence of Junior High School Social Science teacher graduated from FKIP and non-FKIP in Junior High Schools of Yogyakarta.

Keywords: teacher’s competence, pedagogical competence, professional competence, personality competence, social competence.


(3)

i

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU IPS

SMP LULUSAN FKIP DAN LULUSAN NON-FKIP

DI KOTA YOGYAKARTA

(Studi Komparasi: Siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Adit Kurnia Setyawan 121324007

PROGAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIDKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhanku Yesus Kristus

Bapak Mardjono dan Ibu Saminah

Kakakku Rina, Heru, Rahayu, dan Adikku Sigit

Seluruh Keluarga Besarku

Kekasihku Cipluk Wido Rini

Sahabat-sahabatku Brodol Family

Sahabat-sahabat Pendidikan Ekonomi 2012

Almamaterku Univesitas Sanata Dharma


(7)

v MOTTO


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU IPS

SMP LULUSAN FKIP DAN LULUSAN NON-FKIP

DI KOTA YOGYAKARTA

(Studi Komparasi: Siswa SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta dan SMP Stella Duce 2 Yogyakarta)

Adit Kurnia Setyawan Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini merupakan penelitian komparasi yang bertujuan untuk menguji dan menganalisis perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi guru IPS SMP lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMP Kota Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di Kota Yogyakarta. Jumlah responden sebanyak 106 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling untuk menentukan tempat penelitian dan proportional sampling untuk menentukan jumlah responden di masing-masing kelas. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif serta analisis uji Independent Sample T-tes untuk data berdistribusi normal dan Uji Mann Whitney (Z test) untuk data yang berdistribusi tidak normal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru IPS SMP lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMP Kota Yogyakarta; 2) ada perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi profesional guru IPS SMP lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMP Kota Yogyakarta; 3) ada perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru IPS SMP lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMP Kota Yogyakarta; dan 4) ada perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi sosial guru IPS SMP lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP di SMP Kota Yogyakarta.

Kata kunci: kompetensi guru, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial.


(11)

ix ABSTRACT

STUDENT’S PERCEPTION TO SOCIAL SCIENCE TEACHER’S COMPETENCE IN JUNIOR HIGH SCHOOLS

GRADUATED FROM FKIP AND NONFKIP IN YOGYAKARTA (A Comparative Study: Between Pangudi Luhur 1 and Stella Duce 2 Students)

Adit Kurnia Setyawan Sanata Dharma University

2016

This research is a comparative study. It aims to examine and analyze the differences of student’s perception on Social Science teacher’s competence of Junior High School graduated from FKIP and non-FKIP. The research was conducted from July to August 2016. Population in this research were all students of Junior High Schools in Yogyakarta. The total numbers of respondents were 106 students. The sampling technique was purposive sampling for determining the place where research was conducted and proportional sampling for determining the number of respondents. Data analysis was descriptive analysis and test analysis of Independent Sample T-test for normal distribution of data and Mann Whitney test is for non-normal distribution of data.

The results show that: 1) there is difference in student’s perception on pedagogical competence of Junior High School Social Science teacher graduated from FKIP and non-FKIP in Junior High Schools of Yogyakarta; 2) there is difference in student’s perception on professional competence of Junior High School Social Science teacher graduated from FKIP and non-FKIP in Junior High Schools of Yogyakarta; 3) there is difference in student’s perception on personality competence of Junior High School Social Science teacher graduated from FKIP and non-FKIP in Junior High Schools of Yogyakarta; 4) there is difference in student’s perception on social competence of Junior High School Social Science teacher graduated from FKIP and non-FKIP in Junior High Schools of Yogyakarta.

Keywords: teacher’s competence, pedagogical competence, professional competence, personality competence, social competence.


(12)

x

KATA PENGANTAR

` Puji Syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Kuasa, karena berkat dan kasihNya yang luar biasa sehingga skripsi ini yang berjudul “Persepsi Siswa Terhadap Komparasi Kompetensi Guru IPS SMP Lulusan FKIP dan Guru IPS SMP Lulusan Non-FKIP di Kota Yogyakarta” dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya atas

semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung

selama penyusunan tugas akhir ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih

tersebut kami sampaikan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan serta Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si.,M. Ed. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Ekonomi.

4. Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan untuk ketercapaian skripsi ini.

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan selama proses perkuliahan.


(13)

xi

6. Ibu Christina Kristiani selaku tenaga administrasi Pendidikan Ekonomi yang selalu membantu dan memberikan informasi akademik selama proses perkuliahan.

7. Bapak Yohanes Mardjono dan Veronica Saminah yang sudah memberikan perhatian, bmbingan, nasehat dalam bentuk materiil atau non materiil.

8. Cipluk Wido Rini terkasih yang telah banyak memberikan nasihat, kritik, saran, kasih sayang, menemani, dan mendengarkan keluh kesah penulis. 9. Sahabat-sahabat selama proses perkuliahan Gardika Edi, Daniel Setyawan,

Agustinus Nindya, Yosep Henri, Fransiskus A. Sogen, Nina Cahyani, Vidia Natalia, Anggi Budi Faderika, Erlina, Fransisca Cristi,yang selalu menemani, memberikan nasihat, canda tawa dan motivasi kepada penulis.

10. Seluruh teman-teman Pendidikan Ekonomi Angkatan 2012

11. Sahabat saya Umek dan Jojo yang senantiasa menghibur dan memberikan semangat.

12. Seluruh keluarga besar Banyu Biru Nunggal Rasa.

13. Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna

menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagaimana

mestinya.

Yogyakarta, 2 Oktober 2016

Penulis


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Definisi Operasional... 5


(15)

xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Pengertian Kompetensi ... 11

B. Komponen Kompetensi ... 12

C. Landasan Yuridis Kompetensi Guru ... 14

D. Kompetensi Guru ... 14

1. Kompetensi Pedagogik... 15

2. Kompetensi Profesional ... 21

3. Kompetensi Kepribadian ... 22

4. Kompetensi Sosial ... 22

E. Karakteristik Tanggung Jawab dan Kompetensi Guru ... 23

F. Pengertian IPS ... 26

G. Kerangka Berpikir ... 27

H. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Waktu dan Tempat ... 30

C. Sumber Data ... 31

D. Subjek danObjek Penelitian ... 31

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 39

H. Uji Prasyarat ... 48

I. Teknik Analisis Data ... 48

1. Analisis Deskriptif ... 48

2. Independen Sampel T-test ... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 51

A. SMP Pangudiluhur 1 Yogyakarta ... 51


(16)

xiv

2. Siswa, Kelas dan Nilai Ujian Nasional ... 53

3. Fasilitas ... 55

4. Ketenagaan ... 56

5. Catatan Prestasi Siswa Tahun 2015/2016 ... 62

B. SMP Stella Duce 2 Yogyakarta ... 63

1. Identitas Sekolah ... 63

2. Sejarah Singkat SMP Stella Duce 2 Yogyakarta ... 63

3. Semboyan, Visi, Misi ... 64

4. Tujuan SMP Stella Duce 2 ... 65

5. Profil Guru dan Karyawan SMP Stella Duce 2 ... 66

6. Struktur Organisasi ... 71

7. Jumlah Siswa ... 72

8. Tata tertib Siswa ... 73

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 80

A. Deskripsi Data ... 80

1. Kompetensi Pedagogik ... 82

2. Kompetensi Profesional ... 84

3. Kompetensi Kepribadian ... 86

4. Kompetensi Sosial ... 88

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 90

1. Uji Normalitas Data ... 90

C. Analisis Data ... 91

1. Kompetensi Guru ditinjau dari Kompetensi Pedagogik ... 91

2. Kompetensi Guru ditinjau dari Kompetensi Profesional ... 93

3. Kompetensi Guru ditinjau dari Kompetensi Kepribadian ... 94

4. Kompetensi Guru ditinjau dari Kompetensi Sosial ... 96

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

1. Perbedaan Kompetensi Pedagogik Guru IPS Lulusan FKIP dan Lulusan Non-FKIP ... 99 2. Perbedaan Kompetensi Profesional Guru IPS Lulusan FKIP


