Semiotika Kepemimpinan Muhammad Fatih Dalam Film Battle Of Empires Fetih 1453
Diajukan Kepa Untuk Memenuhi Sya
JURUSAN KO
FAKULTAS ILM
UNIVERSITAS IS
SKRIPSI
pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikas Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Komunikas
(S.Kom.I)
Oleh :
DANG KRISSANDY NIM : 108051000139
OMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLA
ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNI
S ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATU
JAKARTA
1435H/ 2014 M
asi asi Islam
LAM
NIKASI
TULLAH
(2)
(3)
(4)
engan ini peneliti menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli peneliti yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 jenjang sarjana di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang peneliti gunakan dalam penulisan ini telah peneliti
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli peneliti
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka peneliti bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 15 September 2014
(5)
EmpiresFetih1453
Flm attle of Empires Fetih 1453 adalah sebuah flm yang memuat certa
sejarah perjuangan Sultan Muhammad Al-Fath dalam merebut kota
Konstantnopel, flm n adalah flm termahal yang pernah dbuat d Turk sepanjag
sejarah pada tahun 2011. Ada 13 negara yang pertama kal menyambutnya
dantaranya yatu Mesr, Turk, Arab, Kzakastan, Azerbezan, Inggrs, Amerka,
Prancs, German, Macedona, Georga dan Rusa. Hal n membuktkan, bahwa
flm-flm dalam lngkup Negara Turk sekelas dengan flm Hollywod. Flm yang
mengangkat tentang sejarah kepemmpnan dalam Islam yang dapat menark
perhatan n, dterma oleh banyak kalangan d duna. Terlepas dar perseteruan
antara duna Barat dengan duna Islam, attle of Empires Fetih 1453
dapat
djadkan acuan bahwa betapa pentngnya melhat ss lan dar sebuah proses pesan
dalam komunkas massa dalam pembuatan sebuah flm.
Peneltan n bertujuan tdak lan untuk menemukan bagamana nla-nla
kepemmpnan Sultan Muhammad Al-Fath tervsualsas oleh flm attle of
Empires Fetih 1453?
dalam dua adegan khusus saat konds peperangan telah
berakhr saat gerbang kota Konstantnopel telah berhasl dtaklukan. Aspek tekns
sepert apa yang dgunakan sneas dalam mengemas gaya kepemmpnan dalam
Islam pada saat tu. Secara konvens, makna apa yang coba dperlhatkan sneas
dalam membangun kepemmpnan Sultan Muhammad Al-Fath melalu snematk
flm attle of Empires Fetih 1453.
Semotka sebaga salah satu metode yang dgunakan untuk psau analss
mengena makna dar tanda-tanda, sangat cocok dalam mengkaj berbaga pesan
dalam flm n. Chrstan Metz, Barthes dan Steve Champsall menjad tokoh
pentng yang memperkenalkan metode semotka flm.semotka flm melhat
bagamana tanda dan makan d dalam flm n dapat memvsualsaskan berbaga
gambaran berbeda bag para penonton dan penelt.
Flm attle of Empires Fetih 1453
memperlhatkan berbaga macam
kepemmpnan yang ada dalam kekuasaan dua kubu dantara Eropa dan Tmur.
Namun Kepemmpnan Sultan Mehmed II dar keturunan kekhalfahan Utsman
perlu dkaj secara semoss. Karena banyak smbol dan tanda yang
memperlhatkan berbaga gambar dan pesan smbolk. Faktor n yang menjadkan
flm attle of Empires Fetih 1453 danggap memuat smbol-smbol kepemmpnan
yang begtu domnan jka dbedah dengan analss semotk.
Hasl peneltan membuktkan bahwa kepemmpnan Sultan Muhammad
Al- Fath dalam penaklukan kota Konstantnopel memlk tanda-tanda dan kode
yang muncul dalam beberapa adegan flm. Melalu unsur snematk flm, penelt
menemukan Tanda
(sign) dan Kode
(code)
serta Konvens
(Convention) yang
tedapat pada elemen Kepemmpnan Sultan Muhammad Al-Fath yang membangun
makna d dalam flm. Elemen yang terlhat d dalam flm, dperlhatkan dalam
beberapa sekuen, adegan dan shot flm yang ada pada duras tertentu d dalam flm.
Kata kunc: Flm, Sultan Mehmed II,
attle of Empires Fetih 1453,
Konstantinopel, Semotk, Kepemmpnan, tanda dan Convention
(6)
ATA PENGANTAR
لرَّحِيم لرَّحْمَنِ
للَّهِ بِسْمِ
lhamdulillah wa Syukurillah
puji syukur penulis panjatkan atas semua nikmat
dan karunia yang Allah berikan selama ini, yang tak henti-hentinya memberikan
kekuatan yang luar biasa disaat penulis merasakan lelah dan jenuh menghadapi
semua kesulitan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi yang berjudul
Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad l-Fatih Dalam Film The Battle of
Empires Fetih 1453
telah selelsai disusun.
Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Rasulullah Nabi
Besar Muhammad SAW yang yang membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang dan penuh dengan pengetahuan seperti pada saat ini
dan semoga kita semua mendapat syafaatnya. Amin ya rabbal alamin.
Penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah semata
karena sesungguhnya tanpa kehendak-nya segala sesuatu tidak mungkin terjadi.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Betapa pun hebatnya manusia, tak ada yang bisa melakukan segala sesuatunya
sendiri tanpa bantuan orang lain. untuk itu perkenankanlah penulis secara khusus
dengan hormat dan bangga menyampaikan ucapan terima kasih yang sangat
mendalam kepada:
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
(7)
3
. Bapak M.A, Dr. Suprapto, M.Ed, Ph.D. selaku Wadek I bidang akademik,
Bapak Drs. Jumroni, M.Si, selaku Wadek II bidang administrasi umum, dan
Bapak Drs.
Sunandar, M.Ag, selaku Wadek III bidang kemahasiswaan
3. Bapak Rachmat Baihaky, M.A. selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Sekertaris jurusan yang telah
banyak membantu penulis dalam kelengkapan administrasi.
4. Bapak Dr. Rulli Nasrullah M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak
henti-hentinya meluangkan waktu, fikiran dan tenaga dalam memberikan arahan dan
bimbingan disela-sela kesibukan beliau.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu, pengalaman dan wawasan serta kontribusi yang tak ternilai
harganya. Semoga menjadi amal ibadah yang tak akan terputus. dan tidak lupa
pula kepada seluruh staff dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga
para staff perpustakaan Fakultas maupun Universitas yang telah memberikan
pelayanan kepada penulis selama menjalani studi di kampus.
6.
Kepada Tedy Sudira ayahanda penulis dan R. Eli Sumiati Ibunda penulis dan
keluarga besar penulis yang dengan kasih sayangnya tak pernah kenal lelah
dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya dan selalu memberikan
motivasi, doa dan seluruh pengorbanannya baik moril maupun materil.
Sehingga penulis bisa seperti sekarang ini. Jasa kalian tidak dapat dibayar
dengan apapun didunia ini.
(8)
4
7.
Kepada pamanku Don Don Jr, dan bibiku Ade Octavia Suryani, sebagai orang
tua waliku di Ciputat, yang selalu mengingatkan penulis tentang arti penting
dari sebuah kejujuran.
8. Kawan-kawan satu kepengurusan di HMI KOMFAKDA periode 011-01
Terima kasih selalu menemani dan bersabar kepada penulis yang tak bosan
mengingatkan rapat harian yang diadakan setiap hari jumat.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 008, Khususnya teman-teman satu
Kelas KPI E Multitalent Iqbal Maulana, Rangga Ts, Akmal Fauzi, Muhammad
Rizki, Rizka Khadafi, Jati Samudera, M Dhiya Bule, dan teman-teman KKN
Let’s go terima kasih banyak selama ini telah memberikan dukungan, doa, dan
motivasi selama kita menjalani studi di kampus ini. Semoga jalan hidup yang
kita ambil, tidak akan memutuskan ikatan silaturrahim kita selama ini dan
selalu akan tetap baik selamanya.
min llahumma min
Akhir kata, hanya do’a dan harapan yang dapat penulis panjatkan, semoga
semua kebaikan kalian senantiasa Allah balas dengan limpahan karunia dan
keberkahan bagi kita semua.
