Konsep Semiotika Rolland ฀arthes

27 petanda, yang didalamnya beroperasi makna yang bersifat implisit dan tersembunyi. ฀. Signifier penanda 2. Signified petanda 3. Denotative Sign tanda denotatif 4. Connotative Signifier penanda konotatif 5. Connotative Signified petanda konotatif 6. Connotative Sign tanda konotatif Tabel 2.2 Peta tanda Roland ฀arthes. Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif 3 terdiri atas penanda ฀ dan petanda 2. Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda denotatif adalah juga penanda konotatif 4. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material : hanya jika anda mengenal tanda “sign”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin. Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure yang berhenti pada penandaan dan tatanan denotative. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan dalam istilah tingkatan representasi atau tingkatan mana. Secara ringka, denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Denotasi adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign, dan antara sign dengan referent object dalam realitas eksternal. 28 b. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembacapengguna dan nilai-nilai budaya mereka. Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi. Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya disebut makna denotatif. Makna denotatif memiliki istilah lain seperti makna denotasional, makna referensial, makna konseptual atau makna ideasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu disamping makna dasar yang umum. Konotasi atau makna konotatif desebut juga makna konotasional, makna emotif atau makna evaluatif. Denotasi dan konotasi tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri sendiri. Sebuah tanda yang kita lihat pasti suatu denotasi. Makna denotasi adalah apa yang kelihatan pada gambar, dengan kata lain gambar dengan sendirinya memunculkan denotasi. Denotasi dengan sendirinya akan menjadi konotasi dan untuk selanjutnya konotasi justru menjadi denotasi ketika konotasi tersebut sudah umum digunakan dan dipahami bersama sebagai makna yang kaku.

3. Konsep Semiotika Film

Christian Metz merupakan salah satu kritikus film yang berasal dari Perancis. Bukunya yang berjudul Language and Cinema memberikan pemahaman mengenai film sebagai satuan bahasa yang berbeda dari bahasa tutur. Semua komponen dalam film merupakan serangkaian kode 29 yang merepresentasikan sebuah budaya, sejarah dan nilai-nilai. Bagi Metz teori film adalah teori yang mengkaji wacana-wacana sejarah film, masalah ekonomi film, estetika film dan semiotika film. Kontribusi penting Metz dalam memahami film terletak pada bagaimana dia memperkenalkan sebuah konsep cinematis instutitution. Melalui konsep tersebut Metz mengenalkan, bahwa pengertian film tidak terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja, melainkan juga aspek lain di luar itu, sehinggan penonton dapat menjadi salah satu bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai kesatuan film yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam wilayah psikologis. Melalui konsep ini, Metz memaparkan setidaknya ada 3 mesin utama dalam memaknai film secara utuh sebagai bahan penelitian, yaitu outer machine film sebagai industri, inner machine psikologi penonton, third machine penulis naskah film - kritikus, sejarahwan, teoretikus. Dalam kutipan buku Allex Sobur yang bejudul Semiotika Komunikasi Oey Hong Lee mengatakan bahwa film adalah alat komunikasi massa kedua yang muncul setelah surat kabar, sehingga pertumbuhan film pada abad ke ฀9 sangat pesat bahkan dalam perkataan lain unsur-unsur yang merintangi perkembanagan surat kabar sudah dibuat leyap. Peryataan tersebut mengindikasikan bahwa film saat ini mengalami perkembangan yang begitu pesat, film tidak hanya dijadikan sebagai alat hiburan sematata, melainkan untuk bergagai kepentingan politik, ekonomi, 30 propaganda, dan berbagai kepentingan lainya yang terkadang sulit untuk kita deteksi. Maka dari itu, semiotika sebagai sebuah disiplin ilmu yang mengkaji tanda-tanda dan sistem simbolik memiliki kaitan erat dengan film sebagai sebuah produk tanda. Di lain pihak, para ahli melihat film sebagai salah satu media yang dapat mempengaruhi para khalayaknya. Dan dari sinilah asal mula dilakukannya berbagai penelitian terhadap simbol dan ikon dalam film, dan pengaruhnya terhadap masyarakat yang menyaksikan film tersebut . 4. Konsep Semiotika Steve Campsall Steve Campsall berasal dari Inggris, yang juga salah seorang pengajar studi bahasa Inggris dan media di The Beauchamp College. Campsall membuat tabel analisis film yang mengadopsi pemikirian dari salah seorang tokoh semiotik film yakni Christian Metz. Ia mempunyai pandangan bahwa film merupakan kesatuan yang terdiri dari bahasa dan makna, yang kemudian diartikan oleh Campsall sebagai ฀oving Image Text : “Film Language”. Menurutnya Film Language ia ciptakan karena ia berpendapat bahwa film mempunyai cara tersendiri atau bahasa tersendiri yang digunakan dalam menyampaikan pesan kepada para penontonnya. Mulai dari sutradara, produser, editor dan juga semua kru bekerja untuk menciptakan sebuah makna tersebut melalui gambar bergerak seperti dalam film.