Tabulasi Analisis Elemen Adegan

103 02:27:51 02:28:17 02:28:04 02:28:22 104 02:28:25 02:28:50 02:28:53 02:29:13 105 02:29:25

3. Analisis Narasi dan Simbolik Antara Adegan Utama dan Pendukung

Pada Tabel 9.3. Pada tabel di atas menunjukkan adegan-adegan dengan narasi yang berhubungan satu sama lain. Adegan berikut akan peneliti analisis sesuai dengan kebutuhan analisis film dari Christian Metz. Dalam adegan yang terdiri dari rangkaian gambar tersebut, Faruk Aksoy sebagai sutradara film ini mencoba menggambarkan sebuah nilai-nilai penting terkait dengan kepemimpinan dalam Isalam. Pada adegan yang pertama di kolom ke 1, menunjukkan simbol Kepemimpinan dalam islam, simbol terdapat pada iring-iringan sultan saat masuk gerbang kota Konstantinopel yang membawa panji-panji dengan tulisan dua kalimat syahadat sekaligus menjadi media dakwah sultan kemanupun ia melangkah didalam film ini kibaran bendera Ak Sancak selalu hadir dalam setiap perjalanan Sultan. Penampilan gambar ini diambil dengan teknik medium close up oleh kamera dari Anggel menarik yang seakan-akan ingin mengetahui lebih dekat perjalan Sultan menuju Kota Konstantinopel. 106 Pada scene yang ke 2, dapat kita lihat adegan ketika sultan disambut oleh pasukanya yang berbaris membentuk dua barisan yang diantara barisan itu mereka memberikan jalan kepada Sultan diiringi kata yang serentntak dan terucap dari mulut mereka mengatakan ”Hidup Sultan” berulang-ulang kali selama sultan melewati barisan tersebut seolah ucapan syukur pasukan karena memiliki pemimpin dan menjadi pasukan yang terlah diriwatkan untuk menaklukan benteng Konstantinopel. Adegan ini dapat dilihat pada durasi menit ke 02:25:50. Adegan ini ditampilkan untuk menyajikan suatu fakta dan bukti tentang apa yang terjadi Saat itu ketika Sultan hendak memasuki Kota. Adegan selanjutnya pada scene pendukung yang ke 2, kolom ke 2. Setelah disambut dengan sangat meriah oleh para pasukanya, Sultan langsung memperingatkan pasukannya berhenti karena melihat tawanan yang tertangkap pasukanya, Dalam adegan ini bisa kita lihat Sultan mengankat tanganya agar situasi menjadi tenang saat ia akan mengatakan kebijakan ketika melihat mayat kaisar Constantine yang dibawa oleh Notras dan senatornya. Pada scene pendukung yang ke 3, memperlihatkan tawanan dan mayat Kaisar Constantine saat sultan memulai katakan kebijakan untuk setiap tawanan dan mayat Kaisar, Sultan menyuruh mereka untuk berdiri dan berkatalah sultan kepadanya: “Makamkanlah Kaisarmu sesuai dengan kepercayaanmu” pada perkataan ini Sultan Mehemed II menjadi contoh yang baik sekaligus mengambarkan nilai-nilai toleransi yang dimiliki umat Islam kepada seluruh pasukanya khususnya kepada umat Kristiani yang pada saat itu telah menjadi tawanan pasukan Sultan. Nilai-nilai tersebut dalam islam tergambar jelas dalam ayat Al-Quran surat Al-Kafirun – 06: 107 öä3s9 öä3ãΨƒÏŠ u’Íuρ ÈÏŠ ∩∉∪ Yang artinya: “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. Adegan pendukung selanjutnya adalah wajah Saikh Samsuddin yang terlihat sangat bangga memiliki murid seperti Sultan yang memegang teguh prinsip dan nilai-nilai toleransi antar umat beragama, Saikh Samsuddin divisualisasikan dengan wajah tersenyum kemudian melanjutkan perjalanannya mengiringi sultan masuk ke dalam kota konstantinopel. Adegan ini memperlihatkan bahwasanya senyuman Saikh adalah senyuman seorang guru yang bangga terhadap muridnya yang mengamalkan nilai-nilai yang telah ia ajarkan. Adegan pendukung selanjutnya memperlihatkan Sultan Mehmed II memasuki pintu gerbang Gereja Haggia Sophia yang dikawal oleh pasukan Yenisseri yang berada di luar ruangan yang terlihat sedang mengawasi keadaan di dalam Gereja yang dipenuhi oleh penduduk Konstantiopel. Terlihat dalam adegan ini Sultan sebagai seorang penakluk memiliki karisma yang kuat dengan membawa pedangnya yang menambah kewibawaan seperti seorang kesatria penakluk. Adegan ini mengunakan pencahayaan Back Light karena degan efek seperti ini sutradara ingin mengambarkan kewibawaan dan Sultan adalah pembawa pencerahan untuk penduduk Konstantinopel setelah bentengnya ditaklukan. Adegan selanjutnya adalah penduduk Konstantinopel yang Nampak ketekutan saat melihat Sultan masuk kedalam ruangan Gereja. Terlihat sultan sangat menghormati penduduk Konstantinopel dengan tidak membawa pasukannya yang telah berlumuran darah karena usai berperang untuk tidak