min min Yaa Rabbal ‘alamiin…
Jakarta, 15 September 014
(9)
v
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Masalah dan Fokus Permasalahan ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metodologi Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 10
BAB II KERANGKA TEORITIS ... 12
A. Tinjauan Umum Film ... 12
B. Tinjauan Umum Semiotika ... 24
C. Pengertian Pemimpin dan Konsep Kepemimpinan Dalam Islam 35 BAB III GAMBARAN UMUM FILM Battle of Empires Fetih 1453 ... 47
A. Sejarah Tokoh ... 47
B. Profil Sutradara ... 50
C. Sinopsis Film Battle of Empires Fetih 1453 ... 52
D. Profil Aktor Film Battle of Empires Fetih 1453 ... 57
(10)
vi
B. Pengantar Adegan Yang Diteliti ... 67
C. Narasi Adegan Yang Diteliti ... 95
D. Semiotik Kepemimpinan Dalam Adegan Utama ... 99
E. Interpretasi ... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 116
A. Kesimpulan ... 119
B. Saran ... 121
DAFTAR PUSTAKA ... 123
(11)
vii
Tabel 1.2 Skema Genre Induk Primer dan Sekunder ... 18 Tabel 2.2 Peta Tanda Rolland Bhartes ... 28 Tabel 3.2 Tabulasi Analisis Film Steve Campsall ... 32 Tabel 1.4 Visualisasi Sekuen 1 Pembuatan Benteng dan Konflik Eksternal . 67 Tabel 2.4 Ikon, Indeks, Simbol Pada Adegan Pembuatan Benteng dan
Konflik Eksternal ... 69 Tabel 3.4 Visualisasi Sekuen 2 Pengepungan Pertama dan Konflik Internal 74 Tabel 4.4 Ikon Indeks, Simbol, pada Adegan Pengepungan Pertama dan
Konflik Internal. ... 76 Tabel 5.4 Ikon, Indeks, Simbol Pada Pengepungan Ke-Dua dan Serangan
Besar-besaran ... 88 Tabel 6.4 Visualisasi Adegan Pengepungan dan Serangan Besar-besaran .... 88 Tabel 7.4 Tabulasi Analisis Tanda Denotasi, Konotasi dan Mitos Dalam
Skenario ... 97 Tabel 8.4 Ikon, Indeks dan Mitos Pada Adegan Utama ... 98 Tabel 9.4 Analisis Adegan Utama Melalui Tabulasi Analisis Film Steve
Campsall ... 99 Tabel 11.4 Konvensi dalam Adegan Utama... 107
(12)
viii
Gambar 1.3 Faruk Aksoy ... 43
Gambar 2.3 Penghasilan Film Battles of Empires Fetih 1453 di Delapan Negara ... 44
Gambar 3.3 Deverim Evin Sebagai Sultan Muhammad Al-Fatih ... 51
Gambar 4.3 Ibrahim Chelikol Sebagai Ulubatli Hassan ... 52
Gambar 5.3 Recep Aktug Sebagai Constantine XI ... 53
Gambar 6.3 Cengiz Coskun Sebagai Gustiani... 54
Gambar 7.3 Dilek Serbest Sebagai Halill Pasha ... 55
(13)
A. Latar elakang Masalah
Film bermula pada akhir abad ke-9 sebagai teknologi baru, tetapi
konten dan fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian
berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari hiburan yang lebih tua,
menawarkan cerita, panggung musik, drama, humor, dan trik teknis bagi
konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya
dalam artian bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar
dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan. Sebagai media masa, fim
merupakan bagian respon terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari
kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan cara menghabiskan waktu luang
keluargayang sifatnya terjangkau dan (biasanya) terhormat.
Menurut Paul Johnson, media massa tanpa disadari atau bahkan
menyadari betul-betul telah melakukan salah satu “dosa besar”. Salah satunya
adalah “pembunuhan karakter”, dramatisasi fakta palsu atau distorsi informasi.
Dalam sebuah film biasanya mengandung banyak lambang atau simbol
yang berarti. Menurut Deddy Mulyana, lambang atau simbol adalah sesuatu
yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan
sekelompok orang. Lambang meliputi pesan verbal, perilaku non-verbal dan
objek yang maknanya disepakati bersama.
atlle of Empires Fetih 1945 merupakan sebuah film bertemakan
sejarah peradaban islam yang menceritakan tentang pembebasan Bizantium
(Romawi Timur) dengan ibukotanya Konstantinopel (Istambul) oleh seorang
(14)
pemuda yang mengukirkan namanya dalam sejarah dunia dengan prestasi dan
pencapaian yang tidak pernah ada pada masa sebelumnya.
Film ini dibuat mulai September 2009 dan baru selesai Januari 20.
sehingga film ini baru dapat di tayangkan pada tanggal 7 Februari 20,
dengan 3 Negara yang pertama kali menyambutnya yaitu: Mesir, Turki, Uni
Emirat Arab, Kazakstan, Ajerbaizan, Inggris, Amerika Serikat, Perancis,
Jerman, Georgia, Macedonia, dan Rusia.
Film yang dibintangi oleh Devrim Evin sebagai pemeran Sultan
Al-Fatih ini disutradarai oleh Faruk Asoy dengan beberapa aktor lainnya seperti
Ibrahim Celikkol sebagai Ulubatli Hasan, Recep Aktug sebagai Constantine
XI, dan lain sebagainya yang sebagian besar berasal dari kebangsaan Turki.
Film ini didominasi dengan gaya dan strategi kepemimpinan Sultan
Muhammad Al-Fatih yang berusaha merebut tanah Konstantinopel dari
kekuasaan bangsa Romawi yang belum dapat dibebaskan ayahnya Sultan
Murad II semasa hidupnya.
Sultan Muhammad Al-Fatih atau juga yang dikenal sebagai Sultan
Mehmed II merupakan seorang pemimpin tangguh yang sudah dari kecil
menerima banyak pemahaman agama. Beliau dilahirkan pada tanggal 26
Rajab tahun 833 H. Pada usia 2 tahun, ia mampu menguasai 6 bahasa dan
ahli bidang strategi perang, sains, matematika. Sisi lain dibalik kesuksesan dan
jiwa kstarianya, ternyata yang paling membuat beliau tangguh luar dalam
adalah ketekunannya dalam shalat Tahajud. Sejak kecil, Sultan Murad II, yaitu
ayah dari Sultan Muhammad Al-Fatih sangat menekankan pentingnya
pendidikan agama. Sehingga tidak sedikit para ulama yang didatangkan untuk
(15)
mendidik beliau, yang diantaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail
Al-Kuroniy, seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam
dalam bidang ilmu Nahwu, Ma’ani, dan Bayan.
Perselisihan diantara wazir-wazir ketika Sultan Muhamad Al-Fatih
menjabat, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Sultan
Muhammad Al-Fatih menimbulkan banyak kontroversi dan rasa ketidak
percayaan masyarakat terhadapnya. Namun dengan penuh rasa percaya diri
dan penuh pertimbangan dalam memerintah Sultan Muhamad Al-Fatih
berhasil membawa pasukanya membebaskan tanah yang dijanjikan Rasulullah
saw. Dalam lisannya yaitu:
لَتُفْتَحَنَّ
الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ
فَلَنِعْمَ
الأَمِيْرُ أَمِيْرُهَا وَلَنِعْمَ
الْجَيْشُ
ذَلِكَ
الْجَيْشُ
Kota konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang
menaklukanya adalah sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan yang berada
dibawah komandonya adalah sebaikbaiknya pasukan
Oleh karena itu, ekspedisi Sultan Mehmed II bin Murad, Sultan
ketujuh Utsmani, bukanlah ekspedisi yang biasa, ekspedisinya yang dipimpin
kali ini adalah ekspedisi kerinduan selama 825 tahun. Ekspedisi ini adalah
puncak dari kekerasan niatnya menaklukan Konstantinopel, yaitu nama yang
telah memenuhi benaknya selama 23 tahun lamanya.
Sejarah kepemimpinan islam menjadi sebuah percontohan di negara
yang menegakan syariat islam, hal ini dibuktikan oleh negara Iran yang
menjadikan syariat islam sebagai acuan dalam sebuah kepemimpinan yang
taat dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam, tetapi memang harus diakui
bahwa film-film sejarah tentang kepemimpinan islam atau kisah kisah heroik
(16)
para pejuang islam tidak banyak dikenal, karena film tentang sejarah islam
tidak seterkenal film Hollywood yang mudah di jumpai dalam siaran Televisi
di Indonesia saat ini, seperti film
Troy, Gladiator, 300, The Patriot, Class of
the Titans, dan Lord of The Ring. sehingga tidak banyak anak bangsa
Indonesia yang tahu kisah-kisah perjuangan Islam yang sesungguhnya.
Dalam film ini banyak menceritakan sejarah yang sesungguhnya, dan
tidak ada yang disembunyikan, seperti pembuatan Meriam terbesar pada masa
itu, Muhammad Al-Fatih Menjadi Imam saat Salat berjama’ah sebelum
melakukan penyerangan, dan yang lebih menarik lagi pada saat Sultan
Muhammad Al-Fatih berpidato untuk memanaskan semangat juang
pasukanya. Salah satu kalimat dalam pidatonya adalah “Kemenangan hanya
akan diraih oleh Iman” tentunya adegan heroik saat penaklukan
Konsatantinopel terjadi dengan visualisasi yang cukup memukau.
Film ini berakhir dengan statemen dari Sultan Muhamad Al-Fatih yang
berbunyi: “Harta kalian adalah bagian dari kami dan kalian bebas hidup
sesuai dengan keyakinan kalian”. Faruk Aksoy sutradara film “Battle Of
Empire Fetih 453” mengemas statement terakhir sultan Muhammad Al-Fatih
dengan visualisasi dan warna gambar yang menyejukan sehingga pemimpin
islam yang diriwayatkan Rassulullah Saw, terlihat ramah, bijak dan memiliki
pemikiran yang modern.
Dalam film ” attle Of Empire Fetih 1453” terdapat kata-kata, gambar
dan tulisan yang dimaksudkan pembuat film untuk menunjukkan nilai-nilai
Kepemimpinan yang ada di dalam film, karena itu melalui penelitian ini,
penulis akan mencoba meneliti bagaimana penggambaran nilai-nilai
(17)
kepemimpinan yang terkandung di dalam film ”attle Of Empire Fetih 1453”
dengan menggunakan analisis Semiotika menurut teori Roland Barthes.
Maka dari itu penulis mengambil judul
“Semiotika Kepemimpinan
Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film
he Battle Of Empire Fetih
1453”
.
. Masalah dan Fokus Permasalahan
. Masalah
Masalah pada penelitian ini mengacu pada representasi
kepemimpinan dalam islam
atau seorang tokoh sejarah seperti Sultan
Muhamad Al-Fatih pada penggunaan simbol – simbol dalam rangkaian
gambar atau adegan (scene) film yang berhubungan dengan
kepemimpinan dalam film attle Of Empire Fetih 1453.
