Uji kekerasan hardness Uji material

b. Dengan bantuan sekop dan saringan, pasir silika diisikan ke dalam kedua bejana ukur c. Mesin uji dihidupkan, kemudian pasir dari kedua bejana dituang ke atas tumpukan wadah bersaringan yang terpasang pada mesin uji secara cepat d. Mesin uji dibiarkan beroperasi hingga 2 menit setelah penuangan selesai e. Setelah 2 menit, mesin uji dimatikan f. Masing – masing wadah dilepas, kemudian pasir di dalamnya dituangkan ke atas sarana penampungannya masing – masing. Sarana – sarana penampungan tersebut kemudian diberi nomor saringan yang sesuai dengan pasir yang menempatinya g. Langkah a hingga f diulangi hingga volume pasir yang telah diuji mencapai mencapai 7200 mL h. Kedua timbangan disiapkan. Pasir yang sedikit ditimbang pada timbangan 1 kg, sementara yang banyak ditimbang dengan timbangan 25 kg i. Data – data pengukuran berat dicatat, kemudian persen beratnya masing - masing dihitung j. Nilai kehalusan butir pasir dihitung dengan menggunakan berat tiap – tiap pasir tersebut

3.6 Uji material

Untuk mengertahui sifat – sifat material kuningan Cu 60 Zn 40, dilakukan uji material berupa uji kekerasan dan uji tarik

3.6.1 Uji kekerasan hardness

Uji kekerasan dilaksanakan di Laboratorium Metalurgi Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara pada tanggal 12 Maret 2014. Tujuan pengujian kekerasan adalah untuk mendapatkan nilai kekerasan kuningan Cu 60 Zn 40 yang dinyatakan dalam Brinell Hardness Number BHN. Alat dan bahan yang dipergunakan selama pengujian adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Alat i. Mesin uji Brinell Gambar 3.19 Mesin uji Brinell Berfungsi sebagai alat penguji. Mesin ini menggunakan bola baja berdiameter 5 mm sebagai indentor atau penetrator untuk spesimen bukan besi non – ferrous dengan beban maksimum 3000 kg. Beban tersebut diberikan secara hidrolis dengan menggunakan oli. Mesin uji Brinell yang dipakai bermerek Torsee dengan tipe BH-3CF. ii. Teropong mikro Berfungsi mengukur diameter deformasi yang dihasilkan melalui penekanan indentor terhadap spesimen. Teropong ini memiliki pembesaran maksimum 10 x Gambar 3.20 Teropong mikro Universitas Sumatera Utara iii. Spidol permanen Berfungsi menomori spesimen iv. Jangka sorong Berfungsi mengukur diameter dan tinggi spesimen v. Gelas ukur Berfungsi sebagai pengukur volume oli yang diperlukan mesin uji Brinell sehingga mampu memberikan beban. Volume ukur maksimum 500 ml b. Bahan : i. Silinder kuningan Cu 60 Zn 40 Gambar 3.21 Ketiga silinder spesimen Berfungsi sebagai spesimen pengujian. Berjumlah 3 buah yang ditandai 1 – 3. Permukaan yang akan diuji telah dihaluskan sebelumnya dengan kertas pasir di tempat pembelian. Diameter dan tinggi masing – masing adalah sebagai berikut : Tabel 3.7 Diameter dan tinggi spesimen Nomor spesimen 1 2 3 Diameter mm 32,6 32,4 32,6 Tinggi mm 0,97 0,99 0,92 Universitas Sumatera Utara ii. Oli Berfungsi sebagai pemberi beban hidrolik pada mesin uji Brinell. Oli yang dipakai berjumlah 100 ml. Oli ini bermerek Mesran dengan sertifikasi SAE 20W-50 Prosedur pengujian kekerasan ini adalah sebagai berikut : a. Setiap spesimen diberi nomor 1-3 dengan menggunakan spidol b. Oli diisikan ke dalam tangki oli mesin uji Brinell c. Salah satu spesimen diletakkan di landasan spesimen mesin uji Brinell d. Bola baja indenter ditempatkan menyentuh sebuah bagian permukaan spesimen yang telah dihaluskan e. Katup tekanan mesin uji Brinell ditutup f. Beban diaplikasikan dengan handle hingga mencapai 500 kg, kemudian ditahan hingga 5 detik g. Setelah 5 detik, katup tekanan dibuka dan spesimen diambil setelah gauge beban mencapai 0 kg, sekarang pada titik yang tersentuh indenter telah terdapat deformasi berupa kawah kecil h. Langkah d hingga g diulang kembali pada 2 titik lainnya disekitar titik yang terdeformasi tadi i. Masing - masing deformasi diberi nomor 1-3 disampingnya j. Dengan menggunakan teropong mikro, diameter tiap deformasi diukur dalam satuan mm. Lalu diameter ketiga deformasi tersebut dicatat k. Langkah b hingga j diulang kembali terhadap kedua spesimen berikutnya l. Nilai BHN tiap deformasi pada ketiga spesimen tersebut dihitung m. Nilai BHN rata – rata tiap spesimen dihitung dari ketiga deformasi mereka, kemudian dilanjutkan dengan menghitung nilai BHN rata – rata akhir dari BHN rata – rata tiap spesimen tadi

3.6.2 Pengujian tensil

Dokumen yang terkait

Desain Dan Pengecoran Runner Propeller Berbahan Kuningan (60% Cu / 40% Zn) Untuk Turbin Air Berdaya 118 W Dan Debit 12 L/S Dengan Cetakan Pasir

7 75 163

Teknik Pengecoran Logam Perancangan Pola Worm Screw Dengan Proses Pengecoran Menggunakan Cetakan Pasir Untuk Pabrik Kelapa Sawit

5 109 114

Teknik Pengecoran Logam Perancangan Dan Pembuatan Worm Screw Untuk Pabrik Kelapa Sawit Dengan Kapasitas Olahan 10 Ton Tbs/Jam Dengan Proses Pengecoran Menggunakan Cetakan Pasir

2 73 113

Perancangan Dan Pembuatan Poros Turbin Air Francis Yang Berdaya 950 Kw Dan Putaran 300 Rpm Dengan Proses Pengecoran Logam

1 47 91

Perancangan Dan Pembuatan Sproket Untuk Penggerak Rantai (Track) Pada Bulldozer Dengan Daya 105 Hp Dan Putaran 150 Rpm Dengan Proses Pengecoran Menggunakan Cetakan Pasir

10 50 108

Perancangan Dan Pembuatan Rumah Pompa Sentrifugal Dengan Kapasitas 20 M3/ Jam Air Dengan Proses Pengecoran Menggunakan Cetakan Pasir

11 87 124

Perancangan Pembuatan Batang Torak Untuk Truck Dengan Daya 120 PS Dan Putaran Maksimum 2.850 RPM Dengan Pengecoran Logam Menggunakan Cetakan Pasir

10 97 78

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum - Desain Dan Pengecoran Runner Propeller Berbahan Kuningan (60% Cu / 40% Zn) Untuk Turbin Air Berdaya 118 W Dan Debit 12 L/S Dengan Cetakan Pasir

0 0 58

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Desain Dan Pengecoran Runner Propeller Berbahan Kuningan (60% Cu / 40% Zn) Untuk Turbin Air Berdaya 118 W Dan Debit 12 L/S Dengan Cetakan Pasir

0 0 50

DESAIN DAN PENGECORAN RUNNER PROPELLER BERBAHAN KUNINGAN (60 Cu 40 Zn) UNTUK TURBIN AIR BERDAYA 118 W DAN DEBIT 12 LS DENGAN CETAKAN PASIR

0 2 26