Adegan Pengepungan Pertama dan Konflik Internal

78 4 Sultan Mehmed, Wazir dan Pasukan Kapal-kapal yang memuat logistik makanan yang terbakar,menjadikan pengepungan selama 40 hari sia-sia. terlihat sultan yang berada paling depan barisan kehilangan kendali atas amarahnya. 5 Prjurit Mental yang rapuh dan Kehilangan keyakinan atas pengepungan yang sia-sia. 6 Zaganos Pasha dan Halil Pasha Menunjukan Konflik Internal para Wazir dan rasa tidak aman berada dalam penyerangan yang sultan lakukan. 79 7 Sultan Mehmed Menunjukan keputusasaan dan perenungan kembali atas rencana dan strategi perang yang telah dibuatnya. 8 Sultan Mehmed dan Syaikh Samsudd in Bentuk Suport Guru Terhadap Murid yang dicintainya. Dengan menceritakan penyerangan yang pernah dilakukan ayahnya sultan, menjadi penyemangat baru dan tekad yang bulat atas pengepungan. Tabel 4.4. Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Pengepungan pertama dan konflik internal” Ikon Ikon dalam adegan ini terdapat pada setting lokasi yang dipilih yang masih sangat kental dengan peradaban Turki yang merupakan negara perbatasan Asia dan Eropa. Pakaian yang dipakai oleh sultan mewakili kebudayaan Asia timur, kemudian Constantine yang menggunakan baju Zirah seperti pasukan romawi yang mewakili peradaban dari budaya Eropa. Indeks Indeks di dalam adegan ini terdapat pada kata-kata Sultan ketika ia terus menyerang tanpa menghiraukan pendapat Wazir kepala, bahwasanya Said menolak secara halus namun tetap penuh wibawa untuk tetap menyerang. Sehingga tibul beberapa konflik diantara Wazir-wazirnya. dan Suara yang mengejutkan dan penuh keyakinan menandakan seorang sedang berada pada tingkat emosi tertentu. Simbol Simbol yang muncul adalah bagaimana keimanan individu yang melekat pada sosok Sultan Mehmed II. Secara konvensional, simbol-simbol agama yang dipertahankan dengan keteguhan hati merupakan suatu tindakan yang didasari dari karakter dan kepribadian seorang pemimpin dalam Islam. 80 Adegan ini menceritakan proses pengepugan dan penyerangan yang dilakukan Sultan dan pasukanya. Serangkaian adegan pada tabel 3.4 merupakan proses pengantar adegan menuju adegan penyerangan besar- besaran Sultan. Dapat kita lihat dalam adegan penyerangan pertama Sultan Mehmed II, bermakna sebuah bentuk represif pemerintahan Sultan terhadap kota Konstantinopel, namun hal tersebut ternyata tak sesuai dengan keinginan sultan karena banyaknya pasukan sultan yang terbunuh dan persediaan makanan terbakar habis oleh pasukan musuh, sehingga ia harus merubah strategi dan mempercepat pengepungan yang tidak direncanakan sebelumnya oleh Sultan. Unsur mise en scene pada adegan ini memperlihatkan latar atau setting yang diperkirakan menggunakan shot on location, meskipun tingkat kebenarannya masih dipertanyakan. Namun, mood yang coba dibangun serta suasana yang dibangun hampir sama persis seperti peradaban Turki Usmani pada zaman dulu, dengan pintu kayu yang bercorak, Singgasana Sultan, hiasan dinding tenda, bentuk tenda sederhana dan hamparan sebuah peta yang besar di dalam tenda yang membuatnya tampak seperti dalam tenda peperangan di zaman itu. Aspek lain adalah pada kostum yang dikenakannya. Penggunaan kostum militer yang digunakan dua orang pasukan sultan yang putus asa, merepresentasikan busana anggota militer Yenisseri yang dimiliki Turki Utsmani saat itu, dengan baju yang mirip gamis namun berkancing mirip dengan kebudayaan Asia yang berwarna merah, serta peralatan lain seperti senjata yang masih menggunakan pedang panjang seperti senapan. 