2. Fokus Permasalahan
Agar penelitian tidak mengarah kepada hal lain di luar konteks
penelitian, maka peneliti memfokuskan permasalahan pada tiga hal
berikut:
a. Bagaimana tanda
(sign) dan kode
(code) kepemimpinan Sultan
Muhammad Al-Fatih dalam Film attle of Empires Fetih 1453 ?
b. Bagaimana elemen kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam
Film attle of Empires Fetih 1453 ?
c. Bagaimana konvensi (convention) kepemimpinan Sultan Muhammad
Al-Fatih melalui Film attle of Empires Fetih 1453 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
(18)
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan
penelitiannya sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana tanda
(sign) dan kode
(code)
kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam Film
attle of
Empires Fetih 1453 ?
b. Untuk menemukan apa saja elemen kepemimpinan Sultan Muhammad
Al-Fatih dalam Film attle of Empires Fetih 1453 ?
c. Untuk mengetahui bagaimana konvensi
(convention) yang muncul
dalam kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih melalui Film attle
of Empires Fetih 1453 ?
2. Manfaat Penelitian
. Mnft Teoritis
) Memberi gambaran bagaimana penggambaran nilai-nilai
Kepemimpinan dalam film
attle of Empires Fetih 1453
yang
disajikan untuk sebuah tontonan di masyarakat.
2) Memperkaya wawasan tentang persoalan Kepemimpinan di
masyarakat.
3) Menjadi landasan dan gambaran penelitian bagi peneliti
selanjutnya yang akan melakukan penelitian tentang semiotika
film.
b. Mnft Prktis
) Memberi wacana baru tentang pentingnya peran kritik, saran, dan
pesan dalam sebuah karya film bagi dunia perfilman di Indonesia
(19)
2) Bagi sineas muda Indonesia bisa membuat film yang berkualitas,
bermanfaat, tanpa menyinggung suatu kelompok manapun.
D. Metodologi Penelitian
Semiotika merupakan salah satu analisis isi yang menggunakan
pendekatan analisis isi kualitatif, dengan menggunakan paradigma kritis,
diharapkan muncul sebuah hasil penelitian yang mendalam dan faktual, karena
dengan paradigma kritis, peneliti berpeluang untuk membuat
interpretasi-interpretasi alternatif dalam melakukan interpretasi-interpretasi terhadap simbol-simbol
yang muncul di dalam film.
Maka peneliti berusaha menggambarkan fakta-fakta mengenai
bagaimana visualisasi yang disajikan di dalam film
attle Of Empires Fetih
1453 dapat merepresentasikan tentang kepemimpinan dalam pandangan Islam
secara utuh melalui tanda-tanda yang disebut Barthes sebagai
Denotative dan
Conotative Sign
melalui skema analisis film yang dikemas secara detail oleh
Steve Campsall dengan memperjelas elemen-elemen serta
komponen-komponen filmnya berdasarkan teori bahasa film Christian Metz.
1. Objek Penelitian dan Unit Analisis
Objek penelitian ini adalah film Battle Of Empire Fetih 1453 yang
disutradarai oleh Faruk Aksoy. Sedangkan unit analisisnya adalah
potongan gambar visual yang terdapat pada film Battle Of Empire Fetih
1453 yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.
(20)
Dalam penelitian ini data-data dikumpulkan dibagi menjadi dua
bagian yang mengamati langsung data-data yang sesuai dengan pertanyaan
penelitian. Adapun instrument penelitiannya adalah:
a. Data Primer, berupa dokumen elektronik satu keeping DVD
Original
film attle of Empires Fetih 1453 dengan teks bahasa Indonesia.
b. Data Sekunder, berupa dokumen tertulis, yaitu seperti resensi film
attle of Empires Fetih 1453 baik dari majalah, artikel di internet, dan
buku-buku yang relevan dengan penelitian.
3. Analisis Data
Setelah data primer dan sekunder sudah terkumpul, kemudian
dikaitkan dengan rumusan masalah. Kemudian film “attle Of Empires
Fetih 1453” dilakukan analisis dengan menggunakan model teknik analisis
semiotika film Christian Metz yaitu dengan cara mencari makna dalam
film yang akan diteliti, serta menggunakan tabulasi analisis film Steve
Campsall sebagai pelengkap dari unsur-unsur film
, yaitu seperti :
a. Sign
Unit makna terkecil yang dapat kita jumpai dimanapun kita berada,
dapat kita dengar, kita rasa, kita hirup, dapat pula kita tafsirkan dan
turut menentukan makna keseluruhan.
b.
CodeSekumpulan tanda yang nampak secara alami dan membentuk makna
keseluruhan.
c. Elements
Seluruh aspek dan komponen dalam produksi film dan dapat
memunculkan berbagai representasi makna.
(21)
d. Denotative Sign
Terdapat pada signifikasi tahap pertama, yaitu makna paling nyata dari
tanda.
e.
Conotative Sign
Istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap
kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda
bertemu dengan perasaan atau emosi dari penonton serta nilai-nilai dari
kebudayaannya.
f.
Convention Sign
Merupakan rujukan dalam menilai suatu pekerjaan atau kebiasaan
yang sudah umum di dalam masyarakat dan biasanya eksistensinya
muncul dalam sebuah konsensus.
E. Tinjauan Pustaka
Judul yang digunakan dalam skripsi ini memang banyak kemiripan
dengan judul-judul skripsi yang lain yang mencoba menganilisis film-film, dan
objek lainnya, seperti skripsi-skripsi berikut ini
, Semiotika Kepemimpinan
Sallahuddin Al Ayyubi dalam Film Kingdom of Heaven
yang ditulis oleh
Muhammad Zidni Rizky dengan NIM : 090500040 mahasiswa Jurusan
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas
Syarif Hidayatullah Jakarta. Pisau analisis yang digunakan yaitu mengunakan
pendekatan AJ. Greimas. Hasil penelitian ini adalah mengetahui nilai-nilai
Kepemimpinan dan pesan yang disampaikan dalam film.
(22)
Dan penulis juga menjadikan skripsi dengan judul
Analisis Semiotik
Film In the Name of God
, yang ditulis oleh Hanni Taqiyya dengan NIM:
(0705002739), mahasisiwi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi lulusan tahun 20 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,. Pada skripsinya tersebut, Hani menggunakan
pendekatan Roland Barthes. Adapun wacana yang ingin dibangun berbeda,
yakni mengenai konsep jihad yang mengatasnamakan tuhan.
Dari ke-dua skripsi diatas tidak ada satupun yang menganalisa film
dengan judul
Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih dalam
Film Fetih 1453
, penulis juga akan menjelaskan kesamaan dan perbedaan
dengan salah satu judul skripsi diatas yaitu skripsi Muhammad Zidni Rizky
yang sama-sama meneliti sebuah film yang fokus penelitiannya pada
Nilai-nilai Kepemimpinan yang terkandung didalam film tersebut, dan
perbedaanya yaitu teori yang di pakai peneliti memakai teori Roland Bathez
sedangkan Muhammad Zidni Rizky memakai teori AJ. Greimas
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam melihat gambaran dan uraian
mengenai pembahasan-pembahasan tertentu di dalam skripsi ini, maka dari
itu, peneliti menyusun sistematika penulisan ini ke dalam lima bab. Dalam
bab-bab tersebut mengandung beberapa sub bab yang akan dipaparkan
secara terperinci, adapun sistematika penulisan dapat dilihat sebagai berikut:
(23)
A I
:
Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Masalah dan Fokus Permasalahan, Tujuan Penelitian,
Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan
Pustaka,
Sistematika Penulisan.
A II
:
Landasan Teori, yang meliputi tinjauan umum film yang
berisi seputar konsep film sebagai media komunikasi
massa, definisi, unsur film, strukrur film, jenis dan
klasifikasi film. Tinjauan umum semiotika yang meliputi
konsep dasar semiotika, semiotika dalam film, semiotika
Roland Barthes, definisi, pengertian Kepemimpinan dan
konsep Kepemimpinan dalam pandangan Islam.
A III
:
Gambaran umum film Fetih 1453, tentang sutradara film,
serta profil pemain dan kru produksi film
Fetih 1453
A IV
:
Analisis Semiotika Kepemimpinan Sultan Muhammad
Al-Fatih dalam film
Fetih 1453, dikorelasikan dengan
pandangan
Islam terhadap Nilai-nilai Kepemimpinan,
serta pesan yang ingin
disampaikan melalui film
tersebut.
(24)
2
A. Tinjauan Umum Film
1. Definisi
Ada beberapa tokoh yang mendefinisikan film dengan berbagai
macam pemikiranya. Menurut Prof. Dr. Azhar Arsyad, M. A, film
merupakan kumpulan dari beberapa gambar yang berada di dalam frame,
dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensaproyektor secara
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu menjadi hidup. Film
bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan daya tarik
tersendiri.
Lain halnya, menurut Askurai baskin, film merupakan salah satu
bentuk media komunikasi masa dari berbagai macam teknologi dan
berbagai unsur-unsur kesenian. Film jelas berbeda dengan seni sastra, seni
lukis, atau seni memahat. Seni film sangat mengandalkan teknologi
sebagai bahan baku untuk memperoduksi maupun ekshibisi kehadapan
penontonnya.
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI), film
didefinisikan sebagai selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat
gambar negatif (yang akan dibuat potret) atu untuk tempat gambar positif
(yang akan dimainkan di bioskop) gambar hidup.
Pada saat ini film telah menjadi media bertutur manusia, sebeuah alat
komunikasi, menyampaikan kisah. Jika sebelumnya bercerita dilakukan
dengan lisan, lalu tulisan, kini muncul satu media lagi dengan gambar
(25)
bergerak yang menceritakan tentang kehidupan. Disinilah kita menyebut film
sebagai representasi dunia nyata. Eric Sasono menulis, disbanding media lain,
film memiliki kemampuan untuk meniru kenyataan sedekat mungkin dengan
kenyataan sehari-hari.
