Munculnya Partai Politik di Indonesia

28 Tuhan.” Perjuangan Islam sepanjang sejarahnya dapat dilihat sebagai usaha kaum Muslim memenuhi gambaran al- Qur’an itu, khususnya berkenaan dengan tugas kewajibannya bagi kemanusiaan. Tugas itu juga sering diungkapkan dalam kalimat aslinya dalam bahasa Arab, yaitu “Amr ma’ruf nahi munkar”. Karena tugas amr ma’ruf nahi munkar itu umat Islam selalau terlibat dalam perjuangan melawan setiap bentuk kezaliman. Maka wajar sekali bahwa umat Islam Indonesia sepanjang sejarahnya juga dikenal sebagai penentang-penentang gigih imperialism. Juga bukanlah suatu kebetulan bahwa gerakan kebangsaan Indonesia yang mula-mula tumbuh secara sebenarnya berbentuk organisasi massa dalam arti modern muncul dari kalangan Muslim melalui Sarekat Islam. 17 Pada tahun 1911 di Surakarta berdiri sebuah perkumpulan yang diberi nama Kong Sing. Anggota perkumpulan tersebut terdiri atas dua golongan, yaitu golongan orang-orang jawa dan orang-orang Cina. Perkumplan ini merupakan organisasi, koperasi, dengan tujuan untuk menjalin kerjasama diantara anggotanya dalam bidang usaha, terutama untuk melakukan pembelian dan penjualan batik, serta kerjasama dalam urusan kematian. 18 Pada mulanya perkumpulan ini dapat berjalan dengan baik, tetapi kemudian terjadi perpecahan, sebab anggota golongan Cina yang semula hanya 50 persen 17 Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam Era Reformasi Jakarta: Paramadina, 1999, h.43-44 18 Triana Wulandari dan Muhtaruddin Irahim, Sarekat Islam dan Pergerakan Politik di Palembang Jakarta: Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional, 2001, h.34 29 berkembang menjadi 60 persen. Akibatnya lebih jauh, mereka tampak berambisi hendak menguasai perkumpulan tersebut dan mereka ingin menyingkirkan para anggota dari bumi putra. Selain itu, sikap orang-orang Cina menjadi lebih sombong dengan berhasilnya revolusi Cina yang dipelopori oleh Dr. Sun Yat Sen. Melihat sikap Cina yang makain menjadi sombong itu, para anggota orang Jawa beranggapan, bahwa keluar dari Kong Sing adalah langkah yang tepat. Berangkat dari masalah itu maka mereka keluar dari organisasi tersebut, yang kemudian mereka membentuk perkumpulan baru dengan nama Sarekat Dagang Islam. 19 Serikat Dagang Islam didirikan pada 1911 di Solo, 20 oleh seorang pengusaha batik di Laweyan yang bernama H. Samanhudi. Dasar organisasi ini adalah agama, yaitu Islam dan dasar ekonomi. SDI mula-mula diarahkan melawan kegiatan kegiatan Cina itu yang menguasai dunia perdagangan dengan mengorbankan pribumi, sisi lain dari perlawanan itu, sekalipun tidak langsung, ditunjukan kepada Belanda yang 19 Triana Wulandari dan Muhtaruddin Irahim, Sarekat Islam dan Pergerakan Politik di Palembang,h.35 20 Mengenai tahun kelahiran atau berdirinya SDISI ada sebagian tokoh yang menyatakan bahwasanya tahun berdirinya SDISI adalah pada tahun 1905 atau lebih awal dari berdirinya Budi Utomo 1908, seperti K.H. Firdaus A.N. dalam karyanya Syarikat Islam Bukan Budi Utomo, Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa Jakarta: CV. Datayasa, 1997, h. 9 30 memberikan prioritas dan perlindungan kepada usahawan Cina yang agresif dalam perdagangan dan industri. 21 Pada tahun 1912, Umar Said Tjokroaminoto, mengusulkan kepada H. Samanhudi agar perkumpulan tersebut jangan membatasi diri pada golongan pedagang saja, tetapi diperluas, khususnya kepada umat Islam. Dengan alasan tersebut maka kata-kata dagang dalam anggaran dasar perkumpulan tersebut dihapus. Sehingga nama perkumpulan dalam akte notarisnya 10 September 1912 itu menjadi Sarikat Islam SI, 22 perubahan SDI menjadi SI bukan hanya dalam perubahan nama, tapi terutama dalam perubahan orientasi, yaitu dari komersial ke politik. 23 Hal ini bukan tanpa rintangan, karena pada mulanya kolonial Belanda keberatan dan menolak kehadiran SI, tetapi kemudian diakui juga sebagai “Badan Hukum” Recht Persoon pada tanggal 10 september 1912. 24 Pengakuan sebagai Badan Hukum, belum berarti izin bagi gerakan politik SI, karena SI masih dianggap Belanda sebagai organisasi berbahaya. Tetapi karena kaum SI mendesak terus dengan keras, maka pemerintah Belanda tidak bisa menghalanginya lagi. Akhirnya pengakuan dan izin sebagai gerakan politik yang 21 Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara Jakarta: LP3S, 2006, h.80 22 Triana Wulandari dan Muhtaruddin Irahim, Sarekat Islam dan Pergerakan Politik di Palembang, h. 36 23 Syafii Maarif, Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara, h.81 24 Firdaus A.N, Syariakat Isklam Bukan Budi Utomo, Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa, h. 3