81 Pada tokoh Zaganos Pasha dan Halil Pasha diperlihatkan mengunakan pakaian dan atribut yang berbeda dari pasukan lain sebagai bentuk pembeda dari kasta atau jabatan. Aspek lain adalah tata rias wajah yang tampaknya lebih mendominasikan unsur naturalitas, di mana tata rias tidak begitu menonjol dan cerah. Hal ini diperkirakan untuk merepresentasikan ruang dan waktu dimana pada ssat itu mereka berada dalam keaadaan sedang berperang. khususnya pada zaman itu, kosmetik belum begitu marak diproduksi dan orang pada zaman dahulu tampaknya memang jarang menggunakan peralatan kosmetik selain perempuan yang biasanya menggunakan celak. Namun, tata rias digunakan untuk merepresentasikan kepribadian tokoh atau pelaku cerita. Warna kostum yang dominan adalah warna gelap. Biasanya warna gelap identik dengan kejahatan. Namun, semua itu bertolak belakang dengan apa yang ada di dalam cerita film. Warna hitam dalam film sepertinya ingin merepresentasikan sebuah kondisi budaya masyarakat Turki Utsmani ketika itu. Komponen yang dapat kita analisis pada adegan ini adalah pada unsur pencahayaan. Pencahayaan dapat kita analisis melalui arah pencahayaan. Arah pencahayaan pada adegan ini arah lebih memilih top lighting yang fungsinya sekedar ingin menunjukkan jenis pencahayaan buatan dalam sebuah adegan, yakni dengan menggunakan lampu-lampu standar. Adapun sumber cahaya yang digunakan sutradara pada adegan ini adalah sumber cahaya utamanya bersifat key lighting dimana cahaya didominasi sumber cahaya yang membuat kontras antara area terang dan gelap saja, karena pada adegan ini kebanyakan dilakukan pada siang hari. 82 Pergerakan kamera dan tipe shot yang ditampilkan pada adegan ini, didominasi oleh long shot type, di mana sutradara ingin memperlihatkan semua pemain yang ketika itu, memang berjumlah tidak sedikit. Pergerakan kamera juga tidak terlalu dinamis. Visualisasi dibuat se-natural mungkin, guna ingin merepresentasikan kondisi masa lampau yang memang apa adanya. Unsur historis yang mendominasi genre film, membuat film ini tampak ingin dikemas sesuai aslinya. Dari segi suara, adegan ini tidak menghadirkan dieges-dieges yang cenderung diegetic sound. Jadi, sumber suara diperoleh langsung dari pemain yang memperagakan action-action pada shot-shot tersebut. Namun, terkadang ada pula suara-suara yang sekilas muncul dengan dominasi suara orkestra yang kompleks, namun menghasilkan suara merdu dan mendayu yang membawa penonton kepada satu kondisi penuh khidmat. Ada sebuah dialog yang menarik antara Sultan Mehmed II dengan Constantine XI Saat melakukan negosiasi dalam penyerangan pertamanya. Constantine menyambut Sultan dengan ucapan salam yang diucapkan umat muslim dan kemudian sultan mengucapkan salam yang biasa di ucapkan umat Kristen Ortodoks, pada hari itu sultan menjelaskan mengapa pengepungan ini dilakukan padahal perjanjian damai diantara mereka masih mereka pegang. Pada