2. Unsur Film
Ada dua unsur yang membantu kita untuk memahami sebuah film
diantaranya adalah unsur naratif dan unsur sinematik. keduanya saling
berkesinambungan dalam membentuk sebuah film, unsur ini saling
melengkapi, dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembentukan film.
a. Unsur Naratif
Unsur naratif berhubungan degan aspek cerita atau tema film. Oleh
karena itu setiap film tidak akan pernah lepas dari unsur naratif. Unsur ini
meliputi pelaku cerita atau tokoh, permasalahan dan konflik, tujuan, lokasi
dan waktu.
) Pemeran/Tokoh
Dalam film, ada dua tokoh penting untuk membantu ide cerita
yaitu pemeran utama dan pemeran pendukung. Pemeran utama adalah
bagian dari ide cerita dalam film yang diistilahkan protagonis, dan
pemeran pendukung di sebut dengan istilah antagonis yang biasanya
dijadikan pendukung ide cerita dengan karakter pembuat masalah
dalam cerita menjadi lebih rumit atau sebagai pemicu konflik dalam
cerita.
2) Permasalahan dan Konflik
Permasalahan dalam cerita dapat diartikan sebagai penghambat
tujuan, yang dihadapi tokoh protagonis untuk mencapai tujuannya,
(26)
biasanya di dalam cerita disebabkan oleh tokoh antagonis.
Permasalahan ini pula yang memicu konflik antara pihak protagonis
dengan antagonis. Permasalahan bisa muncul tanpa disebabkan pihak
antagonis.
3) Tujuan
Dalam sebuah cerita, pemeran utama pasti memiliki tujuan atau
sebuah pencapaian dari karakter dirinya, biasanya dalam cerita ada
sebuah harapan dan cita-cita dari pemeran utama, harapan itu dapat
berupa fisik ataupun abstrak (non-fisik).
4) Ruang/Lokasi
Ruang dan lokasi menjadi penting untuk sebuah latar cerita,
karena biasanya, latar lokasi menjadi sangat penting untuk mendukung
suatu penghayatan sebuah cerita.
5) Waktu
Adanya penempatan waktu dalam cerita dapat membangun
sebuah cerita yang berkesinambungan dengan alur cerita, karaena
dengan adanya waktu, alur cerita dapat terasa lebih realistis karena
telah membantu adanya suasana antara pagi, siang, sore, ataupun
malam.
b. Unsur Sinematik
Unsur sinematik adalah unsur yang membantu ide cerita untuk
dijadikan sebuah produksi film. Karena unsur sinematik merupakan
(27)
aspek-aspek teknis dalam sebuah produksi film. Ada empat elemen yang
mendukung unsur sinematik, diantaranya yaitu:
)
ise-en-scene
Dapat dikatakam sebagai mata kamera, karena ia meliputi
segala hal yang ada di depan kamera.
ise-en-scene
memiliki empat
elemen pokok yaitu, seting atau latar, tata cahaya, kostum dan
make-up, dan akting atau pergerakan pemain
2) Sinematografi
Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya
serta hubungan antara kamera dengan obyek yang akan di ambil
gambarnya.
3)
Editing
Proses penyatuan dan pemberian efek pada sebuah gambar
(shot) ke gambar (shot) lainnya.
4) Suara
Segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera
pendengaran.
3. Jenis-Jenis Dan Klasifikasi Film
a. Jenis Film
Film memiliki beberapa jenis penyampaian pesan dan penyampain
makana itu semua tergantung seperti apa cara penyampaian yang akan di
buat. Pratista membagi film menjadi tiga jenis yakni: film dokumenter,
film fiksi, dan film eksperimental.
Pembagian ini didasarkan atas cara penyampainya yaitu , naratif
(cerita) dan non-naratif (non cerita). Film fiksi memiliki struktur naratif
(28)
yang jelas, sementara film documenter dan eksperimental tidak memiliki
struktur narasi yang jelas.
Berikut ini penjelasan deskripsinya:
) Film Dokumenter
Film dokumenter berhubungan dengan orang-ornang, tokoh,
peristiwa dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan
suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang
sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Film dokumenter juga tidak
memiliki tokoh antagonis maupun protagonis.
2) Film Fiksi
Film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering
menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki
konsep pengadegan yang telah di rancang sejak awal. Struktur film
biasanya terikat dengan kausalitas. Cerita juga biasanya memiliki
karakter (penokoohan) seperti antagonis dan protagonis, jelas sangat
bertolak belakang dengan jenis film dokumenter.
3) Film Eksperimental
Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda
dengan dua jenis film lainnya. Film eksperimental tidak memiliki plot
namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh
insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman
batin mereka. Film-film eksperimental umumnya berbentuk abstrak
dan tidak mudah dipahami. Hal ini disebabkan karena mereka
menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.
(29)
Sebelumya kita telah membagi film menjadi tiga jenis yaitu film
dokumenter, film fiksi dan film eksperimental. Pembagian tersebut bisa
dikatakan klasifikasi film paling umum. Sebenarnya banyak metode yang
bisa kita gunakan untuk meng-klasifikasi sebuah film dimulai dengan cara
proses produksinya, distribusinya, aktor-aktris favorit, sutradara favorit,
bahkan berdasarkan penulis novel.
Namun ada metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk
mengklasifikasi film yakni berdasarkan genre. Genre secara umum
membagi film berdasarkan jenis dan latar ceritanya. Istilah genre berasal
dari bahasa Perancis yang bermakna “bentuk” atau “tipe”. Pada dasarnya
istilah genre mengacu pada istilah Biologi yakni,
genus
yaitu sebuah
tingkatan klasifikasi untuk flora dan fauna yang tingkatannya berada di atas
spesies.
Dalam film, genre merupakan jenis dari sekelompok film yang
mempunyai karakter atau pola sama (khas) seperti
setting, isi dan subyek
cerita. Dari klasifikasi tersebut lahirlah genre-genre populer seperti aksi,
petualangan, drama, komedi, horor, film noir, roman dan sebagainya.
Genre tentunya berfungsi untuk memudahkan klasifikasi sebuah
film, dan genre juga membantu kita memilah film-film yang telah
diproduksi sesuai dengan spesifikasinya. Selain itu fungsi genre membantu
penonton untuk tidak salah memilih film apa yang akan disaksikannya
nanti.
Macam genre bisa mencapai ratusan dan bervariasi, sebagai catatan
setiap film yang diproduksi kebanyakan film itu menggunakan kombinasi
dari beberapa genre sekaligus, kombinasi genre ini sering diistilahkan
(30)
sebagai genre
hibrida (campuran), tetapi walaupun begitu biasanya film
tersebut tetap memiliki satu atau dua genre yang dominan.
Terdapat genre-genre besar yang diproduksi semenjak
perkembangan film dan yang menjadi titik tolak dari semua perkembangan
genre-genre besar tersebut adalah Hollywood.
Untuk mempermudah pembahasan dan mengklasifikasikan film,
maka berikut ini adalah skema dari genre-genre besar yang dibagi menjadi
dua genre induk, primer dan sekunder.
Tabel 1.2.
Skema Genre Film Induk Primer dan Sekunder.
enre Induk Primer
enre Induk Sekunder
Aksi
Drama
Epik Sejarah
Fantasi
Fiksi-ilmiah
Horor
Komedi
Kriminal dan Gangster
Musikal
Petualangan
Perang
Western
Bencana
Biografi
Detektif
Film noir
Melodrama
Olahraga
Perjalanan
Roman
Superhero
Supernatural
Spionase
Thriller
) Genre Induk Primer
Genre ini merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan
populer sejak awal perkembangan film di tahun 900-an hingga
930-an. Beberapa jenis genre induk primer, masih berkembang saat ini,
namun beberapa yang lain jauh lebih populer dan sukses di masa lalu.
Di antaranya genre musikal, epik sejarah, perang, serta western.
(31)
Berbeda dengan genre induk primer, genre induk sekunder
merupakan pengembangan dari genre induk primer yang memiliki
karakter dan ciri-ciri khusus dibandingkan dengan genre induk primer.
c. Film Sebagai Media Komunikasi Massa
Film bermula pada akhir abad ke-9 sebaai teknologi baru, tetapi
konten dan fungsi yang di tawarkan masih sangat jarang. Film kemudian
berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang
lebih tua, menawarkan cerita,penggung, music, drama, humor, dan trik
teknis bagi konsumsi popular. Film juga hampir menjadi media massa
yang sesungguhnya, dalam artian bahwa film mampu menjangkau
populasi dalam jumlah besar, bahkan sampai ke pedesaan.
Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa inggris
mass
comuniction sebagai kependekan dari
mass media communication
(komunikasi media massa) artinya komunikasi yang menggunakan media
massa atau komunikasi yang mass mediated.
Film merupakan salah satu bentuk media komunkasi massa dari
berbagai teknologi dan unsur dari kesenian. Seni film sangat
mengandalkan teknologi sebagai bahan baku sebagai bahan baku
produksinya maupun dalam hal ekshibisi ke hadapan penontonya.
Penyebaran informasi dilakukan melalui media elektronik,
merupakan suatu kegiatan yang memuat hasil penelitian atau pengkajian
dengan dengan cara memanfaatkan teknologi sehingga mampu menarik
minat pengguna untuk memanfaatkanya dengan format yang menarik dan
mudah dipahami tetapi tetap informatif.
(32)
Media elektronik saat ini dikenl sebagai media komunikasi yang
merupakan bagian dari media massa, media massa yang tergolong
kedalam media elektronik diantaranya adalah radio dan televisi.
Film pada dasarnya merupakan salah satu hasil produk teknologi
modern yang bisa dijadikan sebagai salah satu saluran dalam proses
komunikasi massa. Dalam film, biasanya terdapat pesan-pesan atau
informasi yang ingin disampaikan kepada para penontonnya.
Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir
abad ke-9. Film merupakan alat komunikasi yang tidak terbatas ruang
lingkupnya di mana di dalamnya menjadi ruang ekspresi bebas dalam
sebuah proses pembelajaran massa. Kekuatan dan kemampuan film
menjangkau banyak segmen sosial, yang membuat para ahli film memiliki
potensi untuk mempengaruhi membentuk suatu pandangan dimasyarakat
dengan muatan pesan di dalamnya. Hal ini didasarkan atas argument
bahwa film adalah potret dari realitas di masyarakat. Film selalu merekam
realitas yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dan kemudian
memproyeksikanya ke dalam layar
Film tidak hanya berfungsi menyampaikan pesan kepada khalayak
penontonnya tetapi secara aktif mengkonstruksi persepsi khalayak
penontonnya berdasarkan muatan pesan yang dikandungnya. Sekaligus
film adalah cerminan masyarakat dimana film tersebut dibuat. Sebuah film
bagi seseorang yang sungguh-sungguh mencintai sinema tidak hanya
sebagai hiburan semata atau media penyampai pesan saja, namun film
dapat dijadikan media untuk belajar tentang kehidupan. Sineas besar new
(33)
wave Perancis, Jean-Luc Godard suatu ketika pernah mengatakan we were
all critics before beginning to make films, and I loved all kinds of cinema.
It was that cinema that made us, or me, at least want to make films. I knew
nothing of life expect through cinema.
Saya setuju dengan pendapat banyak pengamat bahwa film adalah
salahsatu medium yang paling ampuh untuk mempengaruhi manusia, baik
untuk tujuan baik maupun buruk. Dengan memahami sebuah film dengan
baik akan membuat kita mampu mengambil hal-hal yang patut kita contoh
serta membuang jauh hal-hal yang merugikan kita, hingga kita bisa
menjadi manusia yang lebih baik.
Oleh karena itu media bukan cuma menentukan realitas seperti apa
yang akan dikemukakan namun media juga harus bisa memilah siapa yang
layak dan tidak layak masuk menjadi bagian dari realitas itu. Dalam hal ini
media bisa menjadi kontrol yang bisa mempengaruhi bahkan mengatur isi
pikiran dan keyakinan di dalam masyarakat.
d. Film sebagai Media Dakwah
Secara singkat definisi dakwah adalah mengajak orang lain agar
menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larang-Nya. Namun secara
syar’i, makna dakwah adalah menjalankan perintah Allah, baik berupa
perkataan ataupun perbuatan, serta meninggalkan semua larangan Allah,
baik perbuatan ataupun perkataan.
Aktifitas dakwah tidak akan berjalan jika tidak menggunakan alat
atau media (wasilah). Terlebih di era informasi ini, di mana media
semakin berkembang pesat diiringi berkembangnya ilmu pengetahuan dan
(34)
ilmu agama. Dan penggunaan media bertujuan untuk mengantisipasi
perkembangan zaman tersebut.
Salah satu media yang cukup berkembang pesat di abad ini adalah
film. Film, sebagaimana yang dibahas pada bagian awal bab ini,
merupakan salah satu jenis seni yang dapat memberikan pengaruh cukup
besar kepada pola pikir masyarakat umum. Ini berarti film dapat menjadi
media yang cukup efektif dalam menjalankan dakwah.
Meminjam pandangan Baran, perkembangan suatu budaya
mengikuti perkembangan media. Berawal dari budaya lisan, yang mana
pada masa ini belum berkembang budaya menulis dan masih memiliki
karakter kedekatan atau keintiman. Kemudian beralih kepada revolusi
media yang semakin tinggi. Manusia semakin bebas dari batas ruang dan
waktu.
Dan ini menjadi tantangan sendiri bagi para da’i yang ingin
berdakwah kepada khalayak yang saat ini semakin plural.
Hal di atas mengindikasikan bahwa harus adanya sebuah upaya dan
gaya baru di dalam berdakwah yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Ini sebagai upaya umat Islam untuk memperoleh visibilitas dan legitimasi
di ruang publik nasional dan internasional.
Islam bukanlah agam ritual semata. Sebagian orang juga telah
menganggap Islam sebagah falsafah dan jalan hidup. Itu berarti upaya
untuk mengajak orang lain untuk mengikuti agama Islam sebagai jalan
hidup (way of life) individu maupun kehidupan sosial politik, harus
dilakukan sebaik mungkin.
(35)
Melalui berbagai produk komunikasi di era global ini, yang salah
satunya adalah film, setidaknya da’i dapat melakukan beberapa
pendekatan dakwah melalui unsur-unsur komunikasi. Masing-masing
unsur harus disinergikan dengan wacana keislaman, agar alur dakwah yang
datang dari komunikator kepada komunikan melalui media komunikasi
berjalan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Hal ini penting dilakukan
mengingat dinamika budaya yang semakin tinggi dan semakin heterogen
dapat memungkinkan para da’i mengalami disorientasi terhadap nilai-nilai
dan ajaran Islam yang ingin disampaikan.
Islamisasi melalui media film, juga merupakan wacana penting di
era digital ini. Hal ini dikarenakan sifat dari penikmat film yang tergolong
gencar memakai budaya konsumsi kontemporer. Islam, dalam kasus ini,
dapat ditampilkan dengan segar, menarik,
hybrid dan modern dalam
rangka menjadikan Islam sebagai agama yang relevan dengan budaya yang
saat ini sedang didominasi kaum kapitalis.
. Tinjauan Umum Semiotika
1. Konsep Semiotika
Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang
disebut dengan ‘tanda’. Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat
tentang keberadaan suatu tanda.
(36)
Secara sederhana semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-
aturan, konvensi-konvesi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut
mempunyai arti.
Studi sestematis tentang tanda-tanda dikenal semiologi. Arti
harfiahmya adalah “kata-kata mengenai tanda-tanda”. Kata
semi
dalam
semiologi berasal dari
semeion
(bahasa latin), yang artiya ‘tanda’.
Semiologi telah dikembanagkan unuk menganalisis tanda-tanda.
Menurut Ferdinand de Saussure didalam bukunya Coursein
General Linguistik. Bahasa adalah suatu sistem tanda yang
mengekpresikan ide-ide (gagasan-gagasan) dan arena itu dapat
dibandingkan dengan sistem tulisan, huruf-huruf untuk orang bisu-tuli,
simbol-simbol keagamaan, aturan-aturan sopan santun, tanda-tanda
kemiliteran, dan sebagainya. Semua itu merupakan hal yang sangat
penting dari keseluruhan sistem tersebut. Suatu ilmu yang mempelajari
tanda-tanda kehidupan dalam masyarakat bersifat dapat dipahami. Hal itu
merupakan bagian dari psikologi social atau berkaitan dengan psikologi
umum. Saussure menyebutkannya sebagai semiologi (dari bahasa Latin
semion: tanda). Semiologi akan menjelaskan unsure yang menyusun suatu
tanda dan bagaimana hukum-hukum itu mengaturnya.
Untuk menyederhanakannya kemudian Umberto Eco dalam
bukunya
A Theory of Semiotics Menjelaskan dan mempertimbangkan
bahwa semiotika berkaitan degan segala hal yang dapat dimaknai
tanda-tanda. Suatu tanda adalah segala sesuatu yang dapatdimaknai) sebagai
penggantian yang signifikan untuk sesuatu lainnya. Segala sesuatu ini
(37)
tidak terlalu mengharuskan perihal adanya atau mengaktualisasikan perihal
diaman dan kapan suatu tanda memaknainya. Jadi, semiotika ada dalam
semua kerangka (prinsip), semua disiplin studi, termasuk dapat pula
digunakan untuk menipu bila segala sesuatu tidak dapat dipakai untuk
menceritakan tanda tersebut sebagai “kebohongan”, dalam tanda itu
sendiri. Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas,
dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam
koteks social.
2. Konsep Semiotika Rolland arthes
Semiotika juga menaruh perhatian pada Ideologi yang menguasai
budaya sebuah kelompok pemakai tanda, sebab dalam ideologi itu terdapat
sejumlah asumsi yang memungkinkan penggunaan tanda.
Ideologilah yang
mengarahkan budaya. Dan ideologilah yang pada akhirnya menentukan
visi atau pandangan satu kelompok budaya terhadap realitas. Karena itu
jika berbicara tentang simbol, secara tidak langsung juga berbicara tentang
ideologi.
Untuk menemukan ideologi dalam suatu tanda perlu diketahui
konteks dimana tanda itu berada dan menurut budaya si pemakai. Sebab
sebuah tanda dapat berubah-ubah maknanya sesuai dengan konteksnya,
baik konteks itu adalah kalimat, wktu, tempat, maupun budaya. Sebuah
simbol akan berubah maknanya bahkan dalam salah konteks (waktu atau
tempat) yang relative sama tapi dalam konteks budaya (peradaban) yang
berbeda. Konteks di sini juga dapat berupa konteks bahasa verbal dan
non-verbal, linguistic dan non-linguistik.
(38)
Rolland Barthes merupakan salah satu tokoh yang cukup
berkontribusi dalam kajian semiotika. Teorinya tentang semiologi dan
mitologi merupakan pendalaman dari teori
linguistik dan
semiologi milik
Saussure. Secara historis, Barthes merupakan salah satu tokoh pemikir
strukturalis. Intelektual dan kritikus sastra Prancis yang satu ini, dianggap
sebagai eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi
sastra.
.
Dalam hal semiotika, kunci analisis dari Barthes adalah mengenai
konotasi dan denotasi. Barthes mendefinisikan sebuah tanda (sign) sebagai
sebuah sistem tanda yang di dalamnya mengandung unsur ekspresi (E)
dalam hubungannya (R) dengan isi (C).
