Proses produksi dengan pengecoran logam, terutama yang menggunakan cetakan pasir, telah menjadi proses produksi yang sangat umum dilakukan. Hal ini
didukung dengan kemampuan proses ini untuk membuat sebuah produk dalam waktu yang singkat. Dengan kelebihan ini, sebuah produk berbentuk rumit dapat diselesaikan
dalam waktu yang lebih singkat jika dibandingkan dengan saat menggunakan proses pemesinan.
Walaupun dengan keuntungan tersebut, proses – proses persiapan yang
dibutuhkan untuk mengadakan proses pengecoran logam, misalnya proses pembuatan cetakan dengan pemesian, memakan waktu yang lama tergantung pada kerumitan
bentuk produk yang harus dibuat. Tungku peleburan untuk pengecoran logam memiliki jenis yang berbeda
– beda menurut titik lebur titik cair logam produknya. Titik lebur ini menunjukkan suhu yang
diperlukan untuk mengubah wujud padat logam menjadi cair, sehingga tungku yang diperlukan harus mampu menghasilkan panas yang lebih tinggi dibanding titik ini agar
logam dapat mencair seluruhnya. Penjiplakan dengan pengecoran logam dapat dilakukan dengan menggunakan
cetakan tidak permanen dengan cara menggunakan produk yang telah ada sebagai pola untuk membuat cetakannya. Baik cetakan tidak permanen maupun pola akan dibahas
pada sub-bab berikutnya. Pengecoran logam telah dikenal selama berabad abad dan telah digunakan untuk
membuat perhiasan, perkakas rumah tangga, senjata dan lain sebagainya. Selama perkembangannya, telah dikenal berbagai variasi pengecoran logam seperti sand
casting, lost wax casting dan plaster mold casting.
2.4.1 Sejarah pengecoran logam
Pengecoran logam tertua diduga berlangsung pada 3000 SM di India, Cina dan Timur Tengah. Pada saat itu, perkakas dan senjata dari perunggu merupakan produk
pengecoran logam yang umum sehingga banyak yang tersisa hingga sekarang. Pada abad ke 500 SM pengecoran besi telah berkembang di Cina.
Pada Zaman Besi awal, dapur peleburan melting oven dikembangkan dari proses pembakaran keramik. Saat itu telah dikenal cetakan
– cetakan yang terbuat dari
Universitas Sumatera Utara
tanah liat, batu, lilin dan bahkan logam. Benda – benda yang diproduksi meliputi banyak
jenis termasuk benda – benda berongga yang dibuat dengan menggunakan inti core.
Pada abad Pertengahan, dokumentasi mengenai pengecoran logam semakin jelas perinciannya. Dari dokumentasi tersebut disebutkan bahwa lilin dan tanah liat
menjadi material utama dalam pengecoran logam, sementara itu tungku crucible dan api memungkinkan pembuatan campuran logam seng, timah dan tembaga.
Senjata api menjadi salah satu produk pengecoran besi yang pertama pada tahun 1400 M. Pada awalnya, pembuatan peluru masih menggunakan cetakan tanah liat,
kemudian penggunaan cetakan permanen yang terbuat dari besi tuang menjadi berkembang pesat karena tingginya permintaan pasar. Pada tahun 1500 M, pipa yang
terbuat dari besi tuang mulai diproduksi bersama dengan oven, kompor dan bahkan komponen air mancur.
Pada saat ini, proses pengecoran logam telah menjadi proses produksi yang sering dilakukan, bahkan material
– material non logam juga telah dikerjakan dengan teknik pengecoran. Salah satu faktor utama yang menunjang hal ini ialah
pengerjaannya yang relatif singkat dan murah dibanding dengan proses produksi lainnya.
Berkat kemajuan teknologi pengecoran logam dan peleburan, paduan – paduan
dengan multi komposisi dan material yang sebelumnya tidak dapat dilebur dapat dikerjakan. Salah satu kemajuan tersebut ialah tungku induksi yang mampu
mencairkan logam dengan aliran listrik.
Gambar 2.9 Tungku induksi
[15]
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Faktor – faktor pengecoran logam