intinya, dari dialog tersebut, Sultan menginginkan Constantine untuk segera menyerahkan kotanya secara damai dan harta mereka titetap menjadi milik mereka, dengan syarat pemerintahan berada dibawah kepemimpinan sultan. Berikut ini adalah percakapan tersebut: 83 Constantine XI : Assalamu Alaikum Sultan Mehmed II : Kalos Antamothsikame. Contantine XI : Aku harap aku bisa menjadi tuan rumah yang baik di istanaku tetapi Anda terlalu ramai. Sultan Mehmed II : Terima kasih atas keramahan anda, Kaisar. Anda adalah tuan rumah yang baik. Constantine XI : Aku ingin mengingatkan Anda bahwatembok kami, juga iman kami. Dalam sejarah tidak ada yang pernah bisa meruntuhkannya, Sultan. Sultan Mehmed II : Setelah pengepungan, Anda tidak akan pernah mengatakan hal itu lagi, Kaisar. Constantine XI : Tembok kota kami telah mengalami banyak penyerangan sebelumnya. Dan yang terakhir dilakukan ayah Anda. Tapi ia gagal, sama seperti yang lain Sultan Mehmed II : Kami datang ke sini untuk membuktikan perkataanmu Jika Anda menyerah sekarang, Anda beserta rakyat dan keluarga mereka akan hidup dalam damai. Kita tidak akan menyentuh harta kalian. Constantine XI : Berarti akan ada banyak darah yang tertumpah, terutama darah Anda. Sultan Mehmed II : Kami mematuhi yang diperintahkan Al-Quran. Dari petikan percakapan diatas, tampak sebuah isyarat bahwa Sultan sangat tegas dalam mempertahankan prinsipnya terlebih mengenai ajaran agama Islam. Ramah tamah sebagai simbol bangsawan dalam negosiasi pada saat itu, Tembok yang tak terkalahkan menjadi simbol kesombongan bangsa Konstantinopel dan mendahulukan kepentingan dari rakyatnya adalah ciri-ciri dari kepemimpinan dalam Islam. Baju Zirah perang memiliki simbol kemewahan dan kegagahan dari sebuah bangsa yang cukup terkonstruksi dengan baik dalam adegan ini. Negosiasi sebagai bentuk peradaban yang memegang nilai-nilai kemanusiaan dan memberikan stigma positif terhadap bentuk Kepemimpinan. Terlebih saat sultan seolah member tahu langsung kepada kita dengan pernyataan sultan yang mengatakan ”Kami Sangatangat 84 Memetuhi yang diperintahkan Al-Quran”, sikap ini tercermin dalam Qs.Al- Azhab 36 Allah berfirman: tΒuρ tβx. 9ÏΒ÷σßϑÏ9 Ÿωuρ πuΖÏΒ÷σãΒ sŒ Î |Ós ª ÿ…ãèθß™u‘uρ ·øΒr βr tβθä3tƒ ãΝßγs9 äοuŽzÏƒø: ôÏΒ öΝÏδ̍øΒr 3 tΒuρ ÄÈ÷ètƒ © …ãsθß™u‘uρ ô‰ssù ¨≅|Ê Wξ≈n=|Ê YƏÎ7•Β ∩⊂∉∪ Yang Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata 4 . Surat Al-Azhab ayat 36 diatas sesungguhnya merupakan ayat yang sangat tegas memerintahkan untuk taat kepada Allah Al-Quran dan Rasul as-Sunah. Siapa siapa yang tidak taat kepada keduanya, maka ia telah durhaka dan barang siapa yang durhaka, maka ia telah tersesat dengan sesat nyang nyata. Setelah melakukan negosiasi, kemudian shot beralih pada penyerangan pertahanan kota Konstantinopel saat itu. Adegan ini didominasi dengan kegiatan monolog para prajurit yang meneriakan semangat perjuangannya menembus benteng kota Konstantinopel. dan berakhir saat terbenamnya matahari. Banyaknya korban yang yang berjatuhan kemudian kapal-kapal pengangkut logistik yang terbakar membuat pasukan Sultan putus asa dan membuat Sultan Mehmed II merenungkan rencana pengepungan yang dilakukan selama 40 hari yang tidak membuahkan hasil apapun, sultan