Konsep semiotika Barthes dikenal Fiske sebagai Signifikasi dua
tahap (two order signification). Di mana kunci dari signifikasi ini terletak
pada konsep
connotative yang dibuat Barthes dalam model semiotikanya.
Melalui model ini, Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama
merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (isi) di dalam
sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itulah yang kemudian disebut
oleh Barthes sebagai denotasi, yang mana merupakan makna paling nyata
dari tanda (sign).
Denotasi merupakan tingkat pertandaan yang menjelaskan
hubungan antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan
makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Sedangkan konotasi adalah
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan
(39)
petanda, yang didalamnya beroperasi makna yang bersifat implisit dan
tersembunyi.
. Signifier (penanda)
2. Signified (petanda)
3. Denotative Sign (tanda denotatif)
4. Connotative Signifier (penanda
konotatif)
5. Connotative Signified (petanda
konotatif)
6. Connotative Sign (tanda konotatif)
Tabel 2.2
Peta tanda Roland arthes
.
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri
atas penanda () dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut
merupakan unsur material : hanya jika anda mengenal tanda
“sign”,
barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi
mungkin.
Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki
makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif
yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes
yang berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure yang berhenti pada
penandaan dan tatanan denotative. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan
dalam istilah tingkatan representasi atau tingkatan mana. Secara ringka,
denotasi dan konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Denotasi adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign, dan
antara sign dengan referent (object) dalam realitas eksternal.
(40)
b. Konotasi adalah interaksi yang muncul ketika
sign
bertemu dengan
perasaan atau emosi pembaca/pengguna dan nilai-nilai budaya mereka.
Makna menjadi subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka
dalam penafsirannya pada konotasi daripada denotasi.
Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai kata yang tidak
mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan. Maknanya disebut
makna denotatif. Makna denotatif memiliki istilah lain seperti makna
denotasional, makna referensial, makna konseptual atau makna ideasional.
Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti tambahan,
perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu disamping makna dasar yang
umum. Konotasi atau makna konotatif desebut juga makna konotasional,
makna emotif atau makna evaluatif.
Denotasi dan konotasi tidak bisa dilihat secara terpisah atau berdiri
sendiri. Sebuah tanda yang kita lihat pasti suatu denotasi. Makna denotasi
adalah apa yang kelihatan pada gambar, dengan kata lain gambar dengan
sendirinya memunculkan denotasi. Denotasi dengan sendirinya akan
menjadi konotasi dan untuk selanjutnya konotasi justru menjadi denotasi
ketika konotasi tersebut sudah umum digunakan dan dipahami bersama
sebagai makna yang kaku.
3. Konsep Semiotika Film
Christian Metz merupakan salah satu kritikus film yang berasal
dari Perancis. Bukunya yang berjudul Language and Cinema memberikan
pemahaman mengenai film sebagai satuan bahasa yang berbeda dari
bahasa tutur. Semua komponen dalam film merupakan serangkaian kode
(41)
yang merepresentasikan sebuah budaya, sejarah dan nilai-nilai. Bagi Metz
teori film adalah teori yang mengkaji wacana-wacana sejarah film,
masalah ekonomi film, estetika film dan semiotika film.
Kontribusi penting Metz dalam memahami film terletak pada
bagaimana dia memperkenalkan sebuah konsep
cinematis instutitution.
Melalui konsep tersebut Metz mengenalkan, bahwa pengertian film tidak
terbatas pada aspek industri yang memproduksi sebuah film saja,
melainkan juga aspek lain di luar itu, sehinggan penonton dapat menjadi
salah satu bagian dari film dengan cara memposisikan penonton sebagai
kesatuan film yang berfungsi sebagai mesin kedua, yaitu bergerak dalam
wilayah psikologis.
Melalui konsep ini, Metz memaparkan setidaknya ada 3 mesin
utama dalam memaknai film secara utuh sebagai bahan penelitian, yaitu
outer machine (film sebagai industri), inner machine (psikologi penonton),
third machine (penulis naskah film - kritikus, sejarahwan, teoretikus).
Dalam kutipan buku Allex Sobur yang bejudul Semiotika
Komunikasi Oey Hong Lee mengatakan bahwa film adalah alat
komunikasi massa kedua yang muncul setelah surat kabar, sehingga
pertumbuhan film pada abad ke 9 sangat pesat bahkan dalam perkataan
lain unsur-unsur yang merintangi perkembanagan surat kabar sudah dibuat
leyap. Peryataan tersebut mengindikasikan bahwa film saat ini mengalami
perkembangan yang begitu pesat, film tidak hanya dijadikan sebagai alat
hiburan sematata, melainkan untuk bergagai kepentingan politik, ekonomi,
(42)
propaganda, dan berbagai kepentingan lainya yang terkadang sulit untuk
kita deteksi.
Maka dari itu, semiotika sebagai sebuah disiplin ilmu yang
mengkaji tanda-tanda dan sistem simbolik memiliki kaitan erat dengan
film sebagai sebuah produk tanda. Di lain pihak, para ahli melihat film
sebagai salah satu media yang dapat mempengaruhi para khalayaknya.
Dan dari sinilah asal mula dilakukannya berbagai penelitian terhadap
simbol dan ikon dalam film, dan pengaruhnya terhadap masyarakat yang
menyaksikan film tersebut
.4.
Konsep Semiotika Steve Campsall
Steve Campsall berasal dari Inggris, yang juga salah seorang
pengajar studi bahasa Inggris dan media di The Beauchamp College.
Campsall membuat tabel analisis film yang mengadopsi pemikirian dari
salah seorang tokoh semiotik film yakni Christian Metz. Ia mempunyai
pandangan bahwa film merupakan kesatuan yang terdiri dari bahasa dan
makna, yang kemudian diartikan oleh Campsall sebagai
oving Image
Text : “Film Language”.
Menurutnya
Film Language
ia ciptakan karena ia berpendapat
bahwa film mempunyai cara tersendiri atau bahasa tersendiri yang
digunakan dalam menyampaikan pesan kepada para penontonnya. Mulai
dari sutradara, produser, editor dan juga semua kru bekerja untuk
menciptakan sebuah makna tersebut melalui gambar bergerak seperti
dalam film.
(43)
Di dalam tabel analisis film yang dibuat oleh Campsall, terdapat
banyak komponen yang harus diperhatikan oleh kita sebagai peneliti. Hal
ini dapat dilihat melalui skema analisis film berikut ini:
Tabel 3.2.
Tabulasi Analisis Film
Analysing Moving Image Texts: “Film Language”
Signs, Codes and
Conventions
Semiotika, merupakan sebuah jalan untuk
menjelaskan bagaimana tanda itu diciptakan.
Di dalam film, tanda-tanda tersebut diciptakan
oleh para sineas film atau sutradara. Apa yang
kita dengar, kita lihat dan kita rasakan
merupakan sesuatu yang dapat kita persepsikan
dan mengandung sebuah ide. Ide tersebutlah
yang kemudian disebut dengan ‘meaning’.
Salah satu contoh pemaknaan penting,
misalnya kata-kata pengecut, memiliki lawan
heroik. Situasi ini memungkinkan penafsir
memiliki pendapat yang berbeda, dan ini
dinamakan
Binary Opposite. Ada beberapa
komponen dalam memahami semiotika film.
-
Signs
(tanda): unit makna terkecil yang
bisa kita tafsirkan dan turut
menentukan makna keseluruhan.
-
Code
(kode): dalam semiotika, sebuah
kode adalah sekumpulan tanda yang
nampak, “pas”, sekaligus “alami”
dalam membentuk makna keseluruhan.
-
Convention
(konvensi):
istilah
konvensi itu penting. Ia merujuk pada
suatu cara yang sudah umum dalam
mengerjakan sesuatu. Dan kita sering
mengaitkan sesuatu yang konvensional
dengan hasil yang pasti, dan
menganggapnya natural.
Perlu kita ketahui pula bahwa tipe tanda dan
kode setidaknya terbagi atas 3:
-
Ikon :
tanda dan kode yang dibuat
untuk menunjukkan sesuatu yang
melekat atau identik pada sesuatu.
-
Indeks
: sistem penandaan yang
menggunakan unsur kausalitas atau
sebab-akibat
(44)
-
Simbol
: pemaknaan terhadap sesuatu
yang melepaskan secara total makna
denotasi pada sesuatu tersebut.
Hal lain yang juga penting untuk memahami
tanda adalah melalui konvensi. Konvensi
merupakan suatu kesepakatan umum yang
melekat dalam masyarakat dan dijadikan jalan
dalam melakukan suatu pekerjaan. Biasanya
konvensi terwujud dalam suatu perbuatan.
Mise-En-Adegan
ise-En-Adegan
menjawab
beberapa
pertanyaan penting di dalam sebuah film.
Pertanyaan tersebut meliputi efek apa? Makna
apa? Bagaimana dia memproduksi? Mengapa
dia memproduksi? Dan apa tujuan yang ingin
dicapai? Namun, sebenarnya Mise-En-Adegan
merupakan segala sesuatu yang dihadirkan
para Director atau sutradara ke dalam
adegan-adegan, dan rekaman-rekaman yang termuat di
dalam kamera melalui aspek Setting, Kostum,
Tata Rias, dan Pencahayaan.
Editing
Editing merupakan suatu proses memotong
dan menggabungkan beberapa potongan film
menjadi satu. Membuat film tersebut menjadi
cerita yang bersambung, dapat dipahami,
realistis, mengalir dan naratif.
Shot Types
Shot merupakan pengambilan gambar untuk
membangun sebuah potongan gambar yang
naratif dan memberikan makna tersendiri
terhadap objeknya. Biasanya
shot terkait
dengan pengambilan kamera. Seperti Close Up
(CU),
Point of View (POV) dan
iddle Shot
(MS).