(17)

xv

dan Lulusan Non-FKIP ... 100

3. Perbedaan Kompetensi Kepribadian Guru IPS Lulusan FKIP dan Lulusan Non-FKIP ... 102

4. Perbedaan Kompetensi Sosial Guru IPS Lulusan FKIP dan Lulusan Non-FKIP ... 103

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Keterbatasan ... 105

C. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jumlah Peserta Didik ... 34

Table 3.2 : Kisi-kisi Kuesioner Kompetensi Pedagogik ... 36

Table 3.3 : Kisi-kisi Kuesioner Kompetensi Profesional ... 37

Table 3.4 : Kisi-kisi Kuesioner Kompetensi Kepribadian ... 38

Table 3.5 : Kisi-kisi Kuesioner Kompetensi Sosial ... 39

Table 3.6 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kompetensi Pedagogik ... 41

Tabel 3.7 : Hasil Pengujian Ulang Validitas Variabel Kompetensi Pedagogik ... 42

Table 3.8 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kompetensi Profesional ... 43

Tabel 3.9 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kompetensi Kepribadian ... 44

Tabel 3.10 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kompetensi Sosial ... 44

Table 3.11 : Hasil Pengujian Ulang Validitas Variabel Kompetensi Sosial ... 45

Table 3.12 : Hasil pengujian Reliabilitas Variabel kompetensi Pedagogik .... .. 47

Table 3.13 : Hasil pengujian Reliabilitas Variabel kompetensi Profesional ... .. 47

Tabel 3.14 : Hasil pengujian Reliabilitas Variabel kompetensi Kepribadian .... 48

Table 3.15 : Hasil pengujian Reliabilitas Variabel kompetensi sosial ... 48

Table 3.16 : Kriteria Kompetensi Guru Berdasarkan PAP II... 50

Table 5.1 : Responden Penelitian ... 81

Table 5.2 : Deskripsi Data Kompetensi Guru Lulusan FKIP... 82


(19)

xvii

Table 5.4 : Kriteria Kompetensi Pedagogik Guru IPS Lulusan FKIP ... 83

Table 5.5 : Kriteria Kompetensi Pedagogik Guru IPS Lulusan Non-FKIP ... 84

Table 5.6 : Kriteria Kompetensi Profesional Guru IPS Lulusan FKIP ... 85

Table 5.7 : Kriteria Kompetensi Profesional Guru IPS Lulusan Non-FKIP ... 86

Table 5.8 : Kriteria Kompetensi Kepribadian Guru IPS Lulusan FKIP ... 87

Table 5.9 : Kriteria Kompetensi Kepribadian Guru IPS Lulusan Non-FKIP ... 88

Tabel 5.10 : Kriteria Kompetensi Sosial Guru IPS Lulusan FKIP ... 89

Table 5.11 : Kriteria Kompetensi Sosial Guru IPS Lulusan Non-FKIP ... 90

Table 5.12 : Hasil Uji Normalitas ... 91

Table 5.13 : Hasil Uji Independent Sample T-test Kompetensi Pedagogik ... 93

Table 5.14 : Hasil Uji Independent Sample T-test Kompetensi Profesional ... 95

Table 5.15 : Hasil Uji Mann Whitney Kompetensi Kepribadian ... 96


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Kuesioner Penelitian………... 110

Lampiran II : Uji Validitas dan Reliabilitas………. 119

Lampiran III : Data Induk Penelitian………. 129

Lampiran IV : Uji Normalitas Data……… 148

Lampiran V : Distribusi Frekuensi & PAP II……… 150

Lampiran VI : Pengujian Hipotesis Penelitian……… 168

Lampiran VII : Tabel Statistika……… 173


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, persoalan-persoalan

mengenai kualitas pendidikan nasional dinilai oleh banyak kalangan masih

tergolong rendah dan belum memadahi. Rendahnya kualitas pendidikan di

Indonesia akan berpengaruh pula terhadap kualitas sumber daya yang

dimiliki. Salah satu indikator rendahnya kualitas pendidikan di negara ini

diantaranya beberapa lulusan perguruan tinggi belum siap untuk memasuki

dunia kerja yang ditandai oleh minimnya kompetensi yang dimiliki

berkaitan dengan kompetensi sebagai tenaga pendidik. Kompetensi guru

yang dituangkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan menyatakan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi

akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan

rohani, serta memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan

nasional (Janawi, 2012: 45-46).

Sebagai tenaga pendidik yang profesional guru harus memiliki

kompetensi. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal

1 ayat 10 dinyatakan secara tegas bahwa “kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan

dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas


(22)

kompetensi dasar. Keempat kompetensi tersebut meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi

kepribadian. Pada kenyataan yang terjadi sekarang ini, seorang guru dapat

mengajar di sekolah sekalipun mereka tidak memiliki

kompetensi-kompetensi yang seharusnya dikuasai oleh guru. Terlebih lagi, sekarang

ini pemerintah telah melegalkan sarjana non-kependidikan dapat menjadi

guru di sekolah-sekolah baik untuk tingkat SD, SMP maupun SMA untuk

mengajarkan materi pelajaran yang mereka kuasai walaupun pada

dasarnya mereka tidak memiliki kompetensi sebagai tenaga pendidik.

Seiring dengan tantangan dunia global saat ini, peran dan tanggung jawab

guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut

guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian

penguasaan yang terkait dengan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis

dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan siswa di

dalam kelas.

Berbagai hal yang menjadi faktor pembentuk kompetensi guru

meliputi faktor dari dalam diri guru maupun faktor dari luar diri. Faktor

dari dalam terlihat dari adanya tekad dan kemauan yang kuat dalam diri

seseorang dalam menjalankan tugasnya sebagai guru akan mendorong

terbentuknya kompetensi itu. Selain itu, faktor dari luar terlihat dari

adanya motivasi orang lain dan juga kemampuan-kemampuan individu

yang dimiliki juga akan membentuk kompetensi dengan sendirinya. Hal


(23)

latar belakang pendidikan yang dimiliki guru tersebut. Guru yang memiliki

latar belakang pendidikan dari FKIP mempunyai kompetensi berbeda

dengan guru yang memiliki latar belakang pendidikan dari non-FKIP.

Sekarang ini, telah banyak guru yang berasal dari lulusan

non-FKIP dapat mengajar di sekolah bahkan untuk semua jenjang pendidikan

formal. Guru lulusan non-kependidikan tidak berarti mereka tidak mampu

untuk menjadi guru profesional. Guru non-kependidikan memiliki

kesempatan yang sama dengan guru dari sarjana kependidikan, misalnya

dalam memperoleh pendidikan profesi guru. Tidak menutup kemungkinan

apabila guru dari sarjana non-kependidikan dapat mengajar lebih baik

daripada guru yang berasal dari sarjana kependidikan. Ini semua

tergantung dari usaha guru itu sendiri dalam mengembangkan

kompetensinya dan seluruh tanggungjawabnya sebagai guru.

Namun apabila melihat dari sudut pandang yang berbeda, guru

yang berasal dari sarjana pendidikan dapat dikatakan tidak seluruhnya

memiliki kompetensi untuk dapat menjadi guru yang profesional, apalagi

jika dibandingkan dengan guru yang berasal dari sarjana non-kependidikan

yang pada dasarnya tidak memiliki kemampuan untuk mengajar menjadi

guru sebelumnya. Sehingga hal ini akan menimbulkan banyak pertanyaan

dari berbagai pihak apakah guru yang berasal dari sarjana kependidikan

dan guru yang berasal dari non-kependidikan memiliki kompetensi


(24)

Hal ini penting untuk diketahui oleh siapapun bahwa setiap orang

pada dasarnya memiliki kompetensi dan keahlian masing-masing,

sekalipun itu bukan sebagai guru. Sedangkan kompetensi guru adalah hal

penting yang harus dimiliki mahasiswa calon guru terutama dalam

mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia kependidikan dan

harapannya akan mampu mengubah arah pendidikan bangsa kearah yang

lebih baik lagi. Akan tetapi kompetensi-kompetensi itu juga harus selalu

dikembangkan untuk mewujudkan seorang pendidik yang profesional agar

dapat menciptakan pendidikan yang berkualitas. Mengingat bahwa

kompetensi guru merupakan hal yang penting dan wajib dimiliki oleh

seorang guru, tentunya terdapat berbagai pihak yang dapat menilai suatu

kompetensi guru tersebut dapat dikatakan baik atau sebaliknya.

Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah Kemendikbud, kepala sekolah, sesama

guru, siswa maupun masyarakat. Mereka memiliki hak untuk menilai

bagaimana kinerja serta kompetensi yang dimiliki guru, mengingat bahwa

guru merupakan faktor penting dalam perkembangan dunia pendidikan.

Penilaian terhadap kompetensi guru ini, bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana kompetensi yang dimiliki oleh guru. Baik guru yang berasal

dari lulusan FKIP maupun non-FKIP. Harapannya, apabila terdapat

kompetensi guru yang masih rendah akan dapat diperbaiki sehingga akan

meningkatkan kualitas pendidikan yang jauh lebih baik. Oleh karena itu,


(25)

perbedaan kompetensi guru IPS antara guru lulusan FKIP dan guru lulusan

non FKIP di SMP Kota Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi guru IPS lulusan FKIP di Daerah Yogyakarta?

2. Bagaimana kompetensi guru IPS lulusan non-FKIP di Daerah

Yogyakarta?

3. Apakah ada perbedaan kompetensi pedagogik antara guru IPS lulusan

FKIP dan guru lulusan non-FKIP di Daerah Yogyakarta?

4. Apakah ada perbedaan kompetensi profesional antara guru IPS lulusan

FKIP dan guru lulusan non-FKIP di Daerah Yogyakarta?

5. Apakah ada perbedaan kompetensi kepribadian antara guru IPS lulusan

FKIP dan guru lulusan non-FKIP di Daerah Yogyakarta?

6. Apakah ada perbedaan kompetensi sosial antara guru IPS lulusan FKIP

dan guru lulusan non-FKIP di Daerah Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Menguji dan menganalisis kompetensi guru IPS lulusan FKIP di

Daerah Yogyakaarta.

2. Menguji dan menganalisis kompetensi guru IPS lulusan non-FKIP di


(26)

3. Menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi pedagogik guru IPS

lulusan FKIP dan guru lulusan non-FKIP di Daerah Yogyakarta.

4. Menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi profesional guru IPS

lulusan FKIP dan guru lulusan non-FKIP di Daerah Yogyakarta.

5. Menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi kepribadian guru IPS

lulusan FKIP dan guru lulusan non-FKIP di Daerah Yogyakarta.

6. Menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi sosial guru IPS

lulusan FKIP dan guru lulusan non-FKIP di Daerah Yogyakarta.

D. Definisi Operasional

1. Kompetensi Guru merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki

seseorang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

seorang pendidik.

2. Kompetensi guru IPS lulusan FKIP merupakan kecakapan guru IPS

lulusan FKIP dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

menurut persepsi siswa. Indikator kecakapan guru IPS lulusan FKIP

adalah Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Kompetensi

Kepribadian, dan Kompetensi Sosial.

3. Kompetensi guru IPS lulusan non-FKIP merupakan kecakapan guru

IPS lulusan non-FKIP dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya menurut persepsi siswa.


(27)

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran baik dalam kegiatan awal pembelajaran, inti

pembelajaran dan akhir pembelajaran menurut persepsi siswa.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kompetensi ini adalah:

a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,

kultural, emosional, dan intelektual

b) Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

yang mendidik.

c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran

atau bidang pengembangan yang diampu.

d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran.

f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

g) Berkomunikasi secara efektif, empati, dan santun dengan peserta

didik.

h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

i) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran.

5. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai


(28)

menurut persepsi siswa. Indikator yang digunakan untuk mengukur

kompetensi ini adalah:

a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu

b) Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata

pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu

c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri

6. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kecakapan guru menempatkan diri

sebagai panutan bagi siswa. Indikator yang digunakan untuk mengukur

kompetensi ini adalah:

a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia.

b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan

teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,

arif, dan berwibawa.

d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga


(29)

e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

7. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru berinteraksi dengan

peserta didik, rekan sejawat, dan orang-orang yang ada disekitar

dirinya. Indikator yang digunakan untuk mengukur kompetensi ini

adalah:

a) Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif

karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar

belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesame

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c) Ceradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik

Indonesia yang memiliki kergaman sosial budaya.

d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain

secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepustakaan

dalam pengetahuan tentang penelitian studi komparasi perbedaan


(30)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan pengetahuan

kepada kepala sekolah agar lebih memperhatikan

kompetensi-kompetensi yang dimiliki oleh guru-guru di sekolah khususnya

dalam penelitian ini adalah guru IPS SMP untuk dapat

meningkatkan kualitas peserta didik serta mutu sekolah agar

mampu menciptakan dan meluluskan peserta didik yang

berkualitas.

b. Bagi Guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

dan evaluasi guru dalam pembelajaran, serta dapat memberikan

motivasi kepada guru untuk meningkatkan profesinalisme sebagai

tenaga pendidik.

c. Bagi Sekolah, sebagai masukan dan semangat untuk selalu

meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah melalui guru.

d. Bagi Peneliti, memberikan wawasan tentang kompetensi guru baik

lulusan FKIP maupun lulusan non-FKIP serta memberikan

motivasi untuk meningkatkan kompetensi sebagai calon guru.

e. Bagi Peneliti lain, penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan

informasi serta referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin

meneliti kasus-kasus sejenis mengenai kompetensi guru IPS


(31)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompetensi

Menurut Marselus (2011: 17) kompetensi adalah kemampuan yang

dimiliki seseorang, akibat dari pendidikan maupun pelatihan, atau

pengalaman belajar informal tertentu yang didapat, sehingga menyebabkan

seseorang dapat melaksanakan tugas tertentu dengan hasil yang

memuaskan.

Nana Sudjana (Janawi, 2011:30) memahami kompetensi sebagai

suatu kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi. Senada

dengan Nana Sudjana, Sardiman (Janawi, 2011:30) mengartikan

kompetensi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang

berkenaan dengan tugasnya. Kedua definisi tersebut menjelaskan bahwa

kompetensi adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang,

dalam hal ini oleh guru. Kompetensi mutlak dimiliki oleh seorang guru

sebagai suatu kemampuan dasar, keahlian, dan keterampilan dalam proses

belajar mengajar.

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1

ayat 10 dinyatakan secara tegas bahwa “kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan

dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”

Dengan demikian, tenaga pendidik yang profesional adalah tenaga


(32)

dalam melaksanakan tugas sehari-hari sebagai tenaga pendidik. Seorang

guru yang dikatakan profesional adalah tenaga pendidik yang telah

memenuhi persyaratan kompetensi yang pada perkembangannya

diwujudkan dengan sertifikat tenaga pendidik.

B. Komponen Kompetensi

Cooper (Janawi, 2011: 39) menjelaskan komponen kompetensi

diklasifikasikan kepada beberapa kategori, yaitu: pertama, mengetahui

pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia. Kedua, mempunyai

pengetahuan dan menguasai bidang studi yang diampunya. Ketiga,

mempunyai sikap yang tepat tentang dirinya. Keempat, mempunyai

keterampilan tentang teknik mengajar. Identik dengan Cooper, Glasser

(Janawi, 2011: 39) menjelaskan bahwa aada empat hal dasar yang harus

dikuasai guru, yaitu: pertama, menguasai bahan pelajaran. Kedua,

kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa. Ketiga, kemampuan

melaksanakan proses pembelajaran. Keempat, kemampuan mengukur hasil

belajar siswa.