malah meerima kekalahan yang membuat sultan tidak mau keluar dari tendanya selama 2 hari berturut-turut. Diceritakan dalam film kejadian ini membuat 4 http:quran-sunnah.netas-sunnahketaatan-kepada-rasulullah-tidak-bisa-dipisahkan-dari- ketaatan-kepada-allah-as-sunnah-adalah-hujjah-sumber-pensyariatan-di-dalam-islam-setelah-al- quransthash.4wQ4CMIy.dpbs 85 mental prajuritnya turun dan perselisihan diaantara wajir-wajir itu semakin terlihat. Pergerakan kamera dan editing didominasi pola cut to, di mana perpindahan shot satu ke shot yang lain memunculkan efek memotong gambar secara langsung, tanpa jeda. Namun, secara keseluruhan, adegan ini mencoba membangun narasi mengenai perjuangan Sultan dan sejarah perjuangan untuk menaklukan benteng kota Konstantinopel pada saat itu. Hal tersebut dapat terlihat dari dialog berikut: Sultan Mehmed II : Sheik Selamat datang Sheik Samsuddin : Terima kasih, Mehmed. Bagaimana keadaanmu? Kenapa pasukanmu tidak menyerang? Sultan Mehmed II : Kami sudah 40 hari di sini. Sheik Samsuddin : Kesabaran diperlukan dalam hal ini. Itu yang membuat tujuan hidup dan impianmu Tercapai. Aku tahu, kegagalan telah embuatmu dan tentaramu kecewa. Itu sangat mempengaruhi tentaramu. Dan orang-orang itu yang merayakannya. Mari Mehmed Ikuti aku. Sheik Samsuddin : Sebelum aku kemari aku telah berdoa selama tiga malam berturut-turut. Meminta tanda apakah penyerangan ini diperuntukkan untuk kebaikan atau tidak. Terima kasih kepada Allah, Aku medapatkan apa yang aku minta pada malam terakhir. Aku melihat Ayyub Al- Anshari, ra. dalam mimpiku.beliau mengatakan kepadaku letak makamnya, dan menginginkan aku untuk menunjukkannya kepadamu. Katakan kepadanya, mengapa aku dimakamkan begitu dekat dengan tembok itu. Seperti yang kau ketahui, Ayyub ra. Ikut dengan pengepungan Konstantinopel, bersama dengan tentara Muslim, dia tidak meninggalkan tembok itu sampai ia wafat. Dan dia tidak muda seperti dirimu, dia sudah tua dan dalam keadaan sakit. Kamu tidak boleh menyerah, Mehmed, kamu datang ke sini adalah sebagai pemimpin yang telah diramalkan. Pergilah dan pimpin tentaramu. 86 Jika kamu tidak melakukannya sekarang. kamu tidak akan pernah bisa melakukannya lagi. Bangkitkan kembali semangatmu, dan tunjukan kepada semua orang jiwa kepemimpinanmu. Kamu memiliki kemampuan untuk itu. Ingatlah. semakin tinggi pohon maka angin semakin kencang menerpanya. Sultan Mehmed II : Aku tidak akan kembali sebelum aku mengambil alih kota ini ayah. Disisni diperlihatkan usaha Sultan yang begitu keras kemudian didukung oleh gurunya yang sangat ia hormati menjadikan Sultan Mehemed memiliki keyakianan dan semangat untuk memperjuangkan Bisyarah Rasulullah yang telah digambarkan kepadanya atas Kota konstantinopel yang akan ditaklukannya. Adegan inilah yang akhirnya menjadi titik tolak dalam meneliti adegan utama mengenai Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film. Adapun unsur semiotika pada adegan ini adalah terletak pada denotasi dan konotasi yang muncul melalui ikon, indeks dan simbol yang dihadirkan pada beberapa shot yang ditampilkan. Namun, secara global, peneliti melihat sebuah narasi yang memiliki pola linier ditampilkan sutradara pada durasi-durasi pertengahan ini.

