Saat ini telah diketahui beberapa jenis metode ilmiah dalam pengujian material, yakni :
a. Metode Brinell
Pengujian ini menggunakan cara penekanan dengan penetrator bola baja. Kedalaman deformasi yang disebabkan penekanan tersebut digunakan untuk
menentukan kekerasan spesimen yang diuji. Nilai kekerasan spesimen tersebut ditetapkan kedalam Brinell Hardness Number BHN
b. Metode Rockwell
Metode ini menggunakan cara penekanan dengan 2 jenis penetrator : i.
Bola baja berukuran 116 inchi untuk spesimen logam ferrous dan 18 inchi untuk spesimen logam non-ferrous
ii. Berlian berbentuk prisma segi empat dengan sudut 120 derajat pada
puncaknya
c. Metode Vicker
Menggunakan cara penekanan dan penetrator berupa piramida berlian dengan sudut puncak 136 derajat. Deformasi plastis yang terjadi memiliki
empat sisi sama panjang dan kedua diagonal saling tegak lurus
2.6.2 Uji tarik tensil
Gambar 2.40 Diagram tegangan – regangan
[1]
Universitas Sumatera Utara
Uji tensil dilakukan dengan pengaplikasian gaya tarik menurut jumlah tertentu terhadap spesimen hingga terjadi patahan failure pada spesimen tersebut.
Pengujian tensil menggunakan spesimen yang berbentuk batangan, dapat berupa silinder maupun plat datar. Dikedua ujungnya terdapat bagian yang disebut pegangan
dimana kedua bagian ini akan dicengkeram oleh mesin uji tensil dan ditarik. Dibagian tengahnya terdapat bagian yang lebih kecil dibandingkan dengan kedua pegangannya
dimana dimaksudkan terjadi patahan saat pengujian berlangsung. Antara bagian pegangan dan bagian yang lebih kecil tersebut terdapat bagian yang melandai. Spesimen
ini dapat dibuat melalui proses skrap atau bubut. Hasil dari pengujian tensil digambarkan kedalam kurva tegangan dan regangan
yang menunjukkan nilai – nilai berikut :
a. Kekuatan Tarik ultimate tensile strength UTS
Kekuatan Tarik adalah nilai yang menunjukkan gaya tarik maksimum yang dapat diterima material sebelum patah failure. Besarnya nilai ini
melukiskan kekuatan strength material tersebut. Kekuatan tarik dinyatakan dalam mega Pascal MPa
b. Batas luluh yielding
Nilai ini menunjukkan kekuatan tegangan saat deformasi plastik pada material yang diuji mulai terlihat. Nilai ini dapat ditentukan dari grafik
tegangan – regangan. Awal dari deformasi plastis tersebut didapatkan
melalui tegangan mulur, yakni tegangan yang dibutuhkan untuk menciptakan deformasi plastis dalam jumlah tertentu
c. Keuletan keliatan ductility
Keuletan menunjukkan perpanjangan, yakni kemampuan material untuk terdeformasi tanpa mengalami patahan. Nilai ini diperlukan untuk proses
pembentukan logam seperti pengerolan dan ekstrusi. Keuletan dapat diketahui melalui nilai luas penampang patahan dan nilai perpanjangan itu
sendiri yang dapat diperoleh saat spesimen patah
Universitas Sumatera Utara
d. Modulus elastisitas Modulus Young Sering disimbolkan dengan E. Modulus ini menunjukkan nilai kekakuan
material. Semakin besar nilainya, maka semakin kecil regangan elastis yang dihasilkan akibat pemberian tegangan. Besarnya nilai modulus ini
dipengaruhi oleh suhu lingkungan saat pengujian berlangsung. Berikut adalah beberapa nilai modulus elastisitas menurut suhu tertentu :
Tabel 2.5 Nilai modulus elastisitas beberapa bahan E x 10
6
psi Bahan Suhu
Suhu kamar 400
o
F 800
o
F 1000
o
F 1200
o
F Baja karbon
30 27
22,5 19,5
18 Baja tahan karat
austenite 28
25,5 23
22,5 21
Paduan titanium 16,5
14 10,7
10,1 Paduan aluminium
10,5 9,5
7,8 Sumber : Lit. 1 Hal : 282
e. Ketangguhan toughness Ketangguhan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi pada
daerah plastis. Nilai didapatkan melalui perhitungan luas daerah yang ada di bawah kurva tegangan
– regangan, dimulai dari 0 hingga titik luluhnya f. Perpanjangan elongation
Nilai ini menunjukkan pertambahan panjang yang dialami suatu material selama pengujian berlangsung. Semakin liat material tersebut, maka
semakin besar perpanjangannya. Nilai ini dinyatakan dalam persen
Universitas Sumatera Utara
2.7 Diagram alir pelaksanaan Tugas Akhir