Nana Sudjana (Janawi, 2011:41) menjelaskan bahwa pembagian

kompetensi yang harus dimiliki guru sebenarnya meliputi tiga aspek,

yaitu:

1. Kompetensi bidang kognitif

Kompetensi bidang kognitif berhubungan dengan kompetensi


(33)

mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu,

pengetahuan bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang

administrasi kelas, dan cara mengevaluasi hasil belajar anak.

2. Kompetensi bidang sikap

Kompetensi bidang sikap berhubungan dengan kesiapan dan kesediaan

guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan

profesinya, seperti sikap mencintai pekerjaannya dan lainnya.

3. Kompetensi perilaku/performance

Kompetensi ini berhubungan dengan keterampilan/perilaku guru,

seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan

alat bantu (teknologi pendidikan), dan berkomunikasi dengan anak.

Terlepas dari perbedaan pendapat di kalangan para tokoh

pendidikan, sebenarnya komponen kompetensi yang harus dikuasai guru

sebagai kebutuhan mutlak, tidak terlepas dari unsur kompetensi kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Ketiga komponen itu memiliki andil besar

dalam mempengaruhi proses pembelajaaran yang berlangsung antara guru

dan anak. Bahkan pada akhirnya berkualitas atau tidaknya proses

pembelajaran berrgantung pada kemampuan guru. Hal inilah yang

menyebabkan bahwa guru yang profesional adalah guru yang menguasai


(34)

C. Landasan Yuridis Kompetensi Guru

Kompetensi guru dituangkan secara jelas dalam UU No. 14 tahun

2005 tentang Guru dan Dosen yang berkenaan dengan kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan

kompetensi sosial. Hal-hal yang bersifat lebih teknis dan penjabarannya

dapat diperhatikan melalui PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, yaitu pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan

kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

D. Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan

personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah

membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan

materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,

pengembangan pribadi dan profesionalisme (Mulyasa, 2007:26).

Menurut Suyanto dan Djihad Hisyam (Suyanto & Asep, 2013: 40)

ada tiga jenis kompetensi guru, yaitu:

1. Kompetensi profesional, yaitu memiliki pengetahuan yang luas pada

bidang studi yang diajarkan, memilih dan menggunakan berbagai

metode mengajar di dalam proses belajar-mengajar yang


(35)

2. Kompetensi kemasyarakatan, yaitu mampu berkomunikasi dengan

siswa, sesama guru, dan masyarakat luas dalam konteks sosial;

3. Kompetensi personal, yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan

patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi

seorang pemimpin yang menjalankan peran: ing ngarso sung tulada,

ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Lebih lanjut secara jelas telah dituangkan dalam UU Nomor 14 tahun

2005 tentang Guru dan Dosen yang berkenaan dengan kompetensi

pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan

kompetensi sosial.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik berkaitan langsung dengan penguasaan disiplin

ilmu pendidikan dan ilmu lain yang berkaitan dengan tugasnya sebagai

guru. Oleh karena itu seorang calon guru harus memiliki latar belakang

pendidikan keguruan yang relevan dengan bidang keilmuannya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 tahun 2007 tentang

standar kualifikasi dan kompetensi guru telah menggarisbawahi 10

kompetensi inti yang harus dimiliki oleh guru yang terkait dengan

standar kompetensi pedagogik. Kesepuluh kompetensi inti itu adalah

sebagai berikut:

a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,


(36)

Peserta didik yang dilayani oleh guru adalah

individu-individu yang unik. Mereka bukanlah sekelompok manusia yang

dapat dengan mudah diatur, didikte, diarahkan atau diperintah

menurut kemauan guru. Mereka adalah subjek yang memiliki latar

belakang, karakteristik, keunikan, kemampuan yang berbeda-beda.

Karena itu pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan

berbagai aspek perkembangannya dan faktor-faktor yang

memengaruhinya merupakan syarat mutlak bagi guru agar guru

dapat berhasil dalam pembelajarannya (Marselus, 2001: 30).

b) Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

yang mendidik.

Tugas utama guru adalah memengaruhi siswa bisa belajar.

Karena itu tidak terelakkan bahwa guru juga harus menguasai

dengan baik teori-teori belajar, dan bagaimana teori-teori itu

diaplikasikan dalam pembelajaran melalui model-model

pembelajaran tertentu. Secara umum ada tiga teori belajar yang

masih berpengatuh sampai saat ini yakni teori-teori behaviorisme,

teori-teori kognitivisme, dan teori-teori humanistic-konstruktivis.

Ketiga teori ini meletakkan dasar bagi berbagai model

pembelajaran yang ada saat ini (marselus, 2011: 32).

Selain menguasai teori-teori belajar dan pembelajaran, guru

juga harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.


(37)

pembelajaran yang tidak hanya berupa penerusan informasi,

melainkan pembelajaran yang lebih banyak memberikan peluang

bagi peserta didik untuk pembentukan kecerdasan, pemerolehan

pengetahuan dan keterampilan. Ini berarti guru harus lebih

mengedepankan peran siswa sebagai subjek aktif dalam

pembelajaran. Pembelajaran yang mendidik juga berarti

pembelajaran yang memberikan pengalaman-pengalaman

bermakna yang tidak hanya berguna untuk kepentingan sesaat

(seperti untuk menyelesaikan soal tes agar bisa lulus), tetapi

pembelajaran yang memberikan kemampuan bagi siswa untuk bisa

belajar sepanjang hayat (learning how to learn) (Marselus, 2011:

34).

c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran

atau bidang pengembangan yang diampu.

Pemahaman kurikulum harus selalu mengalami perubahan

dan perkembangan di dunia pendidikan. Diskursus kurikulum

menjadi perhatian penting para pakar pendidikan, termasuk guru

yang dianggap sebagai pelaku kurikulum secara teknis dalam

proses pembelajaran. Menurut Zamroni, salah satu upaya untuk

meningkatkan kualitas pendidikan adalah mempertimbangkan dua

model, yaitu memperkuat hidden curriculum dan mengembangkan


(38)

d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

Untuk memunculkan pembelajaran yang mendidik,

berbagai pendekatan telah dilakukan oleh pendidik, sekolah dan

penentu kebijakan. Sebelum guru menyelenggarakan teknik

pembelajaran yang mendidik, setiap guru harus memahami tujuan

belajar itu sendiri.

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran.

Menurut Nana Sudjana, belajar dan mengajar sebagai suatu

proses, mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan

pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar,

dan hasil belajar (Janawi, 2011: 86). Tujuan Instruksional Khusus

(TIK) menjadi dasar awal kegiatan pembelajaran. Proses

pencapaian pembelajaran diukur melalui proses pertama, yakni

tercapai atau tidak TIK itu sendiri. Jika TIK tercapai, maka

tujuan-tujuan berikutnya akan mengarah pada tujuan-tujuan akhir pendidikan,

yakni proses perubahan perilaku peserta didik (behavioral

changing). TIK dalam proses belajar mengajar menjadi tujuan operasional dari setiap pembelajaran yang terfokus pada mata

pelajaran tertentu. Oleh karena itu perumusan TIK tetap mengacu

kepada pencapaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik


(39)

f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Siswa sebagai individu memiliki berbagai bakat dan

kemampuan yang beragam. Karena itu tugas guru adalah

menciptakan kondisi sedemikian rupa agar berbagai potensi dan

kemampuan yang beragam itu dapat dikembangkan secara optimal.

