112
Ketiga adalah medium close up yang digunakan ketika shot Sultan sedang menunggangi kuda dan ketika penduduk yang berada di gereja
ketekutan bersama seorang pendeta. Kemudian Close Up digunakan untukSultan pada saat mengendong seoarng anak balita. Pembangunan
karakter yang cukup signifikan ini, memunculkan sebuah mood yang membawa penonton juga merasakan apa yang sedang Sultan Mehmed II
rasakan dengan mimik, tatapan matanya, serta senyuman yang terlihat dari bibirnya.
Adapun pada potongan adegan, tipe shot yang digunakan adalah Long Shot, di mana objek diperlihatkan seluruh bagian tubuhnya, selain
itu untuk memperlihatkan semua objek yang berada di tempat Sultan Mehmed Memasuki gerbag Gereja Hagia Sophia.
4. Camera Angle
Sudut kamera. Tipe sudut.
Tipe sudut kamera yang tampak pada adegan ini adalah tipe high angle, di mana objek diperlihatkan tampak lebih kecil daripada setting. Hal ini
memunculkan kesan bahwa seseorang tersebut sedang terintimidasi, kecil, bahkan lemah Anggle ini tedapat ketika Sultan melihat mayat
kaisar Constantine dari atas kuda
5
. Kemiringan
Dalam adegan ini, teknik kemiringan kamera tidak digunakan. Hal ini bisa menimbulkan makna bahwa narasi dan kisah dalam adegan ini
masih stabil. Ketinggian
Dalam adegan ini, ketinggian kamera tidak digunakan oleh sutradara. Objek dan kamera masih sejajar.
5. Camera
Movement Pergerakan kamera dalam adegan ini di dominasi oleh teknik tilt up
yang digunakan untuk memperlihatkan objek yang lebih tinggi dari objek utama terutama pada saat adegan sultan memasuki gerbang kota
dan tilt Down digunakan pada saat memasuki Pintu gereja Hgia Sophia yang begitu megah. Kemudian Tilt Up digunakan untuk Bumper Out
pada akhir adegan yang memperlihatkan bagian atap bangunan Gereja.
6. Lighting
Kualitas cahaya pada adegan ini megunakan pencahayaan yang dikenal dengan sebutan soft light atau denga kata lain cahaya membuat
objek tampak lebih tipis. Hal ini menjadi tanda bahwa sutradara ingin menampakkan sepenuhnya objek yang ada di gereja dengan
menghilangkan bayangan objek. Arah pencahayaan pada adegan ini adalah back lighting, di mana
sutradara mencoba memperlihatkan objek yang misterius. sehingga objek tampak kurang jelas dari arah depan. Dalam adegan ini objek
Sultan dan seluruh properti yang ada di dalamnya memiliki bayangan, sehingga objek Sultan dan komponen lain tampak kurang jelas.
Kemudian saat percakapan barulah sutradara mengunakan arah pencahayaan frontal lighting yang bermkasud memperlihatkan dengan
5
Adegan dapat dilihat pada durasi 02:26:47
113
jelas seluruh kopmponen yang ada di dalamnya dan menghapus seluruh bayangan yang ada pada objek.
Sumber cahaya pada adegan ini menggunakan key light. Di mana sumber cahaya utama dan paling kuat menghasilkan cahaya. Adapun
cahaya utama pada adegan ini adalah sinar matahari yang muncul dari atap bangunan yang keluar dari lunag lunang atap gereja.
7. Dieges
and Sound
Suara yang digunakan di dalam adegan ini adalah tipe suara yang dieges sound. Tipe ini memberi pemahaman bahwa sumber suara adalah
dari objeknya langsung. Namun, di sisi lain ada suara non dieges sound yang terdengar sangat pelan, yaitu suara musik yang mengilustrasikan
suatu kondisi kekhawatiran atau offscreen sound.
8. Visual Effect
SFX Ada beberapa bagian visual efek di dalam film ini. hal ini
menandakan bahwa film ini merupakan jenis film yang yang diintervensi unsur teknologi komputer.
9. Narrative
secara singkat, narasi yang dibangun dalam film ini merupakan jenis narasi dengan pola linier. Walaupun pada sebagian adegan sebelumnya
narasi ada narasi Flash Bck dalam film ini
10. Genre Genre film ini adalah Epic Movie, di mana sutradara ingin
memvisualisasikan mengenai perjalanan seorang tokoh-tokoh tertentu yang sudah melakukan sebuah peristiwa besar atau sudah cukup dikenal
oleh masyarakat banyak.
11. Iconoghraphy Ikonografi merupakan sebuah sistem yang mendukung genre.
Ikonografi dalam film ini adalah Gereja Hagia Sophia, panji-panji perang, kuda perang, Benteng kota, jubah dan mahkota Sultan
mendukung narasi sebagai tokoh Sultan dan gesture yang penuh pengambaran Sultan pada saat itu.
12. The Star
System
Pemilihan bintang film dalam film ini persiapannya dengan cara melakukan audisi. Faruk Aksoy sebagai sutradara terjun langsung untuk
melakuakan audisi yang dilaksanakan untuk mendapatkan orang yang cocok berperan sebagai Sultan Mehemed II.
Selain peran manusia, sutradara juga menghadirkan peranan penting dalam peperangan sejarah yaitu kuda-kuda perang pada adegan film.
13. Realism Bangunan realitas dalam adegan ini cukup mendukung aspek
realism. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa shot yang seolah-olah membuatnya benar-benar terjadi. Aspek realism biasanya dipelajari dari
sistem budaya masyarakat, aspek-aspek demografis dan kisah-kisah penting yang berhubungan dengan film, sehingga penonton juga dapat
merasakan sebuah atmosfer yang juga dirasakan oleh tokoh di dalam film tersebut.
Dalam adegan ini, aspek realisme dibangun berdasarkan kisah Sultan di gereja. Pemilihan setting yang tepat, pengemasan unsur mise en scene
yang tepat, dan membangun sebuah cerita yang hidup dan dapat diterima oleh penonton.