Ideologi Partai PPP Partai Persatuan Pembangunan

86 59.326 atau 9.85, masih jauh di bawah partai Gerindra, 89.767 14.90, Golkar, 86.494 14.36, PDI-P, 60.340 10.02, bahkan hampir berselisihan dengan partai Demokrat 54.909 9.12, yang padahal dimasa itu partai tersebut sedang mengalami degredasi karena ada beberapa kadernya yang terjerat skandal korupsi. 25 Berdasarkan hasil rekapitulasi pada pemilu 2014 tersebut dapat disimpulkan partai PPP di daerah Kab. Pandeglang yang notabene penduduknya beragama Islam tidak memberikan dampak signifikan bagi tingginya tingkat perolehan suara partai tersebut hal itu tentunya menimbulkan banyak pertanyaan para pemerhati politik Islam. Kenapa bisa demikian, apakah faktor apatisme masyarakat terhadap partai Islam, atau memang ada kendala lain yang sehingga perolehan suara parpol Islam tidak mendulang. Keterangan dari salah seorang pengurus DPC partai PPP barangkali bisa memberikan gambaran dan pencerahan atas pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Berdasarkan keterangan yang dihimpun dari pengurus parpol tersebut menjelaskan bahwa pada prinsipnya beliau pun mengakui kondisi partai PPP sekarang ini berada dalam titik kelemahan, baik dari prolehan suara yang didapat, maupun dari struktur atau kesolidan internal kepengurusan partai itu sendiri. 25 TEMPO.CO, “Anas dan 466 Politikus yang Dijerat Kasus Korupsi”, diakses pada 04 Oktober 2015 dari http:m.tempo.coreadnews20140923063609068anas-dan-466-politikus-yang- dijerat-kasus-korupsi. 87 Menurutnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi elektabilitas partai PPP menurun diantaranya: 26 1. Menurunnya perolehan suara partai PPP tidak lain faktor utamanya adalah dari internal partai itu sendiri pengurus partai, yang belum memaksimalkan kinerjanya yang telah disepakati dalam program kerja. Jadi program kerja yang sudah ada tidak dimaksimalkan, terutama yang memiliki preferensi tinggi, misalkan program kerja yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, baik bersifat sosial maupun keagamaan, baik menifestasinya dalam bentuk bakti sosial maupun kegiatan pengajian-pengajian keagamaan yang langsung dimotori oleh PPP. karena agenda tersebut tidak berjalan dengan baik maka dampaknya dapat dirasakan sendiri, padahal jika dimaksimalkan tentu melalui kegiatan tersebut dapat menarik simpati masyarakat terhadap partai, masyarakat pun bisa merasakan bentuk nyata dari kehadiran partai Islam dilingkungannya. Karena jarang tersentuh alhasil masyarakat pun bertanya-tanya dan lambat laun mengarah ke dalam kondisi yang meriskankan dan menyebabkan masyarakat tabu dengan partai Islam, apatis dan pada akhirnya mereka tidak bisa membedakan mana partai Islam dan mana partai yang bukan berlandaskan Islam. Justru faktor tersebutlah yang barangkali menjadi faktor partai Islam melemah dan partai nasionalis mendulang dalam porsentase perolehan suaranya, karena disaat partai PPP 26 Wawancara Pribadi dengan Taufiq Sekretaris I bidang kaderisasi dan politik DPC PPP Kab. Pandeglang. Pandeglang, 20 Agustus 2015. 88 tidak begitu menyentuh terhadap geresroot disisilain partai nasionalis memainkan perannya dengan mengambil simpati masyarakat dengan program kerja dan aksi nyatanya. 2. Tradisi kaderisasi lambat laun mulai memudar, karena untuk konteks sekarang ini dalam setiap pencalonan pada pemilu baik legislatif atau kepala daerah partai tidak memfokuskan kepada kader yang memang benar-benar didikan partai kader militan, melainkan siapa saja yang memiliki potensi, memiliki jaringan dan berlatarbelakang ekonomi mapan. Hal itu memang tidak tidak selamanya buruk, namun kerapkali timbul kecemburuan sosial, yang dampaknya adalah solidaritas terganggu. Selain itu masyarakat sekarang mulai menunjukkan titik kejenuhan dengan pola pergerakan partai Islam yang tidak terlihat secara signifikan kerjanya dimata masyarakat, bahkan masyarakat sendiri menganggap tidak ada perbedaan antara partai Islam dengan partai Nasionalis, yakni pada akhirnya semua bermuara pada perebutan kursi kekuasaan, bahkan anggapan masyarakat Islam yang dijadikan ideologi partai hanya sebagai simbol yang digunakan untuk menarik simpati masyarakat saja selebihnya tidak. Anggapan itu diperkuat dengan beberapa kasus pidana yang dialami oleh figur terkemuka partai politik Islam. 27 27 Wawancara Pribadi dengan KH. Ujang Rafiuddin Tokoh Masyarakat Kec. Majasari, Pandeglang, 01 Oktober 2015.