Salah satu wahana untuk mengembangkan kemampuan, potensi,

bakat atau minat siswa adalah melalui kegiatan-kegiatan

ekstrakurikuler. Guru tidak hanya menjadi fasilitator belajar di

ruang kelas, tetapi juga harus menjadi fasilitator belajar di luar

ruang kelas pada situasi-situasi non pembelajaran. Melalui kegiatan

pengembangan minat, bakat dan kemampuan siswa ini, para siswa

merasa dihargai dan memiliki peluang untuk mengembangkan

kemampuannya secara optimal tanpa dihambat oleh berbagai

kegiatan-kegiatan akademik pelajaran semata (Marselus, 2011: 38).

g) Berkomunikasi secara efektif, empati, dan santun dengan peserta

didik.

Agar guru dapat berinteraksi dengan siswa dan dapat

melaksanakan pembelajarannya secara efektif, kemampuan

berkomunikasi merupakan salah satu prasayaratnya. Guru harus

bisa berkomunikasi secara efektif dengan siswa agar pesan-pesan

pembelajaran dapat dipahami, dihayati atau diamalkan oleh para


(40)

h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

Supranata dan Hatta dalam Janawi mengartikan evaluasi

atau penilaian merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan

fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang profesional

untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu

informasi tentang peserta didik (Janawi, 2011: 90). Pada umumnya

evauasi dapat dijadikan sebagai proses umpan balik (feedback

process). Pertama, evalusi menjadi dasar untuk melakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan anak baik pada tiap proses

pembelajaran, semester, dan tahunan. Dalam dunia pendidikan,

evaluasi tetap harus dilakukan. Melalui evaluasi inilah, tujuan

pembelajaran dapat diketahui berhasil atau tidaknya, mencapai

sasaran atau tidak. Kedua, evaluasi menjadi umpan balik baik bagi

guru maupun anak.

i) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran.

Tindakan reflektif menjadi acuan peningkatan kualitas

pendidikan, lebih khusus lagi kualitas proses pembelajaran.

Tindakan ini sering dilupakan oleh para guru dan pelaku dunia

persekolahan. Padahal dalam paradigma dunia pendidikan modern,

tindakan reflektif menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam

proses peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri (Janawi, 2011:


(41)

2. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar tenaga

pendidik. Ia akan disebut profesional, jika ia mampu menguasai

keahlian dan keterampilan teoritik dan praktik dalam proses

pembelajaran. Kompetensi ini cenderung mengacu kepada kemampuan

teoritik dan praktik lapangan. Kompetensi profesional sebagaimana

yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan terkait penguasaan terhadap

struktur keilmuan dari mata pelajaran yang diasuh secara luas dan

mendalam, sehingga dapat membantu guru membimbing siswa untuk

menguasai pengetahuan atau keterampilan secara optimal. Secara lebih

spesifik menurut Permendiknas N0.16/2007, standar kompetensi ini

dijabarkan ke dalam lima kompetensi inti yakni:

a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.

b) Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata

pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu.

c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk


(42)

3. Kompetensi Kepribadian

Kemampuan ini meliputi kemampuan personalitas, jati diri

sebagai seorang tenaga pendidik yang menjadi panutan bagi peserta

didik. Kompetensi inilah yang selalu menggambarkan prinsip

bahwasannya guru adalah sosok yang patut digugu dan ditiru. Menurut

Permendiknas No. 16/2007. Kemampuan dalam standar kompetensi ini

mencakup lima kompetensi utama yakni: a) bertindak sesuai dengan

norma agama, hokum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, b)

menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan

teladan bagi peserta didik dan masyarakat, c) menampilkan diri

sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, d)

menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga

menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan e) menjunjung tinggi kode

etik profesi guru.

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru berinteraksi

dengan peserta didik dan orang yang ada di sekitar dirinya. Modal

interaksi berupa komunikasi personal yang dapat diterima oleh peserta

didik dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Dalam konteks ini

hendaknya guru memiliki strategi dan pendekatan dalam melakukan

komunikasi yang cenderung bersifat horizontal. Guru yang profesional

juga memiliki kompetensi sosial yang dapat diandalkan. Kompetensi


(43)

berhubungan dengan orang lain secara efektif (siswa, rekan guru,

orang tua, kepala sekolah, dan masyarakat pada umumnya).

Permendiknas No.16/2007, kemampuan dalam standar kompetensi ini

mencakup empat kompetensi utama yakni : a) bersikap inklusif dan

bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis

kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status

sosial ekonomi; b) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun

dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan

masyarakat; c) beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah

Republik Indonesia yang memiliki kergaman sosial budaya; d)

berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain

secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

E. Karakteristik Tanggung Jawab dan Kompetensi Guru

Menurut Janawi (2011: 52-56), beberapa karakteristik tanggung

jawab guru yang berhubungan dengan kompetensi guru, yaitu:

a) Tanggung jawab dan kompetensi guru

Guru adalah refleksi dari sebagian manusia yang memiliki

tugas dan fungsi sebagai tenaga pendidik. Seorang guru profesional

harus memnuhi persyaratan sebagai manusia, bertanggung jawab

dalam bidang kependidikan. Guru selaku pendidik bertanggung jawab

untuk mentransformasikan dan mewariskan nilai-nilai dan


(44)

proses konversi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diupayakan

terciptanya nilai-nilai baru yang sesuai dengan nilai dan norma

masyarkat.

Guru akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila ia

memiliki kompetensi yang diperlukan untuk itu. Setiap tanggung

jawab membutuhkan sejumlah kompetensi. Tanggung jawab tersebut

akan merefleksikan pribadi guru sebagai pendidik profesional yang

dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

b) Tanggung jawab moral

Setiap guru profesional berkewajiban menghayati dan

mengamalkan Pancasila dan bertanggung jawab mewariskan moral.

Tanggung jawab seperti ini menjadi tanggung jawab bagi setiap guru

di tanah air. Implementasinya, guru harus memiliki kompetensi dalam

bentuk kemampuan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur

bangsa yang tertuang dalam Pancasila sebagai filosofi bangsa. Lebih

khusus lagi, sebagai implementasi dari nilai moral tersebut, guru harus

mampu sebagai model, sebagai manusia pancasila bagi

murid-muridnya, bahkan guru harus mampu berbicara dan bergerak selaku

manusia Pancasila.

c) Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah

Tanggung jawab guru dalam konteks ini berarti, guru

bertanggung jawab memberikan bimbingan dan pengajaran kepada


(45)

kurikulum, menuntun peserta didik belajar, membina pribadi, watak,

dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan belajar, dan menilai

kemajuan belajar siswa secara berkesinambungan. Tanggung jawab

guru dalam bidang pendidikan di sekolah diperkuat dengan kompetensi

yang relevan seperti kompetensi pedagogis, kepribadian, dan sosial.

Kompetensi-kompetensi tersebut dibutuhkan agar guru dapat menjadi

model bagi siswa di dalam kelas.

d) Tanggung jawab guru dalam masyarakat

Guru yang profesional adalah guru yang mampu memerankan

dirinya dalam bermasyarakat. Di satu sisi guru adalah sosok individu

sebagai warga masyarakat, dan di pihak lain guru bertanggung jawab

dalam memajukan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, guru harus

memiliki kemampuan memecahkan permasalahan-permasalahan

sosial, memahami nilai-nilai, norma-norma, adat istiadat, kebutuhan

dan kondisi empiric masyarakat.

e) Tanggung jawab dalam bidang keilmuan

Guru sebagai ilmuwan bertanggung jawab terhadap

pengembangan ilmu, terutama disiplin ilmu yang dimilikinya.

Tanggung jawab tersebut diwujudkan dengan melakukan kajian atau

penelitian khususnya yang berkenaan dengan profesinya sebagai guru.

Tanggung jawab ini selalu terabaikan oleh guru. Guru cenderung

memahami tugasnya dalam proses pembalajaran dan lupa melakukan


(46)

F. Pengertian IPS

Manusia terlahir sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin dapat hidup sendiri tanpa

bantuan dari manusia lain. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki rasa

ketergantungan terhadap manusia dan lingkungan untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka. Keterkaitan antara manusia dengan manusia

danmanusia dengan alam lingkungan dikaji dalam berbagai disiplin

ilmusosial melalui berbagai sudut pandang. Berbagai disiplin ilmu sosial

tersebut adalah geografi, ekonomi, sejarah, dan sosiologi, politik, hukum,

dan antropologi yang selanjutnya disederhanakan menjadi Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS).