3. Adegan Pengepungan kedua dan Serangan Besar-besaran

Adegan Pengepungan dan Peperangan Besar memiliki durasi yang cukup panjang, karena ada beberapa adegan yang berhubungan dengan sejarah tentang pembuatan sebuah Meriam yang ukuranya tidak dapat diperkirakan pasukan musuh, Sultan memerintahkan seorang ahli persenjataan untuk membuat meriam terbesar yang tak pernah ada di zaman itu. Adegan dimulai dari durasi 02:05:07 hingga 02:14:01 Hal ini dikarenakan persiapan 87 pengepungan. Namun pada penelitian kali ini, peneliti akan mencoba meringkas dan menarasikan poin-poin penting mengenai pengepungan yang dilakukan Sultan. Adegan ini dimulai pada saat Sultan mengusulkan Strategi perang yang tidak terduga oleh pasukan Konstantinopel, Sultan memerintahkan Laksamana dan pasukan-pasukan lautnya untuk menyeret kapal-kapal yang tidak bisa memasuki teluk Golden Horn melalui jalan darat, Adegan ini memperlihatkan kengerian di mata pasukan Konstantinopel dan rakyatnya, terlihat pasukan dari Sultan Mehmed sedang menyeret kapal-kapal besar yang dimilikinya menyebrangi jalur daratan, seolah-olah mereka sedang berlayar menuju kedalam Teluk Golden Horn yang ketika berada dilautan di jaga oleh rantai raksasa sehinga kapal sultan tidak dapat memasuki Teluk. Setelah pada adegan ini, narasi beralih kepada adegan ketika Sultan berkhutbah Adegan ini, sutradara memperlihatkan Sultan dengan atribut yang menyertainya. Di atas bukit pada malam hari, diperlihatkan Sultan bersma dengan Gurunya dan para Wazirnya. Dalam adegan ini sultan berkata bahwa kemenangan hanya akan diraih dengan keyakinan iman, kemudian dalam kondisi yang sangat bersemangat Sultan mengingatkan agar pasukanya mengingat Bisyarah Rasulullah tentang pembebasan tanah Konstantinopel yang hanya akan diraih oleh Sebaik-baiknya pemimpin dan sebaik-baiknya pasukan. Maka dalam pandangan islam tentang seorang SultanPemimpin yaitu merupakan perwakilan Tuhan di muka bumi maka ketika Sultan berkhutbah dan menyeru para pasukannya seraya menyebut asma Allah, pasukanya memiliki keyakinan dalam perjuangan atas pembuktian dari Bisyarah Rasulullah yang dirindukan umat Muslim saat itu. 88 Setelah shot berkhutbah pada pasukan selesai, kemudian shot berpindah dengan editing cut to kepada wajah Sultan dengan tipe shot medium Close Up yang berfungsi untuk melihatkan objek secara dekat dan memperjelas karakter dari objek yang diambil. Dalam adegan tersebut, diperlihatkan pula Sultan mengenakan baju jirah perang yang tebal untuk melindungi tubuhnya dari serangan lawan, karena pada saat itu telah terjadi peperangan sebelumnya. Dan pelindung kepala cirri khas ke-Timuran yang dikenakan Sultan Mehmed II, kemudian terlihat sultan mengepalkan tangan kanan berusaha menyemangati para pasukan yang sedang berdiri dihadapanya dengan menyebut asma Allah, kemudian ia acungkan pedang sebagai simbol perlawan terhadap kedzoliman. Setelah adegan di atas, kemudian sutradara melakukan perpindahan tempat dengan melakukan Cut Editing pada gambar mengunakan teknik kamera Medium Long Shoot. Terlihat sultan sedang melaksanakan kewajiban salat, seting tempat pada saat itu terlihat cuaca di sore hari yang menandakan akan tenggelamnya matahari, terlihat Sultan sedang mengimami pasukanya sebelum memulai serangan besar-besaran. Barulah kemudian adegan berpindah setting kamera dengan menggunakan teknik kamera Long Shoot di sebuah lapangan yang memiliki latar belakang peralatan perang dan benteng-benteng buatan untuk mencapai ketingian benteng yang akan ditembusnya. Pada adegan ini pemain jumlahnya cukup banyak yang coba memberikan gambaran bahwasanya saat itu meggambarkan Bisyarah Rasullulah tentang sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan. diceritakan sultan melakukan pemilihan khusus pada pasukan yang akan berangkat bersamanya untuk melakukan pengepungan Konstantinopel.