Camera Angle
Sudut kamera, biasanya selalu menciptakan
makna-makna yang signifikan dengan kondisi
atau situasi objek. Seperti sudut kamera
POV
high angle shot yang mencerminkan
superioritas atau kekuasaan.
Camera Movement
Pergerakan kamera merupakan suatu bentuk
penciptaan makna yang dinamis. Perpindahan
dari
zoom out ke
zoom in misalnya, memiliki
nilai dan dinamika makna sendiri.
Lighting
Pencahayaan merupakan salah satu aspek
penting dalam film. Pencahayaan dapat
menimbulkan suasana dan
mood yang
menegaskan makna. Kegelapan di hutan
misalnya menciptakan makna ketakutan dan
(45)
kengerian.
Dieges And Sound
Dieges atau
diagenic sound
di dalam film
merupakan ‘dunia film’. Dia merupakan
bagian dari setiap aksi yang di jalankan aktor.
Misalnya suara musik yang mengiringi
jalannya aktor dan lainnya.
Visual Effects / SFX
SFX merupakan gambar generasi komputer
(CGI)
yang
mana
tujuannya
untuk
menciptakan sebuah realitas dan makna
melalui efek-efek gambar dan suara.
Narrative
Naratif, merupakan unsur film yang memuat
cerita dan kisah khusus di dalam film.
enre
Genre adalah ragam dari naratif yang sedang
dibicarakan di dalam film.
Iconography
Ikonografi merupakan aspek penting dari
genre. Hal inilah yang menjadi simbol-simbol
pendukung genre. Seperti padang pasir yang
mendukung karakter koboi.
The Star System
Bintang-bintang film tertentu bisa menjadi
bagiam penting dalam ikonografi dan menjadi
penegas makna. Bisa menjadi penegas karakter
dan aksi.
Realism
Media dapat menyuguhkan tingkat realitas
yang sangat tinggi, sehingga sesuatu terkesan
benar-benar nyata. Dengan layar yang jernih,
jelas, sound yang kuat, dan ruang yang sengaja
dibuat gelap, pemirsa dapat merasakan
atmosfer realitas yang tinggi.
Tabulasi diatas menunjukan keseluruhan kompleksitas yang terdapat di
dalam semiotika film. Di dalam tabel tersebut juga banyak mengandung
komponen-komponen yang kita jadikan acuan untuk meneliti atau mengkaji lebih
dalam suatu sistem tanda di dalam sebuah film.
C. Pengertian Pemimpin dan Konsep Kepemimpinan Dalam Islam
1. Pengertian Pemimpin
(46)
Kata pemimpin berasal dari kata pimpin. Secara harfiah pemimpin
dapat diartikan dengan kata pelopor, atau orang yang dapat menuntun,
membimbing, mengambil langkah awal, memberikan contoh dan
menggerakan oranglain. Atau secara istilah pemimpin adalah orang yang
mampu mempengaruhi orang lain yang ada di sekelilingnya.
Untuk menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah. Pemimpin
haruslah meiliki kelebihan dari orang yang dipimpinnya, dan harus
berpikir lebih spesial dari orang-orang yang dipimpinya. Menurut Arifin
Abdurrahman dalam Bukunya “Teori Pengembangan dan Filosofi
Kepemimpinan Kerja” mengatakan bahwa kelebihan pemimpin itu berada
dalam tiga hal yaitu, kelebihan akal dan rasio, kelebihan secara rohani, dan
kelebihan secara jasmani.
Berikut ini adalahh penjelasan kelebihan dari
pemimpin yag memiliki katergori sempurna:
a. Kelebihan akal dan rasio:
Seoramg pemimpin harus mengetahui hakekat tujuan dari pada
organisasi yang dipiminya, serta memiliki visi kedepan, seorang
pemimpin harus mengerti dasar-dasar organisasi yang dipimpinya,
seorang pemimpin mengetahui bagaimana cara menjalankan roda
organisasi dengan lebih efektif dan efisien sehinga tujuan organisasi
tercapai dengan maksimal.
b. Kelebihan secara rohani :
Kelebihan secara rohani yaitu kelebihan yang memiliki sifat-sifat
tentang keluhuran budi pekerti, memiliki ketinggian moral,serta memiliki
(47)
watak kesederhanaan yang dapat dijadikan contoh bagi setiap orang-orang
yang dipimpinnya.
c. Kelebihan secara Jasmani:
Kelebihan dalam jasmani bukan berarti memiliki kelebihan dalam
rupa/wajah yang rupawan, karena masih banyak orang yang salah
mengartikan kelebihan secara jasmani dalam unsur pemimpin dan
kepemimpinan, tetapi yang dimaksudkan kelebihan secara jasmani adalah
memiliki fisik yang lebih kuat, lebih sempurna, sehat dan memiliki
ketahanan tubuh yang melebihi dari orang-orang yang dipimpinnya.
Pemimpin yang memiliki kategori sempurna adalah ia yang
meililiki ketiga hal tersebut di atas, maka benar adanya jika pemimpin dalam
menjalankan roda kepemimpinanya harus memiliki kelabihan-kelebihan,
karena jika tidak iapun akan mengalami banyak kesulitan dalam menjalankan
kepemimpinannya.
Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut dengan kata
Leadership
berasal dari kata
to lead (memimpin), leader (pemimpin), dalam bahasa arab
kepemimpinan meiliki kata yang berbeda yaitu berasal dari kata (
qadda –
yaquudu – qiyaadatan ) yang artinya menuntun.
Menurut Prof. Kembal Young
seperti yang dikemukakan oleh Kartini Kartono bahwa kepemimpinan adalah
bentuk dominasi yang didasari oleh kemampuan pribadi yang sanggup
mendorong atau megajar orang lain berbuat sesuatu berdasarkan acceptance
(penerimaan) oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus dan tempat
khusus untuk mencapai tujuan.
Menurut Taylor, yang dikemukakan oleh
(48)
bawahan untuk bersama-sama bekerja menuju suatu tujuan yang diinginkan
oleh semua dan dianggap penting untuk self expressi ( ekspresi diri ).
Oleh karena itu tujuan kepemimpinan tak lain adalah menjamin
terwujudnya pencapain sebuah tujuan, dengan cara mengorganisir dan
mengatur sebuah institusi, lembaga, atau sebuah sistem yang sudah terbentuk,
dengan kepemimpinan sebagai fasilitas yang memberikan jalan untuk orang
lain yang terorganisir dapat berproses dalam sebuah organisasi formal agar
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Berikut ini adalah penjelasan dari
tipe-tipe kepemimpinan yang ada:
a. Kepemimpinan Otoriter
Proses kepemimpinan otoriter adalah pemimpin yang beranggapan
bahwa
leadership adalah sesuatu yang menjadi haknya, ia berpendapat
bahwa hanya dengan kepemimpinanya ia dapat melakukan apapun tentang
segala sesuatu yang harus dikerjakan tanpa adanya
pertimbangan-pertimbangan lain yang mungkin akan menghambat, biasanya setiap
pekerjaan yang dia kehendaki kepada bawahanya selalu diawasi dengan
sangat ketat dan terkadang dapat menimbulkan ketegangan-ketegangan di
kalangan para bawahanya.
b. Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan ini menjadikan bawahan sebagai orang-orang
yang bisa diajak kerjasama, untuk turut serta memberikan pendapat, saran
bahkan sampai kritik pada masa kepemimpinanya, pemimpin semacam ini
sering meminta pendapat pada bawahanya dalam mencari solusi kerja
terbaik, sehingga bawahanya merasa tidak hanya menerima instruksi kerja
saja tapi mereka dibimbing untuk melakukan pekerjan tanpa harus dipaksa
(49)
untuk bekerja sehingga menjadi tanggung jawab mereka untuk
menyelesaikan pekerjaanya, namun ketika anggota-angota yang
dipimpinya tidak memiliki kcakapan dan kecerdasan untuk bekerja sama
dengan pemimpinya, maka kemungkinan akan terjadi kegagalan dalam
melakukan pekerjaanya.
c. Kepemimpinan Paternalistis
Kepemimpinan ini menjadikan pemimpin sebagai seorang bapak
ataupun ibu, karena pemimpin dengan gaya paternalistis biasanya
memiliki sifat melindungi dan menjaga kepentingan bawahnya sebagai
bentuk rasa kasih sayang yaitu dengan penjagaan yang ketat. Biasanya
kepemimpinan semacam ini kurang menguntungkan anggotanya karena
akan membentuk lemahnya kepercayaan diri dan tidak bisa
mengembangkan diri dalam melakukan pekerjaanya karena pemimpin
tidak memberikan kesempatan pada anggotanya untuk berinisiatif dan
mengambil keputusan.
d. Kepemimpinan Laissez-Faire
Pada umumnya kepemimpinan jenis ini akan menciptakan suasana
dimana para anggotanya frustasi, bekerja malas-malasan, dan terkesan
main-main dengan pekerjaanya, karena anggota merasakan kurangnya
campur-tangan pemimpin dalam setiap keputusan maupun kebijakan yang
mereka ambil, biasanya pemimpin hanya akan memberikan informasi jika
hanya dimintai, pemimpin cenderung tidak berperan aktif dalam pencarian
solusi agar kinerja anggotanya lebih efektif atau mengatur jalanya roda
organisasi.
(50)
e. Kepemimpinan Kharismatik
Tipe kepemimpinan kharismatik ialah dimana seorang pemimpin
memiliki pengaruh yang besar kepada anggotanya, biasanya pemimpin
seperti ini memberikan daya tarik yang luarbiasa, sehingga para
anggotanya tunduk dan patuh tanpa tekanan dan paksaan dari orang yang
memimpinnya, biasanya tipe pemimpin seperti ini memiliki
keistimewaan-keistimewaan, misalnya memiliki kecerdasan yang lebih, memiliki
kekuatan super, pemberani dan lain sebaginya.
f. Kepemimpinan Otokratik
Tipe kepemimpinan seperti ini selalu mengandalkan kekuasaan
yang dianggapnya sebagai kekuatan, karena itu pemimin tipe ini tidak
segan-segan memaksa bawahnya/anggotanya untuk tunduk dan patuh
terhadapnya, karena perintahnya bersifat mutlak dan absolud. Pemimpin
selalu berperan sebagai pemimpin tungal seperti seorang raja, setiap
perintah yang ditetapkanya biasanya tidak melalui konsultasi dengan
siapapun.
g. Kepemimpinan Populistik
Kepemimpinan populistik adalah tipe kepemimpinan di mana
seorang pemimpin mampunmenjadi pemimpin masyarakat, ia memegang
nilai-nilai kemasyarakatan dan ketradisionalan, tipe kepemimpinan seperti
ini bias diterima oleh masyarakat tertentu atau kelompok tertentu, namun
belum tentu dapat diterima oleh masyarakat lain, karena pemahaman akan
nilai-nilai tradisional dan masyarakat yang satu dengan yang lainnya tidak
sama yang terkadang tidak dapat diphami oleh masyarakat ataupun
pemimpin kelompok masyarakat lain.
(51)
h. Kepemimpina Administratif
Adalah tipe kepemimpinan dimana seorang pemimpin mampu
menjalankan tugas-tugas administrasi secara efektif. Dengan
kepemimpinan seperti ini akan muncul pengembangan pada hal-hal yang
berhubungan dengan kerjasama antar manusia, dan hal-hal yang
menyangkut masalah-masalah teknis dan manajemen, biasanya tipe
kepemimpinan seperti ini dapat menghadapi masalah secara cepat, lugas,
dan rasional.
2. Konsep Kepemimpinan Dalam Islam
Dalam pandangan Islam, At-Tabrasi dalam tafsirnya mengemukakan
bahwa kata imam mempunyai makna yang sama dengan khalifah. Hanya saja
kata imam digunakan untuk keteladanan. Karena ia diperoleh dari kata yang
mengandung arti depan, berbeda dengan khalifah yang terambil dari kata
"belakang".
Para pakar, setelah menelusuri
Al Qur'an dan
Hadits menetapkan
empat sifat yang harus dipenuhi oleh nabi yang pada hakikatnya pemimpin
utamanya. Yang pertama Ash Shidq yang berarti kebenaran dan kesungguhan
dalam bersikap, berucap, serta berjuang melaksanakan tugasnya. Kedua,
Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memeliharaa sebaik-baiknya
apa yang diserahkan kepadanya, baik dari Tuhan maupun dari orang-orang
yang dipimpinnya. Ketiga, Fathanah, yaitu kecerdasan yang melahirkan
kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul seketika
sekalipun. Keempat, Tabligh, yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung
jawab atau diistilahkan dengan keterbukaan.
(52)
Dalam pandangan islam,seorang pemimpin adalah orang yang
diberikan amanat oleh Allah SWT untuk memimpin rakyatnya. Dimana ia
akan dimintai pertanggung jawabanya kelak di akhirat. Beberapa ahli
menyimpulkan bahwa ada beberapa cirri penting yang menggambarka
kepemimpinan islam. Veitzal Rivai menyebutkan ada enam cirri
kepemimpinan dalam islam
yaitu:
a. Setia Kepeda Allah
Diantara pemimpin dan yang dipimpin terikat dengan kesetiaan
kepada Allah, yang bararti sebuah kepemimpinan yang dijalankan itu
merupakan suatu perwujudan dari seseorang kepada Allah, bukan karena
ambisi ingin menjadi seorang pemimpin saja, jadi semua perilaku dalam
kepemimpinanya merujuk kepada aturan-aturan maupun syriat-syariat
yang sudah ditetpkan Allah SWT.
b. Tujuan Islam Secara Menyeluruh
Menjadi satu kewajiban bagi seorang pemimpin untuk mampu
melihat bahwa tujuan organisasi bukan hanya untuk sekedar tujuan dari
kepentingan sebuah kelompok, apalagi hanya kepentingan satu orang saja,
tetapi akan lebih baik jika kepentingan kelompok dan perorang tersebut
dapat memenuhi kepentingan dalam lingkup yang lebih luas yaitu
kepentingan islam secara keseluruhan.
c. Menjunjung Tinggi syariat dan Akhlak Islam
Pemimpin itu harus terikat dengan peraturan yang terkandung di
dalam syariat Islam, oleh karena itu syarat seseorang menjadi pemimpin
adalah orang yang mampu memegang teguh aturan-aturan di dalam syariat
(53)
Islam. Jika pemimpin sewaktu-waktu mengabaikan aturan-aturan dalam
syariat islam, maka pada saat itu ia harus di makzulkan.
d. Pengemban Amanah
Pemimpin adalah seseorang yang mengemban amanah dari Allah.
Oleh karena itu ia memiliki sebuah tanggung jawab yang besar, dalam
Al-Quran memmerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah
Swt dan menunjukan sikap yang baik kepada para pengikutnya.
e. Bermusyawarah dan Tidak Sombong
Mejadi prinsip dasar dari sebuah kepemimpian Islam adalah
terlaksananya musyawarah sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah
dalam kepemimpinan. Dengan prinsip dasar ini menjadikan sikap adil dan
memberikan kebebasan berpikir bagi semua pihak yang ada dalam lingkup
kepemimpinanya, oleh karena itu pemimpin islam bukanlah
kepemimpinan tirani yang mengabaikan proses koordinasi atau
musyawarah, namun ini menjadi wadah bertukar pemikiran dengan semua
pihak yang terkait yang di laksanakan secara terbuka, objektif dan
menjunjung tiggi rasa sling menghormati. Sehingga para pengikuit atau
bawahan merasakan bahwa persoalan itu menjadi tujuan untuk
kepentingan mereka bersama.
f. Disiplin Konsisten dan Konsekwen
Disiplin, konsisten, dan konsekwen adalah cirri dari kepemimpinan
dalam Islam, sikap dan sifat-sifat seperti ini tentunya akan diwujudkan
dalam semua tindakan maupun perbuatannya, karena ia yakin bahwa Allah
(1)
123
DAFTAR PUSTAKA
Macquail, Denis, Teori Komunikasi Massa, (Salemba Humanika, 2011)
Mulyana Deddy, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007
Campsal, Steve - 27/06/2002 (Rev, 17/12/2005; 14;18;24) Media - GCSE Film Analysis Guide (3)-SJC.
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003). Baskin Askurifai, Membuat Film Indie Itu Gampang, (Bandung:Kataris, 2003) Tim Peyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008)
Himawan Pratista, Memahami Film.
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Grasindo, 2000).
Vivian John, Teori Komunikasi Massa, edisi kedua, (terj.) oleh Tri Wibowo B.S (Jakarta: Kencana Prenanda Media, 2006)
Fawwaz bin Hulayyil as-Suhaimi, Begini Seharusnya Berdakwah, (Jakarta: Darul Haq, 2008).
Badruttamam Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher (Jakarta Selatan: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005).
Eric, Mau Dibawa Ke Mana Sinema Kita?.
Bakti Andi Faisal, Globalisasi: Dakwah Cerdas Era Globalisasi: Antara Tantangan dan Harapan (Lecture at Palembang).
Sobur Alex, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, ---Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. (Bandug: Remaja Rodakarya,2006)
Kriyantono Rahmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006).
Zoest dalam Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest, Serba-Serbi Semiotika, (Jakarta: Gramedia, 1992)
Felix y. Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453 (AlFatih Press Cetakan ke-1, Maret 2013).
Christomy Tommy, Semiotika Budaya, ( Depok : Universitas Indonesia, 2004 ) Sobur Alex, Semiotika Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004).
(2)
124
AS. Haris Sumandiria, Bahasa Jurnalistik; Panduan Praktis Penulis dan Jurnalistik, (Bandung: simbiosa Rekatama Media, 2006).
Abdurahman, Arifin, Teori Pengembangan dan Filosofi Kepemimpinan Kerja, Bharata, Jakarta, 1971.
Mulkanasir, BA., S.Pd., MM, Administration And Management Leadership, Atma Kencana Publishing, 2011, Bogor.
Bin Nuh, Abd. Dan Bakry Omar, Kamus Arab Indonesia – Inggris-Indonesia Inggris, PT. Mutiara Sumber Widya, 2001, Jakarta,
Kartini Kartono, Dr,Pimpinan dan Kepemimpinan, PT. Raya Grafindo Persada, Jakarta, 1994.
Panglaykim, Management Suatu Pengantar, PT. Pembangunan, Jakarta, 1980. H. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM, Administration And Management Leadership,
Atma Kencana Publishing, 2011.
Rivai, Veitzal, Prof.m Dr.,M.B.A, Kiat Memimpin Dalam Abad ke-21, Murai Kencan, Jakarta, 2004.
Dr. Husni Rahim Sistem Otoritas dan Aministrasi Islam, PT Logos Kencana Ilmu. 1998, Jakarta.
Sumber Lain:
http://www.imdb.com/media/
Fetih 1453 - Wikipedia, the free encyclopedia http://en.wikipedia.org/wiki/Fetih_1453
http://rosid.net/fetih-1453-menjawab-kerinduan-film-tentang-sejarah-kebesaran-islam/
http//tweeter@devrim_evin. Turkish State theatre aktor/Direktor. Oyuncu/İstanbul http://www.turkishculture.org/whoiswho/theater/devrim-evin-2780.htm
http://tr.wikipedia.org/wiki/Cengiz_Co%C5%9Fkun- https://www.google.co.id/search?q=Dilek+Serbest&tbm-
(3)
Cover Film Battle of Empires Fetih 1453
(4)
Lampiran 2:
(5)
(6)