Trianto (2010: 171) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti

sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu

Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial

masyarakat yang diwujudkan dalam satu pendekatan interdisipliner dari

aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. IPS atau studi sosial merupakan

bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi

cabangcabang ilmu-ilmu sosial yaitu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,

politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Supardi (2011: 182), mendefinisikan Pendidikan IPS di sekolah

adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi, filsafat,


(47)

ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Melalui mata pelajaran

pengetahuan sosial siswa diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi

warga negara Indonesia dan warga dunia yang baik. Menjadi warga negara

dan warga dunia yang baik merupakan tantangan yang berat karena

masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari masalah-masalah sosial

yang didalamnya merupakan penyederhanaan dari berbagai ilmu sosial

seperti antropologi, geografi, sejarah, hukum, ilmu-ilmu politik dan

humaniora yang terpadu dan terseleksi untuk pencapaian tujuan

pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

G. Kerangka Berpikir

Dalam pendidikan baik itu pendidikan formal maupun non-formal,

seorang guru merupakan faktor terpenting sebagai indikator tercapainya

kualitas pendidikan yang baik terutama adalah guru yang profesional.

Kompetensi merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh

seorang guru yang profesional dalam mempertanggungjawabkan

kewajibannya sebagai tenaga pendidik. Dalam hal ini, peneliti ingin

mengetahui perbedaan kompetensi guru lulusan FKIP dan guru lulusan

non-FKIP dilihat dari kompetensi pedagogik, kompetensi profesional,

kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Guru yang berasal dari lulusan FKIP seharusnya memiliki bekal


(48)

non-FKIP apabila dilihat dari segi kompetensi dan keterampilan yang

diperoleh selama proses perkuliahan sebelumnya. Faktanya guru lulusan

FKIP selama proses perkuliahan selalu diberikan

pengetahuan-pengetahuan mengenai keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang

guru mulai dari pemahaman mengenai administrasi guru, teori

pembelajaran, dan juga sikap dan perilaku peserta didik. Bahkan seorang

calon guru lulusan FKIP sebelumnya telah dibekali keterampilan mengajar

melalui pembelajaran mikro dan praktik pengalaman lapangan di sekolah

yang diselenggarakan oleh program studi. Sedangkan guru yang berasal

dari lulusan non-FKIP tidak dibekali keterampilan mengenai dunia

pendidikan karena mereka dipersiapkan bukan sebagai tenaga pendidik

dan selama proses perkuliahan tidak dibekali kompetensi-kompetensi

sebagai calon tenaga pendidik.

Seperti yang telah disinggung di atas bahwa kompetensi yang

dimiliki oleh guru profesional yaitu meliputi empat kompetensi.

Kompetensi pedagogik berkaitan dengan kemampuan guru dalam

mengelola kegiatan pembelajaran. Kompetensi profesional berkaitan

dengan kemampuan guru dalam menguasai dan menyampaikan materi

pembelajaran. Kompetensi kepribadian berkaitan dengan kecakapan guru

menempatkan diri sebagai panutan bagi siswa. Kompetensi sosial

berkaitan dengan kemampuan guru berinteraksi dengan peserta didik,

rekan sejawat, dan orang-orang di sekitar dirinya. Berkaitan dengan


(49)

menempuh perkuliahan dan ketika menjadi seorang guru mereka telah

memiliki persiapan yang matang sebelumnya. Sedangkan guru lulusan

non-FKIP, mungkin saja dalam menguasai keempat kompetensi tersebut

sewaktu mereka telah menjadi guru bukan sewaktu mereka dalam proses

perkualiahan sebelumnya. Karena pada dasarnya guru lulusan non-FKIP

tidak mempelajari keterampilan sebagai calon guru sebelumnya.

H. Hipotesis

Berdasarkan uraian kerangka berpikir yang dikemukakan oleh peneliti,

maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan kompetensi pedagogik antara guru IPS lulusan

FKIP dan guru lulusan Non-FKIP di Daerah Yogyakarta.

2. Terdapat perbedaan kompetensi profesional antara guru IPS lulusan

FKIP dan guru lulusan Non-FKIP di Daerah Yogyakarta.

3. Terdapat perbedaan kompetensi kepribadian antara guru IPS lulusan

FKIP dan guru lulusan Non-FKIP di Daerah Yogyakarta.

4. Terdapat perbedaan kompetensi sosial antara guru IPS lulusan FKIP


(50)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat

membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan

dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti

berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.

Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis

penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang

sebab-akibat, dengan menganalisis faktor - faktor penyebab terjadinya ataupun

munculnya suatu fenomena tertentu. Jadi peneitian komparatif adalah jenis

penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau

lebih dari suatu variabel tertentu.

B. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di beberapa SMP di daerah kota Yogyakarta.

Waktu penelitian yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini adalah Juli –September 2016.


(51)

C. Sumber Data 1. Data primer

Data primer adalah data mengenai persepsi siswa terhadap kompetensi

guru yang meliputi kompetensi pedagogik, personal, profesional dan sosial

menurut persepsi siswa di beberapa SMP yang ada di Daerah Istimewa

Yogyakarta.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen atau arsip yang

terkait dengan penelitian. Data sekunder dari penelitian ini yaitu mengenai

gambaran umum tempat penelitian, dalam penelitian ini adalah beberapa

SMP kota Yogyakarta.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa SMP di Kota

Yogyakarta yang memiliki guru IPS lulusan FKIP dan non-FKIP SMP.

Sedangkan objek penelitian adalah persepsi siswa terhadap kompetensi guru

lulusan FKIP dan lulusan non-FKIP, meliputi kompetensi pedagogik,

profesional, kepribadian, dan sosial.

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek


(52)

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, Sugiyono

(2007: 72). Populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian

(Arikunto, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP di

kota Yogyakarta yang memiliki guru IPS lulusan FKIP dan non-FKIP.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2006: 56). Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Dinamakan sampel apabila kita bermaksud untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 2006:131).

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A dan VIII C SMP

Pangudiluhur 1 dan juga siswa kelas VII Creativity dan VIII Venus SMP

Stelladuce 2.

Dalam penelitian ini, digunakan rumus Slovin untuk mengetahui

banyaknya responden sebagai berikut (Yusuf, 2014: 170):

Keterangan:

s = sampel

N = populasi

e = derajat ketelitian atau nilai kritis yang diinginkan

Perhitungan responden menggunakan rumus Slovin dengan tingkat

ketelitian sebesar 5% adalah sebagai berikut:


(53)

Jadi jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 105,88

dibulatkan menjadi 106 responden.

Tabel 3.1

Jumlah Peserta Didik Kelas VII dan VIII SMP Pangudiluhur 1 dan SMP Stelladuce 2 Yogyakarta

Kelas Jumlah

VII A SMP PANGUDILUHUR 1 41

VIII C SMP PANGUDILUHUR 1 41

VII Creativity SMP STELLADUCE 2 31

VIII Venus SMP STELLADUCE 2 31

Total 144

Perhitungan Responden Setiap Kelas:

Kelas VII A =

dibulatkan menjadi 30

Kelas VIII C =

dibulatkan menjadi 30

Kelas VII Creativity =

dibulatkan menjadi 23

Kelas VIII Venus =

dibulatkan menjadi 23

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini


(54)

anggota sampel dari populasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu

yaitu sampel diambil tidak ditekankan pada jumlah melainkan ditekankan

pada kekayaan informasi yang dimiliki anggota sampel sebagai sumber

data. Peneliti hanya meneliti siswa SMP di kota Yogyakarta yang

memiliki guru IPS lulusan FKIP dan non-FKIP.

