Interpretasi Semiotika Kepemimpinan Muhammad Fatih Dalam Film Battle Of Empires Fetih 1453

117 ô‰ss9 šχx. ’Îû öΝÎηÅÁ|Ás ×οuŽö9Ïã ’ÍρT[{ É=≈t6ø9F{ 3 ∩⊇⊇⊇∪ Yang artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Islam yang ditampilkan dalam film ini adalah nilai-nilai sejarah kepemimpinan dalam islam yang dapat menolong umat manusia dan memiliki keyakinan pada Bisyarah Rasulullah SAW. Sultan Muhammad Al-Fatih adalah salah satu bagian dari Islam, yang ditampilkan dengan karakter yang taat beribadah dan konsisten dengan tujuanya. Serta segala bentuk sikap dia terhadap hukum dan cara beliau mengambil setiap kebijakan yang diberlakukan kepada pasukan dan penduduknya. Dengan mendalami peristiwa sejarah seseorang dapat menambil pengalaman dari setiap pemikiran tokoh yang ada pada cerita, tanpa harus hidup di zamanya. Dalam film ini nilai-nilai sejarah tidak hanya dijadikan masalalu yang sekedar dijadikan nostalgia, tetapi menjadi perhitungan dalam perancanaan untuk menentukan keputusan di masa yang akan dating. Pada adegan utama juga terdapat satu fenomena yang tak kalah pentingnya, dengan nilai-nilai perjuangan. Yaitu pada saat Sultan memberikan kebijakan dan berjanji kepada penduduk kota yang sudah ditaklukan. Sultan menanamkan nilai-nilai sekularisme kepada seluruh penduduk Konstantinopel, dimana sultan sangat melindungi kebebasan beragama dan hidup berdasarkan keyakinan kepada penduduknya. Dalam film ini, sutradara mencoba membangun mood yang membawa kita pada pandangan kepemimpinan Sultan Mehmed II yang banyak membawa inspirasi pada setiap 118 keputusan yang diambilnya, dam melauli adegan inilah kita mendapatkan nilai-nilai toleransi dalam pandangan islam khusunya. Adapun kritik dari peneliti di dalam film ini hanya pada unsur sinematik film saja, ilustrasi gambar dengan teknik editing layer yang masih kurang dan alur film yang kurang membangun mood penonton,khususnya peneliti. Hal ini mungkin disebabkan narasi film yang berlatar belakang sejarah, atau mungkin efisiensi waktu yang dilakukan tim produksi. Terlepas dari semua kekurangan yang ada di dalam film, peneliti berharap film ini dapat menjadi inspirasi baru dalam memproduksi lebih banyak lagi film tentang sejarah kepemimpinan dalam Islam. 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Film Battle of Empires Fetih 1453 yang dirilis pada tahun 2011 yang lalu, telah menarik perhatian jutaan masyarakat tentang sejarah peradaban islam di eropa. Saejarah tentang penaklukan kota Konstantinopel yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Al-Fatih telah membuat peneliti untuk mencoba mencari makna yang ada pada perjalanan kepemimpinan dalam islam. Dengan melihat melalui berbagai pendekatan teori dan implementasinya terhadap objek penelitian, maka kesimpulan peneliti terhadap masalah tersebut dapat dilihat pada. Sign dan Code tanda-tanda dan kode yang terdapat pada Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih adalah pada tanda-tanda verbal maupun non verbal di dalam adegan utama yang tervisualisasi pada saat penaklukan Konstantinopel. atau di akhir cerita. Pemilihan sign dan code berfokus pada adegan Sultan ketika memasuki Gereja Haghia Shophia. Melalui kajian semiotika, peneliti setidaknya menemukan 20 tanda dan kode yang signifikan terhadap tujuan penelitian dalam adegan utama yang dirangkum dalam tabel denotasi dan konotasi. Elemen yang terdapat dalam Kepemimpinan Sultan Muhammad Al- Fatih yaitu terdapat pada 13 komponen penting yang dapat menjelaskannya. Pertama adalah pada aspek mise en adegan yang menjelaskan makna melalui kostum, tata rias wajah, setting, dan pencahayaan yang ditampilkan di depan kamera yang dapat berfungsi sebagai penunjuk tanda, citra dan penunjuk 120 ruang dan waktu. Selanjutnya adalah pemaknaan melalui editing. Pemaknaan melalui editing dapat dilihat dari bagaimana sutradara menampilkan berbagai shot dalam sebuah adegan. Selanjutnya adalah Shot Types. Tipe Shot merupakan sebuah upaya menampilkan makna melalui jarak-jarak kamera, sudut, ketinggian dan kemiringan kamera. Selanjutnya adalah camera angle. Aspek ini menanamkan makna melalui berbagai sudut kamera secara khusus. Ada pula camera movement yang mana menghadirkan sebuah pesan melalui pergerakan-pergerakan kamera yang dinamis. Berikutnya adalah lighting. Lighting memberikan makna tertentu dalam setiap adegan pemain film, dan akan menimbulkan efek dan mood-mood tertentu pula. Dieges and sound yang menghidupkan makna melalui suara-suara tertentu. Efek visual yang membuat sebuah peristiwa seperti nyata, padahal semuanya buatan komputer dan menghilangkan unsur natural. Narrative bekerja pada skenario film. Genre pada film ini adalah Epic Sejarah, yang mana masuk ke dalam genre induk sekunder. Sedangkan ikonografinya adalah semua benda yang dapat dilihat dan memiliki kesamaan yang sangat dekat terhadap genre. The star sistem adalah sebuah upaya untuk menyesuaikan pemeran dengan cerita film. Sedangkan yang terakhir adalah realism, di mana komponen ini menghendaki bahwa setiap adegan yang ditampilkan dapat membawa mood penonton pada situasi realistis. Konvensi di dalam film Battle of Empires Fetih 1453 adalah melalui beberapa adegan atau adegan yang memiliki nilai-nilai tertentu dengan 121 kebudayaan masyarakat, agama dan nilai-nilai sosial. Biasanya konvensi berada pada suatu konsensus yang sudah disepakati bersama dalam satu wilayah tertentu. Konvensi dapat bersumber dari mitos, sejarah dan budaya yang memiliki relevansi sebagai sebuah konsensus di dalam masyarakat dan dijadikan sebagai acuan umum untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Penduduk Turki Utsmani, sebagai simbol kejayaan Islam di eropa menjadi sorotan penting di dalam film ini. Dinamika politik dan kebijakan yang diputuskan dikemas secara naratif dan dibangun berdasarkan histori, setidaknya dapat memberikan sebuah gambaran kecil kepada penonton mengenai sebuah sistem kultur dan sosial di Turki Utsmani yang akan mempengaruhi persepsi setiap penonton.

B. Saran

Saran dari peneliti terhadap film ini adalah, dinamika adegan dan narasi seharusnya divisualisasikan lebih hidup lagi agar sinematografi tidak terkesan kaku. Karena pada dasarnya film merupakan jenis multimedia yang dapat membangaun pesan melalui audio visual, namun ketika membuat film bergenre Epic sejarah sebaiknya karakter di dalam film lebih diperkuat sehingga film dapat dikemas dengan baik dan karakter penokohan sesuai dengan sejarah aslinya. Pesan dakwah yang ingin disampaikan menurut peneliti sudah cukup baik, terlebih sutradara memasukan adegan pembacaan Ayat Al-Quran dan Hadist yang sesuai dengan cerita film sebagai upaya meningkatkan kualitas