Teknik sampling untuk menentukan jumlah responden penelitian

menggunakan Proportional Sampling, yaitu pengambilan anggota sampel

yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam

populasi penelitian (Sugiyono, 2003: 75).

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi perangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan

kuesioner berupa pernyataan-pernyataan mengenai kompetensi-kompetensi

yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik,

kompetens profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Agar variabel tersebut dapat diukur, maka variabel tersebut perlu

diturunkan ke dalam beberapa indikator. Rincian mengenai variabel


(55)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Kompetensi Pedagogik

Dimensi Indikator No. item

(+) (-)

Karakter peserta didik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual

1,2,3,4,5 6

Perancangan dan Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 7,8 3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 9,10 4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 11,12 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 13, 14 Pengembangan Potensi Peserta Didik 6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 15,16

Komunikasi 7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik


(56)

Evaluasi Hasil Belajar dan Refleksi

8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

19,20,22 21

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 23,24 10.Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 25 Tabel 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Profesional

Dimensi Indikator No. item

(+) (-)

Penguasaan Materi Pembelajaran

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

27,28 26

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. 29,30 3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 31,32 4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif 33


(57)

Penguasaan Teknologi 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri

34 35

Tabel 3.4

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Kompetensi Kepribadian

Dimensi Indikator No. item

(+) (-)

Dapat Menjadi Teladan 1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia 36,37

2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

38,39,40

3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

41,42

Etos Kerja 4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

43, 44

5. Menjunjung tingi kode etik profesi guru.


(58)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Kuesioner Variabel Kompetensi Sosial

Dimensi Indikator No. item

(+) (-)

Bersosialisasi Dengan Lingkungan Sekitar

1. Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 46,47,48 2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

49,50 51

3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 52,53 4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain


(59)

G. Uji Validitas dan uji Reliabilitas

Analisis data dilakukan dengan serangkaian tahapan pengujian, mulai dari

pengukuran instrumen yaitu :

1. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang

valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006: 168-169).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap

data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas

instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Pengujian validitas ini menggunakan rumus korelasi yang

dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, 2006: 170):

r

xy ∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

dimana,

r = Koefisien korelasi setiap pernyataan

X = Nilai dari setiap pernyataan

Y = Nilai dari total semua pernyataan


(60)

Koefisien korelasi ini merupakan koefisien validitas. Jika koefisien

korelasi hitung lebih besar dari koefisien korelasi tabel, maka butir

pertanyaan tersebut dinyatakan valid dengan tingkat signifikansi 5%.

Pengujian instrumen dilakukan pada responden dalam penelitian

yang berjumlah 106 siswa, dengan berdasarkan pada jawaban responden

atas 25 butir pernyataan yang menunjukkan variabel kompetensi

pedagogik Guru IPS, 10 butir pernyataan yang menunjukkan variabel

kompetensi profesional Guru IPS, 10 butir pernyataan yang menunjukkan

variabel kompetensi kepribadian Guru IPS, dan 10 butir pernyataan yang

menunjukkan variabel kompetensi sosial Guru IPS. Kesimpulan pengujian

validitas diperoleh dengan membandingkan rhitung dengan rtabel, nilai rtabel

untuk 106 responden pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,1909 yang

diperoleh sebagai berikut: df = n – 2 = 106 – 2 = 104. Nilai rhitung di hitung

menggunakan program SPSS versi 16.

Hasil pengujian validitas mengenai kompetensi guru IPS SMP

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas

Variabel Kompetensi Pedagogik Guru IPS Item

Pernyataan

Nilai r hitung

Nilai r Table

Keterangan

1 0,655 0,1909 Valid

2 0,712 0,1909 Valid

3 0,607 0,1909 Valid

4 0,650 0,1909 Valid

5 0,656 0,1909 Valid

6 0,121 0,1909 Tidak Valid

7 0,401 0,1909 Valid

8 0,530 0,1909 Valid


(61)

10 0,236 0,1909 Valid

11 0,286 0,1909 Valid

12 0,528 0,1909 Valid

13 0,230 0,1909 Valid

14 0,368 0,1909 Valid

15 0,653 0,1909 Valid

16 0,274 0,1909 Valid

17 0,443 0,1909 Valid

18 0,411 0,1909 Valid

19 0,417 0,1909 Valid

20 0,336 0,1909 Valid

21 0,341 0,1909 Valid

22 0,279 0,1909 Valid

23 0,364 0,1909 Valid

24 0,289 0,1909 Valid

25 0,301 0,1909 Valid

Sumber: data primer, diolah 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari pengujian

validitas 25 item, terdapat 1 item yang tidak valid yaitu item 6. Maka

dilakukan pengujian validitas ulang dengan cara menghilangkan item yang

tidak valid tersebut. Adapun penyajian validitas ulang setelah

menghilangkan item yang tidak valid sehingga menghasilkan 24 item yang

dapat dikatakan valid adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Ulang Validitas Variabel Kompetensi Pedagogik Guru IPS

Item Pernyataan Nilai r hitung Nilai r Table Keterangan

1 0,657 0,1909 Valid

2 0,702 0,1909 Valid

3 0,611 0,1909 Valid

4 0,656 0,1909 Valid

5 0,641 0,1909 Valid

7 0,401 0,1909 Valid

8 0,525 0,1909 Valid

9 0,311 0,1909 Valid

10 0,255 0,1909 Valid


(62)

12 0,526 0,1909 Valid

13 0,264 0,1909 Valid

14 0,383 0,1909 Valid

15 0,657 0,1909 Valid

16 0,285 0,1909 Valid

17 0,430 0,1909 Valid

18 0,407 0,1909 Valid

19 0,415 0,1909 Valid

20 0,329 0,1909 Valid

21 0,322 0,1909 Valid

22 0,285 0,1909 Valid

23 0,356 0,1909 Valid

24 0,290 0,1909 Valid

25 0,302 0,1909 Valid

Sumber: data primer, diolah 2016 Tabel 3.8

Hasil Pengujian Validitas

Variabel Kompetensi Profesional Guru IPS Item

Pernyataan

Nilai r Hitung

Nilai r Table

Keterangan

26 0,417 0,1909 Valid

27 0,419 0,1909 Valid

28 0,501 0,1909 Valid

29 0,252 0,1909 Valid

30 0,434 0,1909 Valid

31 0,314 0,1909 Valid

32 0,450 0,1909 Valid

33 0,454 0,1909 Valid

34 0,252 0,1909 Valid

35 0,318 0,1909 Valid

Sumber: data primer, diolah 2016

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan mengenai

variabel kompetensi profesional adalah valid. Dikatakan valid karena nilai


(63)

Tabel 3.9

Hasil Pengujian Validitas

Variabel Kompetensi Kepribadian Guru IPS Item

Pernyataan

Nilai r Hitung

Nilai r tabel Keterangan

36 0,661 0,1909 Valid

37 0,610 0,1909 Valid

38 0,699 0,1909 Valid

39 0,671 0,1909 Valid

40 0,656 0,1909 Valid

41 0,683 0,1909 Valid

42 0,604 0,1909 Valid

43 0,718 0,1909 Valid

44 0,574 0,1909 Valid

45 0,477 0,1909 Valid

Sumber: data primer, diolah 2016

Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item pernyataan mengenai

variabel kompetensi kepribadian adalah valid. Dikatakan valid karena

nilai rhitung > rtabel.

Tabel 3.10

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kompetensi Sosial Guru IPS Item Pernyataan Nilai r Hitung Nilai r Table Keterangan

46 0,379 0,1909 Valid

47 0,517 0,1909 Valid

48 0,625 0,1909 Valid

49 0,551 0,1909 Valid

50 0,296 0,1909 Valid

51 0,045 0,1909 Tidak Valid

52 0,596 0,1909 Valid

53 0,523 0,1909 Valid

54 0,418 0,1909 Valid

55 0,526 0,1909 Valid

Sumber: data primer, diolah 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari pengujian

validitas 10 item, terdapat 1 item yang tidak valid yaitu item 51. Maka


(64)

tidak valid tersebut. Adapun penyajian validitas ulang setelah

menghilangkan item yang tidak valid sehingga menghasilkan 9 item yang

dapat dikatakan valid adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11

Hasil Pengujian Ulang Validitas Variabel Kompetensi Sosial Guru IPS Item

Pernyataan

Nilai r Hitung

Nilai r Table

Keterangan

46 0,378 0,1909 Valid

47 0,555 0,1909 Valid

48 0,628 0,1909 Valid

49 0,573 0,1909 Valid

50 0,254 0,1909 Valid

52 0,610 0,1909 Valid

53 0,547 0,1909 Valid

54 0,452 0,1909 Valid

55 0,561 0,1909 Valid

Sumber: data primer, diolah 2016 2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen itu sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Instrumen yang

sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat

dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan

kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas

menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat

dipercaya, jadi dapat diandalkan.

Uji Reliabilitas penelitian ini dilakukan dengan uji Alpha Cronbach.


(65)

(

)

Keterangan :

r1 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ϭt2= varian total

Indikator pengukuran reliabilitas sebagai berikut:

0,8 - 1,0 = reliabilitas baik

0,6 - 0,8 = reliabilitas diterima

< 0,6 = reliabilitas kurang baik

Variabel dapat dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha >

0,60. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach

Alpha dengan derajat keyakinan 5% menggunakan SPSS versi 16.0. Uji coba instrumen dilakukan kepada responden yang sekaligus menjadi

sampel penelitian yang berjumlah 106 peserta didik dengan berdasarkan

pada jawaban dari 25 butir pernyataan yang menunjukkan variabel

kompetensi pedagogik Guru IPS, 10 butir pernyataan yang menunjukkan

variabel kompetensi profesional Guru IPS, 10 butir pernyataan yang

menunjukkan variabel kompetensi kepribadian Guru IPS, dan 10 butir


(66)

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 3.12

Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel Kompetensi Pedagogik Guru IPS Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.868 .866 24

Sumber: data primer, diolah 2016

Tabel diatas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha 0,868 > 0,60 maka pernyataan variabel yang digunakan untuk melihat kompetensi

pedagogik guru IPS adalah reliabel.

Tabel 3.13

Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel Kompetensi Profesional Guru IPS Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.718 .723 10

Sumber: data primer, diolah 2016

Tabel diatas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha 0,718 > 0,60 maka pernyataan variabel yang digunakan untuk melihat kompetensi


(67)

Tabel 3.14

Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel Kompetensi Kepribadian Guru IPS Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.892 .894 10

Sumber: data primer, diolah 2016

Tabel diatas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha 0,892 > 0,60 maka pernyataan variabel yang digunakan untuk melihat kompetensi

kepribadian guru IPS adalah reliabel.

Tabel 3.15

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Kompetensi Sosial Guru IPS

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items N of Items

.800 .813 9

Sumber: data primer, diolah 2016

Tabel diatas menunjukan nilai Cronbach’s Alpha 0,800 > 0,60 maka pernyataan variabel yang digunakan untuk melihat kompetensi sosial


(68)

H. Uji Prasarat Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang

baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji

normalitas dengan teknik Kolmogorov-Smirnov dilakukan dengan

menghitung A1, yaitu nilai maksimum dari selisih antara kumulatif proporsi

(KP) dan harga Z tabel pada batas bawah (Noor, 2011: 176).

I. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data

yang akan dibuat baik sendiri maupun secara berkelompok dengan tujuan

untuk membuat gambaran secara sistematis data yang factual dan akurat

mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki atau

diteliti (Suryana, 2010: 30). Analisis deskriptif memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, dan

modus dari setiap variabel.

Dalam penelitian ini, peneliti menghitung skor rata-rata (mean) dan

standar deviasi untuk masing-masing kompetensi guru IPS SMP baik dari

lulusan FKIP dan non FKIP. Rumus yang digunakan dalam mencari mean


(69)

a. Mean

Rumus:

̅

=

Keterangan:

̅

= mean

∑ = jumlah data ke n N = jumlah populasi data b. Standar deviasi

Rumus:

S =

∑ ̅

Keterangan:

S = standar deviasi

̅ = mean

N = jumlah populasi data Xi = data ke-I

Dalam penelitian ini, peneliti mengelompokkan kompetensi guru

IPS berdasarkan PAP tipe II (Masidjo, 1995: 157) sebagai berikut:

Tabel 3.16

Kriteria Kompetensi Guru Berdasarkan PAP II

Tingkat Penguasaan Kompetensi

Nilai Huruf Kategori

81% - 100% A Sangat Tinggi

66% - 80% B Tinggi

56% - 66% C Sedang

46% - 56% D Rendah


(70)

2. Independen Sample T-test

Sampel dinyatakan tidak berkorelasi (independent) antara dua

kelompok, bila sampel-sampel yang menjadi objek penelitian dapat

dipisahkan secara tegas, artinya anggota sampel kelompok A tidak ada

yang menjadi anggota sampel kelompok B. untuk menganalisis dua

sampel independent dengan jenis data interval/rasio digunakan uji t- dua

sampel (Siregar, 2013: 177-178):

Rumusnya:

t

=

keterangan:

X1 = rata-rata sampel 1

X2 = rata-rata sampel 2

N1 = jumlah responden kelompok ke 1

N2 = jumlah responden kelompok ke 2

= nilai varians kelompok ke 1


(71)

51 BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA 1. IDENTITAS SEKOLAH

a. Nama sekolah : SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta b. Nomor statistik sekolah (NSS) : 202046011427 c. Nomor pokok sekolah nasional (NPSN) : 20404166 d. Nomor data sekolah (NDS) : 2004050039 e. Alamat

1) Jalan : Timoho II/29

2) Desa / kelurahan : Muja muju

3) Kecamatan : Umbulharjo

4) Kota : Yogyakarta

5) Provinsi : DIY

6) Kode Pos : 55165

7) Kode Area / No. Telp/ Fax. : (0274) 563552, 546061

8) Email : smppl1_yk@yahoo.com

9) Website : www.smppangudiluhur1yk.sch.id

f. Sekolah dibuka tahun : 1948

g. No. Rekening sekolah : -

h. Bentuk Sekolah : Biasa / konvensional

i. Status Sekolah : Swasta

j. Waktu penyelenggaraan : Pagi k. SK/ Izin Pendirian sekolah dari Kanwil

Depdiknas/ Tanggal : No.: 0391/H/1986, tanggal 12 Mei 1986

l. Akreditasi terakhir


(72)

(sembilan puluh delapan)

2) SK / Tanggal : No.16.01/BAP

SM/TU/X/2014/ 16 Oktober 2014

m. Nama Yayasan/ Penyelenggara

Sekolah : YAYASAN PANGUDI

LUHUR 1) Alamat

a) Jalan : Jl. Dr. Sutomo No.4

b) Desa / Kelurahan : Randusari

c) Kecamatan : Semarang Selatan

d) Kota : Semarang

e) Provinsi : Jawa Tengah

f)Kode Pos : 50244

g) Kode Area / No. Telp : (024) 8314004

2) Akte pendirian : No. 16 Tanggal 6 Oktober 1954

3) Kelompok Yayasan : MNPK

n. Visi dan Misi Sekolah

1) Visi SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Pusat berkembangnya pribadi beriman, berkualitas, berbudi pekerti luhur, humanis dan peduli lingkungan

2) Misi SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

Mendidik peserta didik menjadi manusia yang :

1) Memiliki nilai-nilai religius berdasarkan iman kristiani

2) Memiliki pribadi berwawasan luas, berintelektualitas, dan menguasai IPTEK

3) Memiliki pribadi beriman yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan kehidupan


(1)

LAMPIRAN VIII

SURAT IJIN

PENELITIAN


(2)

177 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

178 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

179 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

180 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

181 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI