69
1. Pembangunan Benteng Rumeli Hisari Bodazkesen dan Konflik
Eksternal
Adegan 1 memperlihatkan perencanaan dan pembangunan sebuah benteng yang harus di selesaikan dalam waktu singkat ia berencana
mendirikan sebuah benteng tepet di sebrang benteng bernama Anadolu Hisari yang dibuat oleh leluhurnya Sultan Bayezid I. sultan berpikir jka ia dapat
membangun sebuah benteng disebrangnya , maka ia dapat mengamankan selat Bosphorus dan menjadi pemutus suplai makanan dan perlengkapan perang
serta bantuan pasukan dari Genoa di Black Sea. Dalam adegan ini sutradara menghadirkan dalam beberapa Shoot yang berhubungan dengan perencanaan
pembuatan sebuah benteng dan konflik yang terjadi. Adegan ini diperankan oleh sultan dan wazirnya
1
. Adegan ini terdapat pada durasi 41:08 dengan total durasi sekitar 8 menit 14 detik. Bagian ini memiliki narasi yang tidak terlalu
panjang atau shot pendek, karena hanya sebagai pengantar di mana pada waktu itu Mehmed II berencana membangun sebuah benteng yang baru
dengan maksud dan tujuan yang jelas yaitu merealisasikan penyeranganya terhadap konstantinopel. Dalam adegan ini, waktu plot yang digunakan sangat
pendek dan ringkas, sangat berbeda dengan cerita aslinya. Bagian lain yaitu terjadi beberapa konflik antara Sultan dengan
Constantin sebabagi kaisar di Konstantinopel. Konflik yang terjadi dimulai pada April 1452, saat peletakan batu pertama dari sebuah benteng namun
Sultan mehmed tdk menghiraukan semua konflik yang mengatasnamakan perjanjian damai yang sebelumnya terjadi karena mehmed tahu bahwa
1
Adegan ini terdapat pada durasi 41:08
70 Constatine ketakutan jika suplai persediaan makanan dari Genoa dan Kapal
yang bergerak dari arah Black Sea dapat dihentikan seandainya benteng itu berdiri.
Tabel 1.4. Pembuatan Benteng dan Konflik Ekternal dalam Sekuen 1
Adegan Visualisasi Verbal non Verbal
Pemain Interpretasi simbolik
1 Sultan dan
Wazir Adegan ini pada durasi
41:08 Musyawarah sebagai bentuk
pengambilan keputusan dalam syariat islam. Dan
menunjukan kesungguhan dan kematangan
strateginya kepada Halil Pasha seorang Kepala
Wazir.
2 Sultan
Adegan ini pada durasi 42:07 Menunjukan letak
geografis pembuatan benteng barunya di
sebrang benteng Andolu Hisari yang di buat oleh
kakek buytnya. Pembuatan benteng atas
keyakinan strategi pengepunganya Sultan
71
3 Sultan
Wazir Arsitek
dan Tukang
Batu Adegan ini pada durasi
43:50 Sultan memasuki pengerjaan benteng agar
pembuatan benteng berjalan cepat sesuai
target yang direncanakan. Mehmed menjadi simbol
yang di segani dan di hormati.
4 Raja
constantin sekretaris
Adegan pada durasi 47:11 Kaisar Constantine
terlihat geram dan Membicarakan isi surat
ancaman dari segala penjuru yang
dimaksudkan untuk sultan Mehmed II jika
meneruskan pembangunan Benteng
barunya, dengan sekretaris kerajaan.
5 Sultan dan
Wazir Adegan pada durasi 48:10
memperlihatkan keteguhan hati seorang
sultan kepada para wazirnya dari kondisi
yang terhimpit atas pembangunan benteng
yang di buatnya.
72
Tabel 2.4. Ikon, Indeks dan Simbol
Pada Adegan Pembuatan Benteng dan Konflik Eksternal Ikon
Ikon pada adegan ini terdapat pada beberapa setting yang memperlihatkan situasi perencanaan strategi perag. Pada bagian ini, setting sebagai ikon
dari atribut perencanaan pembuatan benteng seperti Peta yang besar memiliki tingkat kesamaan yang tinggi dengan tujuanya. Selain itu pada
struktur bangunan tempat Sultan dan wazirnya sedang berdiri identik dengan aroma ketimuran.
Indeks
Terdapat dalam beberapa teks percakapan didalam surat antara Sultan dan raja Constantine yang mengisyaratkan sebuah bentuk perlawanan secara
halus dengan isi surat yang mengancam agar tidak terjadi pertumpahan darah diantara mereka. Hal ini dapat dilihat pada durasi 47:11
Simbol Simbol didominasi oleh pemeran utama, Sultan Mehemed II dan
Constantine yang divisualisasikan sebagai pemimpin diantara kedua kerajaan yang saling berseteru satu samalain, dan kostum yang
dikenakannya, . Maka dari itu, banyak penonton yang kagum dengan keberadaan mereka dan selalu menjadi pusat perhatian dalam adegan
tersebut.
Adegan ini berawal dari niat sultan untuk melakukan ekspasinya ke kota konstantinopel. Pada potongan adegan awal, Sultan dan wazir Halil Pasha
divisualisasikan dengan menggunakan jarak kamera Extreme Long Shoot di mana, sutradara ingin menunjukan Sultan dan Halil Pasha dari atas, sehingga
interpretasi dapat dilakukan dengan mudah, karena terfokus pada semua objek seperti Sultan, Halil Pasha dan peta yang menjadi atribut perencanaan srategi.
Pada potongan shot kedua, memvisualisasikan Sultan sedang menunjukan lokasi pembuatan Benteng yang akan menjadi pemutus Suplai
makanan dan kebutuhan pasukan Konstantinopel pada saat pengepungan, penggunaan shot dalam adegan ini menngunakan jarak kameraClose-Up, di
mana visualisasi akan terfokus pada lokasi pembuatan benteng yang baru, yaitu sebuah gambar benteng di dalam peta dengan struktur bangunan yang
berbau timur.
73 Adegan selanjutnya memvisualisasikan Sultan Mehmed dan semua
pasukannya saat pembuatan Benteng. Jarak kamera pada adegan ini adalah long shot, di mana sutradara ingin memperlihatkan sebuah situasi yang sangat
sibuk saat-saat pasukan melaksanakan pekerjaanya. Adegan selanjutnya adalah adegan ketika Constantine sedang berada di
istana dengan sekertarisnya pada jarak kamera yang menggunakan long shot, sehingga sutradara berhasil memperlihatkan sebuah situasi yang realistis
sebagai representasi dari kondisi Constantine yang sedang marah atas pembengunan benteng yang akan merugikanya dan menulis surat ancaman
pada Sultan Mehmed IIdengan Sekertarisnya dan properti yang mendukung narasi.
Potongan adegan selanjutnya memperlihatkan Sutan yang sedang menunjukan keteguhan atas keputusan yang telah di lakukanya. dan di sisi
kanan dan kirinya terdapat Wazir yang setia menemani Sultan situasi yang memperlihatkan sebuah ekspresi para Syuhada. Dalam aegan ini, jarak
kamera menggunakan long shot. Teknis secara keseluruhan adegan di atas memiliki beberapa karakter
sinematografi. Jarak kamera yang digunakan adalah close up, long shot dan extreme long shot. Pencahayaan yang digunakan cenderung menggunakan
sumber cahaya key lighting dengan kualitas hard light yang memperjelas objek. setting yang digunakan tipe shot on location dan studio set. Aspek
suara dan editing dalam adegan ini ada dieges sound dan non dieges sound dengan editing di dominasi tipe sekuen montase, crosscutting, dan match on
action yang diiringi musik instrumental.
74 Dalam adegan ini, simbol, ikon dan indeks divisualisasikan
berdasarkan narasi. Dari adegan ini tampak adanya simbol keseriusan dan kesungguhan dalam adegan 1. Simbol strategi dan pengambilan kesepakatan
2, Ketegasan dan keyakinan 3. Simbol perjuangan dan kerja keras 4 dan kesombongan dan kemarahan 5. Keteguhan hati seorang pemimpin diantara
para Wazirnya. Kelima adegan di atas sebelumnya dibuka dengan visualisasi Sultan yang sedang membuat strategi pengepungan kota Konstantinopel,
diantara Sultan, Wazir, Constantin dan beberapa penduduk Kesultanan Mehmed yang lainnya.
Ada monolog yang menarik ketika Sultan Mehmed berada dalam amcaman surat yang di kirim oleh Constantine saat pembuatan benteng telah
selesai dikerjakan dalam waktu yang singkat. Berikut teks monolog tersebut
2
:
Sultan Mehmed : Untuk mengakhiri intrik yang terjadi selamaberabad- abad. Rakyatku dan tentaraku bersamaku. Paus telah mengumpulkan
dan mempersiapkan pasukanya. Kita akan menyambut kedatangan mereka. Kita akan mengalahkan mereka lagi seperti yang pernah kita
lakukan di Varna and Kosovo.
Aku tidak seperti para Sultan pendahuluku. Aku adalah Sultan Mehmed Khan. Ini adalah tanahku dan aku berhak membuat benteng di
sini. Seluruh tanahku harus berada di bawah kekuasaanku
3
. Dalam percakapan ini memberikan gambaran mengenai keteguhan hati
seorang Sultan dalam mempertahankan keyakinannya di mata orang lain. Dari petikan monolog tersebut dapat kita temukan sosok Sultan Mehmed II
merupakan sosok yang memiliki keteguhan hati dalam memperjuangkan tanah yang ia cintai, terlebih ketika ia berusaha menegakan Bisyarah Rasullulah
melalui pengepungan kota yang telah dijanjikan. Dan ini sudah sepatutnya
2
Monolog percakapan ini terdapat pada durasi 47:57 hinga durasi 48:35
3
Monolog percakapan ini dapat dilihat pada durasi 47:57 sampai durasi 48:35
75 menjadi sebuah karakter sorang pemimpin atau mujahid, di mana, sikap rela
berkorban demi kepentingan rakyat dan agamanya yang senantiasa dihadirkan di dalam hatinya walau di dalam situasi seperti apapun. Sikap Sultan dalam
adegan ini tercermin dalam Al-Qur’an, Surah Al-Anfal 8:60. Allah berfirman:
ρ‘‰Ïãruρ Νßγs9
¨Β ΟçF÷èsÜtGó™
ÏiΒ ;ο§θè
∅ÏΒuρ ÅÞtÍh‘
È≅ø‹y⇐ø9 šχθç7Ïδöè?
ϵΠ¨ρ߉tã
« öΝà2¨ρ߉tãuρ
tÌyzuuρ ÏΒ
óΟÎγÏΡρߊ Ÿω
ãΝßγtΡθßϑn=÷ès? ª
öΝßγßϑn=÷ètƒ 4
tΒuρ θàÏΖè?
ÏΒ óx«
† Îû
È≅‹Î6y™ «
¤∃uθムöΝä3ö‹s9Î
óΟçFΡruρ Ÿω
šχθßϑn=ôàè? ∩∉⊃∪
Artinya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang yang
dengan persiapan itu kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
dirugikan.
Ayat di atas memberikan indikasi bahwasanya di dalam berjuang di jalan Allah, kita harus memiliki komitmen dan konsisten terhadap keyakinan
dan prinsip, guna mendapatkan legitimasi dari semua orang. Dan Sultan Mehmed melalui dialognya di atas, mencoba mencerminkan ayat tersebut
sesuai kemampuan dan kapasitas dirinya. Tanda lain yang dapat kita temukan pada adegan ini adalah bagaimana
Sultan memiliki cita-cita untuk membangun sebuah benteng pengepungan. Diceritakan bahwa Sultan Mehmed II merupakan salah seorang Pemimpin
yang telah di kabarkan Rasulullah melalui Hadist yang selama berabad-abad teah menginspirasi Kehalifahan Utsman tentang Pemimpin terbaik dan
pasukan terbaik yang akan menjadi penakluk Konstantinopel.
76
2. Adegan Pengepungan Pertama dan Konflik Internal
Pada adegan selanjutnya, adalah Seperti apakah Penyerangsn yang dilakukan Sultan dan Konflik yang terjadi di internal kesultanan. Adegan ini
berada pada durasi 01:27:49 dan berjalan sekitar 45 Menit. Setelah perjalanan panjang persiapan pengepungan dilakukan dan pembuatan meriam raksasa
selesai dibuat, barulah sultan memerintahkan seluruh pasukanya untuk berangkat bersamanya melakukan pengepungan yang telah lama sultan
nantikan. Di awal adegan tersebut memperlihatkan situasi banyaknya pasukan
yang di ajak sultan untuk melakukan pengepungan, terlihat pasukan sultan yang menutupi bukit-bukit tinggi saat melakukan perjalanan, hingga
sesampainya sultan di depan benteng terkuat Konstantinopel sultan di sambut langsung oleh kaisar Byzantium Konstantinopel. Adegan ini memperlihatkan
negosiasi antara Sultan dan Constantine. Pada adegan ini sutradara mengunakan Medium Shoot dan teknik Kamera Eye Level sehingga penonton
akan merasakan seolah-olah menjadi bagian didalam negosiasi tersebut. Kemudian dibelakang kedua kutub yang bertentangan diperlihatkan sebagian
pasukan-pasukan yang siap bertempur dan memperjuangkan keyakinan di antara mereka, dari pakaian yang mereka pakai terlihat pertemuan dua
kekuasaan yang mewakili Negara timur dan barat. Adegan ini memperlihatkan beberapa shot yang saling berkesinambungan antara Adegan satu dengan
adegan lainya.
77
Tabel 3.4. Adegan Pengepungan pertama dan Konflik Internal
Adegan Visualisasi Verbal dan Non Verbal
Pemain Interpretasi Simbolik
1 Sultan
Mehmed Dan
Constant ine
Pertemuan dua kekuasaan Byzantium
constantinopel dan Utsmani Otoman
2 Meriam
Raksasa Kebesaran
Pasukan dan
pesatnya teknologi pasukan Utsmani Turki sehingga
dapat menciptakan meriam terbesar yang tidak pernah
ada pada
zaman itu,
kengerian terjadi
saat mendengar dentuman hulu
ledak meriam tersebut. 3
Pasukan Muslim
Otoman Pemakaman
masal tanda
banyaknya pasukan sultan yang
gugur merupakan
Kekalahan sultan pada kali pertama penyerangan.
78
4 Sultan
Mehmed, Wazir
dan Pasukan
Kapal-kapal yang memuat logistik
makanan yang
terbakar,menjadikan pengepungan selama 40 hari
sia-sia. terlihat sultan yang berada paling depan barisan
kehilangan kendali
atas amarahnya.
5 Prjurit
Mental yang
rapuh dan
Kehilangan keyakinan atas pengepungan yang sia-sia.
6 Zaganos
Pasha dan Halil
Pasha Menunjukan Konflik Internal
para Wazir dan rasa tidak aman
berada dalam
penyerangan yang
sultan lakukan.
79
7 Sultan
Mehmed Menunjukan
keputusasaan dan perenungan kembali atas
rencana dan strategi perang yang telah dibuatnya.
8 Sultan
Mehmed dan
Syaikh Samsudd
in Bentuk
Suport Guru
Terhadap Murid
yang dicintainya.
Dengan menceritakan
penyerangan yang
pernah dilakukan
ayahnya sultan,
menjadi penyemangat baru dan tekad
yang bulat atas pengepungan.
Tabel 4.4. Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Pengepungan pertama dan
konflik internal” Ikon
Ikon dalam adegan ini terdapat pada setting lokasi yang dipilih yang masih sangat kental dengan peradaban Turki yang
merupakan negara perbatasan Asia dan Eropa. Pakaian yang dipakai oleh sultan mewakili kebudayaan Asia timur, kemudian
Constantine yang menggunakan baju Zirah seperti pasukan romawi yang mewakili peradaban dari budaya Eropa.
Indeks Indeks di dalam adegan ini terdapat pada kata-kata Sultan
ketika ia terus menyerang tanpa menghiraukan pendapat Wazir kepala, bahwasanya Said menolak secara halus namun tetap
penuh wibawa untuk tetap menyerang. Sehingga tibul beberapa konflik diantara Wazir-wazirnya. dan Suara yang mengejutkan
dan penuh keyakinan menandakan seorang sedang berada pada tingkat emosi tertentu.
Simbol
Simbol yang muncul adalah bagaimana keimanan individu yang melekat pada sosok Sultan Mehmed II. Secara
konvensional, simbol-simbol agama yang dipertahankan dengan keteguhan hati merupakan suatu tindakan yang didasari
dari karakter dan kepribadian seorang pemimpin dalam Islam.
80 Adegan ini menceritakan proses pengepugan dan penyerangan yang
dilakukan Sultan dan pasukanya. Serangkaian adegan pada tabel 3.4 merupakan proses pengantar adegan menuju adegan penyerangan besar-
besaran Sultan. Dapat kita lihat dalam adegan penyerangan pertama Sultan Mehmed II, bermakna sebuah bentuk represif pemerintahan Sultan terhadap
kota Konstantinopel, namun hal tersebut ternyata tak sesuai dengan keinginan sultan karena banyaknya pasukan sultan yang terbunuh dan persediaan
makanan terbakar habis oleh pasukan musuh, sehingga ia harus merubah strategi dan mempercepat pengepungan yang tidak direncanakan sebelumnya
oleh Sultan. Unsur mise en scene pada adegan ini memperlihatkan latar atau setting
yang diperkirakan menggunakan shot on location, meskipun tingkat kebenarannya masih dipertanyakan. Namun, mood yang coba dibangun serta
suasana yang dibangun hampir sama persis seperti peradaban Turki Usmani pada zaman dulu, dengan pintu kayu yang bercorak, Singgasana Sultan, hiasan
dinding tenda, bentuk tenda sederhana dan hamparan sebuah peta yang besar di dalam tenda yang membuatnya tampak seperti dalam tenda peperangan di
zaman itu. Aspek lain adalah pada kostum yang dikenakannya. Penggunaan
kostum militer yang digunakan dua orang pasukan sultan yang putus asa, merepresentasikan busana anggota militer Yenisseri yang dimiliki Turki
Utsmani saat itu, dengan baju yang mirip gamis namun berkancing mirip dengan kebudayaan Asia yang berwarna merah, serta peralatan lain seperti
senjata yang masih menggunakan pedang panjang seperti senapan.
81 Pada tokoh Zaganos Pasha dan Halil Pasha diperlihatkan mengunakan
pakaian dan atribut yang berbeda dari pasukan lain sebagai bentuk pembeda dari kasta atau jabatan. Aspek lain adalah tata rias wajah yang tampaknya lebih
mendominasikan unsur naturalitas, di mana tata rias tidak begitu menonjol dan cerah. Hal ini diperkirakan untuk merepresentasikan ruang dan waktu dimana
pada ssat itu mereka berada dalam keaadaan sedang berperang. khususnya pada zaman itu, kosmetik belum begitu marak diproduksi dan orang pada
zaman dahulu tampaknya memang jarang menggunakan peralatan kosmetik selain perempuan yang biasanya menggunakan celak.
Namun, tata rias digunakan untuk merepresentasikan kepribadian tokoh atau pelaku cerita. Warna kostum yang dominan adalah warna gelap.
Biasanya warna gelap identik dengan kejahatan. Namun, semua itu bertolak belakang dengan apa yang ada di dalam cerita film. Warna hitam dalam film
sepertinya ingin merepresentasikan sebuah kondisi budaya masyarakat Turki Utsmani ketika itu.
Komponen yang dapat kita analisis pada adegan ini adalah pada unsur pencahayaan. Pencahayaan dapat kita analisis melalui arah pencahayaan. Arah
pencahayaan pada adegan ini arah lebih memilih top lighting yang fungsinya sekedar ingin menunjukkan jenis pencahayaan buatan dalam sebuah adegan,
yakni dengan menggunakan lampu-lampu standar. Adapun sumber cahaya yang digunakan sutradara pada adegan ini adalah sumber cahaya utamanya
bersifat key lighting dimana cahaya didominasi sumber cahaya yang membuat kontras antara area terang dan gelap saja, karena pada adegan ini kebanyakan
dilakukan pada siang hari.
82 Pergerakan kamera dan tipe shot yang ditampilkan pada adegan ini,
didominasi oleh long shot type, di mana sutradara ingin memperlihatkan semua pemain yang ketika itu, memang berjumlah tidak sedikit. Pergerakan
kamera juga tidak terlalu dinamis. Visualisasi dibuat se-natural mungkin, guna ingin merepresentasikan kondisi masa lampau yang memang apa adanya.
Unsur historis yang mendominasi genre film, membuat film ini tampak ingin dikemas sesuai aslinya.
Dari segi suara, adegan ini tidak menghadirkan dieges-dieges yang cenderung diegetic sound. Jadi, sumber suara diperoleh langsung dari pemain
yang memperagakan action-action pada shot-shot tersebut. Namun, terkadang ada pula suara-suara yang sekilas muncul dengan dominasi suara orkestra yang
kompleks, namun menghasilkan suara merdu dan mendayu yang membawa penonton kepada satu kondisi penuh khidmat.
Ada sebuah dialog yang menarik antara Sultan Mehmed II dengan Constantine XI Saat melakukan negosiasi dalam penyerangan pertamanya.
Constantine menyambut Sultan dengan ucapan salam yang diucapkan umat muslim dan kemudian sultan mengucapkan salam yang biasa di ucapkan umat
Kristen Ortodoks, pada hari itu sultan menjelaskan mengapa pengepungan ini dilakukan padahal perjanjian damai diantara mereka masih mereka pegang.
Pada intinya, dari dialog tersebut, Sultan menginginkan Constantine untuk segera menyerahkan kotanya secara damai dan harta mereka titetap menjadi
milik mereka, dengan syarat pemerintahan berada dibawah kepemimpinan sultan. Berikut ini adalah percakapan tersebut:
83
Constantine XI : Assalamu Alaikum
Sultan Mehmed II : Kalos Antamothsikame. Contantine XI
: Aku harap aku bisa menjadi tuan rumah yang
baik di istanaku tetapi Anda terlalu ramai.
Sultan Mehmed II : Terima kasih atas keramahan anda, Kaisar.
Anda adalah tuan rumah yang baik.
Constantine XI : Aku ingin mengingatkan Anda bahwatembok
kami, juga iman kami. Dalam sejarah tidak ada yang pernah bisa meruntuhkannya, Sultan.
Sultan Mehmed II : Setelah pengepungan, Anda tidak akan pernah
mengatakan hal itu lagi, Kaisar.
Constantine XI : Tembok kota kami telah mengalami banyak
penyerangan sebelumnya. Dan yang terakhir dilakukan ayah Anda. Tapi ia gagal, sama
seperti yang lain
Sultan Mehmed II : Kami datang ke sini untuk membuktikan
perkataanmu Jika Anda menyerah sekarang, Anda beserta rakyat dan keluarga mereka akan
hidup dalam damai. Kita tidak akan menyentuh harta kalian.
Constantine XI : Berarti
akan ada banyak darah yang
tertumpah, terutama darah Anda.
Sultan Mehmed II : Kami mematuhi yang diperintahkan Al-Quran.
Dari petikan percakapan diatas, tampak sebuah isyarat bahwa Sultan sangat tegas dalam mempertahankan prinsipnya terlebih mengenai ajaran
agama Islam. Ramah tamah sebagai simbol bangsawan dalam negosiasi pada saat itu, Tembok yang tak terkalahkan menjadi simbol kesombongan bangsa
Konstantinopel dan mendahulukan kepentingan dari rakyatnya adalah ciri-ciri dari kepemimpinan dalam Islam. Baju Zirah perang memiliki simbol
kemewahan dan kegagahan dari sebuah bangsa yang cukup terkonstruksi dengan baik dalam adegan ini. Negosiasi sebagai bentuk peradaban yang
memegang nilai-nilai kemanusiaan dan memberikan stigma positif terhadap bentuk Kepemimpinan. Terlebih saat sultan seolah member tahu langsung
kepada kita dengan pernyataan sultan yang mengatakan ”Kami Sangatangat
84 Memetuhi yang diperintahkan Al-Quran”, sikap ini tercermin dalam Qs.Al-
Azhab 36 Allah berfirman:
tΒuρ tβx.
9ÏΒ÷σßϑÏ9 Ÿωuρ
πuΖÏΒ÷σãΒ sŒ
Î |Ós
ª ÿ…ãèθß™u‘uρ
·øΒr βr
tβθä3tƒ ãΝßγs9
äοuzσø: ôÏΒ
öΝÏδÌøΒr 3
tΒuρ ÄÈ÷ètƒ
© …ãsθß™u‘uρ
ô‰ssù ¨≅|Ê
Wξ≈n=|Ê YΖÎ7•Β
∩⊂∉∪
Yang Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya
Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata
4
. Surat Al-Azhab ayat 36 diatas sesungguhnya merupakan ayat yang
sangat tegas memerintahkan untuk taat kepada Allah Al-Quran dan Rasul as-Sunah. Siapa siapa yang tidak taat kepada keduanya, maka ia telah durhaka
dan barang siapa yang durhaka, maka ia telah tersesat dengan sesat nyang nyata.
Setelah melakukan negosiasi, kemudian shot beralih pada penyerangan pertahanan kota Konstantinopel saat itu. Adegan ini didominasi dengan
kegiatan monolog para prajurit yang meneriakan semangat perjuangannya menembus benteng kota Konstantinopel. dan berakhir saat terbenamnya
matahari. Banyaknya korban yang yang berjatuhan kemudian kapal-kapal pengangkut logistik yang terbakar membuat pasukan Sultan putus asa dan
membuat Sultan Mehmed II merenungkan rencana pengepungan yang dilakukan selama 40 hari yang tidak membuahkan hasil apapun, sultan malah
meerima kekalahan yang membuat sultan tidak mau keluar dari tendanya selama 2 hari berturut-turut. Diceritakan dalam film kejadian ini membuat
4
http:quran-sunnah.netas-sunnahketaatan-kepada-rasulullah-tidak-bisa-dipisahkan-dari- ketaatan-kepada-allah-as-sunnah-adalah-hujjah-sumber-pensyariatan-di-dalam-islam-setelah-al-
quransthash.4wQ4CMIy.dpbs
85 mental prajuritnya turun dan perselisihan diaantara wajir-wajir itu semakin
terlihat. Pergerakan kamera dan editing didominasi pola cut to, di mana
perpindahan shot satu ke shot yang lain memunculkan efek memotong gambar secara langsung, tanpa jeda. Namun, secara keseluruhan, adegan ini mencoba
membangun narasi mengenai perjuangan Sultan dan sejarah perjuangan untuk menaklukan benteng kota Konstantinopel pada saat itu. Hal tersebut dapat
terlihat dari dialog berikut:
Sultan Mehmed II : Sheik Selamat datang Sheik Samsuddin : Terima
kasih, Mehmed.
Bagaimana keadaanmu?
Kenapa pasukanmu
tidak menyerang?
Sultan Mehmed II : Kami sudah 40 hari di sini. Sheik Samsuddin : Kesabaran diperlukan dalam hal ini. Itu yang
membuat tujuan hidup dan impianmu Tercapai. Aku tahu, kegagalan telah embuatmu dan
tentaramu kecewa. Itu sangat mempengaruhi tentaramu. Dan
orang-orang itu yang merayakannya. Mari Mehmed Ikuti aku.
Sheik Samsuddin : Sebelum aku kemari aku telah berdoa selama
tiga malam berturut-turut. Meminta tanda apakah penyerangan ini diperuntukkan untuk
kebaikan atau tidak. Terima kasih kepada Allah, Aku medapatkan apa yang aku minta
pada malam terakhir. Aku melihat Ayyub Al- Anshari, ra. dalam mimpiku.beliau mengatakan
kepadaku letak makamnya, dan menginginkan aku untuk menunjukkannya kepadamu. Katakan
kepadanya, mengapa aku dimakamkan begitu dekat dengan tembok itu. Seperti yang kau
ketahui, Ayyub ra. Ikut dengan pengepungan Konstantinopel,
bersama dengan
tentara Muslim, dia tidak meninggalkan tembok itu
sampai ia wafat. Dan dia tidak muda seperti dirimu, dia sudah
tua dan dalam keadaan sakit. Kamu tidak boleh menyerah, Mehmed, kamu datang ke sini
adalah sebagai
pemimpin yang
telah diramalkan. Pergilah dan pimpin tentaramu.
86 Jika kamu tidak melakukannya sekarang.
kamu tidak akan pernah bisa melakukannya lagi. Bangkitkan kembali semangatmu, dan
tunjukan kepada semua orang
jiwa kepemimpinanmu. Kamu memiliki kemampuan
untuk itu. Ingatlah. semakin tinggi pohon maka angin
semakin kencang menerpanya.
Sultan Mehmed II : Aku tidak akan kembali sebelum aku mengambil
alih kota ini ayah.
Disisni diperlihatkan usaha Sultan yang begitu keras kemudian didukung oleh gurunya yang sangat ia hormati menjadikan Sultan Mehemed
memiliki keyakianan dan semangat untuk memperjuangkan Bisyarah Rasulullah yang telah digambarkan kepadanya atas Kota konstantinopel yang
akan ditaklukannya. Adegan inilah yang akhirnya menjadi titik tolak dalam meneliti adegan utama mengenai Kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih
dalam Film. Adapun unsur semiotika pada adegan ini adalah terletak pada denotasi dan konotasi yang muncul melalui ikon, indeks dan simbol yang
dihadirkan pada beberapa shot yang ditampilkan. Namun, secara global, peneliti melihat sebuah narasi yang memiliki pola linier ditampilkan sutradara
pada durasi-durasi pertengahan ini.
3. Adegan Pengepungan kedua dan Serangan Besar-besaran
Adegan Pengepungan dan Peperangan Besar memiliki durasi yang cukup panjang, karena ada beberapa adegan yang berhubungan dengan sejarah
tentang pembuatan sebuah Meriam yang ukuranya tidak dapat diperkirakan pasukan musuh, Sultan memerintahkan seorang ahli persenjataan untuk
membuat meriam terbesar yang tak pernah ada di zaman itu. Adegan dimulai dari durasi 02:05:07 hingga 02:14:01 Hal ini dikarenakan persiapan
87 pengepungan. Namun pada penelitian kali ini, peneliti akan mencoba
meringkas dan menarasikan poin-poin penting mengenai pengepungan yang dilakukan Sultan. Adegan ini dimulai pada saat Sultan mengusulkan Strategi
perang yang
tidak terduga
oleh pasukan
Konstantinopel, Sultan
memerintahkan Laksamana dan pasukan-pasukan lautnya untuk menyeret kapal-kapal yang tidak bisa memasuki teluk Golden Horn melalui jalan darat,
Adegan ini memperlihatkan kengerian di mata pasukan Konstantinopel dan rakyatnya, terlihat pasukan dari Sultan Mehmed sedang menyeret kapal-kapal
besar yang dimilikinya menyebrangi jalur daratan, seolah-olah mereka sedang berlayar menuju kedalam Teluk Golden Horn yang ketika berada dilautan di
jaga oleh rantai raksasa sehinga kapal sultan tidak dapat memasuki Teluk. Setelah pada adegan ini, narasi beralih kepada adegan ketika Sultan
berkhutbah Adegan ini, sutradara memperlihatkan Sultan dengan atribut yang menyertainya. Di atas bukit pada malam hari, diperlihatkan Sultan bersma
dengan Gurunya dan para Wazirnya. Dalam adegan ini sultan berkata bahwa kemenangan hanya akan diraih dengan keyakinan iman, kemudian dalam
kondisi yang sangat bersemangat Sultan mengingatkan agar pasukanya mengingat Bisyarah Rasulullah tentang pembebasan tanah Konstantinopel
yang hanya akan diraih oleh Sebaik-baiknya pemimpin dan sebaik-baiknya pasukan. Maka dalam pandangan islam tentang seorang SultanPemimpin
yaitu merupakan perwakilan Tuhan di muka bumi maka ketika Sultan berkhutbah dan menyeru para pasukannya seraya menyebut asma Allah,
pasukanya memiliki keyakinan dalam perjuangan atas pembuktian dari Bisyarah Rasulullah yang dirindukan umat Muslim saat itu.
88 Setelah shot berkhutbah pada pasukan selesai, kemudian shot
berpindah dengan editing cut to kepada wajah Sultan dengan tipe shot medium Close Up yang berfungsi untuk melihatkan objek secara dekat dan
memperjelas karakter dari objek yang diambil. Dalam adegan tersebut, diperlihatkan pula Sultan mengenakan baju jirah perang yang tebal untuk
melindungi tubuhnya dari serangan lawan, karena pada saat itu telah terjadi peperangan sebelumnya. Dan pelindung kepala cirri khas ke-Timuran yang
dikenakan Sultan Mehmed II, kemudian terlihat sultan mengepalkan tangan kanan berusaha menyemangati para pasukan yang sedang berdiri dihadapanya
dengan menyebut asma Allah, kemudian ia acungkan pedang sebagai simbol perlawan terhadap kedzoliman. Setelah adegan di atas, kemudian sutradara
melakukan perpindahan tempat dengan melakukan Cut Editing pada gambar mengunakan teknik kamera Medium Long Shoot. Terlihat sultan sedang
melaksanakan kewajiban salat, seting tempat pada saat itu terlihat cuaca di sore hari yang menandakan akan tenggelamnya matahari, terlihat Sultan
sedang mengimami pasukanya sebelum memulai serangan besar-besaran. Barulah kemudian adegan berpindah setting kamera dengan
menggunakan teknik kamera Long Shoot di sebuah lapangan yang memiliki latar belakang peralatan perang dan benteng-benteng buatan untuk mencapai
ketingian benteng yang akan ditembusnya. Pada adegan ini pemain jumlahnya cukup banyak yang coba memberikan gambaran bahwasanya saat itu
meggambarkan Bisyarah Rasullulah tentang sebaik-baiknya pemimpin dan pasukan. diceritakan sultan melakukan pemilihan khusus pada pasukan yang
akan berangkat bersamanya untuk melakukan pengepungan Konstantinopel.
89 Selain mahir dalam peperangan sultan memilih pasukan yang taat beribadah
kepada Allah dan menjalankan sunah Rasulullah. Diperlihatkan pula pada saat itu cuaca sore hari yang ditandai dengan langit-langit gelap dan meguning
tanda akan tengelamnya matahari. Dalam adegan tersebut, tampak Sultan dan pasukanya sedang melaksanakan solat Maghrib.
Adegan serangan besar-besaran dimulai saat pemimpin regu dari pasukan pengali terowongan yang dapat menembus jalur bawah tanah menuju
benteng Konstantinopel melakukan bom bunuh diri untuk memastikan bahwa pekerjaanya itu tidak ada kesalahan lagi sperti sebelumnya yang pernah
dilakukan ketika puluhan anak buahnya terkurung di dalam lorong karena strateginya diketahui pasukan Konstantinopel dan menjadi korban, dalam
adegan ini dapat di intrpretasikan tentang pemimpin regu yang rela berkorban demi anak buahnya sehingga tidak terlalu banyak jumlah korban yang jatuh
kemudian dengan berjihad di jalan Allah ketua regu ini meledakan dirinya didalam lorong yang tepat pada Benteng pertahanan kota, sutradara membuat
adegan ini begitu singkat, tetapi dengan maksud dan tujuan yang jelas mengapa ia melakukan adegan bom bunuh diri di saat akan memulai
penyerangan besar. Kemudian shoot berpindah dengan editing Cut to pada layar terlihat benteng yang dihancurkan akibat aksi bom yang diledakan oleh
regu penggali terowongan. Adegan ini divisualisasikan dengan beberapa tenik Editing saat benteng hancur dengan efek Editing yang seolah terlihat nyata
Kemudian pada adegan selanjutnya dengan wajah penuh keyakinan penyerangan besar-besaran dimulai ketika sultan mehmed melihat sebagian
benteng yang kokoh itu hancur karena bom yang disebabkan regu pengali
90 terowongan, kemudian sultan memerintahkan meriam raksasa untuk segera di
tembakan kearah yang sama, dan membuat benteng Kota konstantinopel hancur. Adegan tercermin dalam fiman Allah SWT dalam Surat Al-Hasyr
59:2
þθ‘Ζsßuρ Οßγ¯Ρr
óΟßγçGyèÏΡ¨Β ΝåκçΞθÝÁãm
zÏiΒ «
ãΝßγ9s?rsù ª
ôÏΒ ß]ø‹ym
óΟs9 θç7Å¡tGøts†
t∃x‹suρ ’Îû
ãΝÍκÍ5θè=è |=ôã”9
4 tβθçÌøƒä†
ΝåκsEθã‹ç öΝÍκ‰Ï‰÷ƒrÎ
“ω÷ƒruρ tÏΖÏΒ÷σßϑø9
ρçÉ9tFôãsù ’Íρé¯≈tƒ
Ì≈|ÁöF{ ∩⊄∪
Artinya: dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari siksa Allah; Maka Allah mendatangkan
kepada mereka hukuman dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan
rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah Kejadian itu untuk menjadi pelajaran, Hai orang-
orang yang mempunyai wawasan.
Terlihat sultan yang menunggangi kuda dan beberapa atribut perang seperti panji-panji di sekelilingnya mengantarkan sultan untuk segera
menyerang benteng yang telah hancur lebur. Dalam penyerangan ini, sutradara memunculkan setidaknya tiga pemain di dalam farme, yaitu Sultan, pengawal,
dan satu lagi pemain yang tampak pasif.
91
Tabel 5.4. Ikon,Indeks dan Simbol
Dalam Adegan Pengepungan Kedua dan Serangan Besar Ikon
Ikon dalam adegan ini adalah kehancurn tembok yang digambarkan dan sultan menjadi ikon atas keyakinannya menbobol Benteng
Pertahanan Kota dan Panji-panji dengan tulisan dua kalimat syahadat. Selain itu, kondisi alam yang dialami Sultan, memiliki
kesamaan dengan cerita asli.
Indeks
Indeks dalam adegan ini antara lain, kata-kata Sultan pada saat berkhutbah yang diucapkan dengan nada tinggi sebagai bentuk
penyemangat. Perintah Sultan untuk mengarahkan pasukannya harus memiliki keyakinan iman yang mengisyaratkan Sultan dan
pasukanya adalah sebaik-baiknya pasukan dan sebik-baiknya pemimpin yang dikatakan Rasullulah SAW.
Simbol Melaksanakan Salat sebelum berperang sebagai simbol keimanan
dan penyerangan besar-besaran akan dilakukan. Kapal kapal Yang diangkut melalu jalan darat pada tabel… menyimbolkan kegigihan
pasukan.
Tabel 6.4. Adegan Pengepungan kedua dan Serangan besar-besaran
Adegan Visualisasi Verbal dan Non Verbal
Pemain Interpretasi Simbolik
1 Pasukan
Sultan Mehmed
Semangat prajurit
untuk merebut
kemenangan sehingga melakukan hal yang
tiidak pernah
dilakukan pasukan manapun pada saat
itu.
92
2 Pasukan
Sultan Mehmed
Kapal yang melintasi lembah menjadikan strategi perang
Sultan Mehmed II yang tidak dapat
diperkirakan oleh
pasukan konstantinopel.
3 Pasukan
Muslim Otoman
Banyaknya jumlah pasukan muslim dalam pegepungan
Konstantinopel
4 Sultan
Mehmed, Halil
Pasha, dan
Syaikh samsudin
Memiliki keyakinan penuh pada pasukan yang telah
disiapkan atas kota yang telah dijanjikan
93
5 Sultan
Mehmed dan Para
Wazir Simbol dari Keyakinan atas
kemenangan kaum Muslim tidak lain ditentukan pada
kualitas ibadah mereka.
6 Sultan
Mehmed, Wazir
dan Pasukan
Perilaku yang
dapat mendekatkan
diri kepada
Allah SWT yang memegang kunci kemenangan
7 Wazir
dan Pasukan
Akan memulai
serangan besar-besaran dan berjihad di
jalan Allah
setelah menggugurkan
kewajiban sebagai seorang Muslim yang
ta’at.
94
8 Pasukan
pengali lorong
Berjihad di
jalan Allah
pasukan penggali tanah ini melakukan bom bunuh diri
agar memastikan pekerjaanya tidak di gagalkan pasukan
Konstantiopel.
9 visual
benteng Tanda dari kehancuran kota
Konstantiopel yang memiliki iman pada tembok kotanya.
10 Sultan
dan pasukan
Perintah Sultan
atau Pemimpin
dalam Islam
merupakan cerminan
dari perintah Allah Swt. Dalam
adegan ini
sultan memerintahkan penyerangan
besar-besaran untuk
menghancurkan benteng
Konstantiopel.
95
C. Narasi Adegan yang Diteliti
Selanjutnya akan peneliti sajikan Sebelum menganalisis secara detail bagaimana narasi dalam adegan khusus, yang akan memaparkan komponen-
komponen naratif yang dapat dijadikan acuan dalam memahami adegan khusus berdasarkan unsur naratif film.
1. Tokoh
Tokoh pada adegan ini terdiri dari tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama pada adegan ini adalah Sultan Mehmed II. Sultan
divisualisasikan sebagai seorang tokoh protagonis yang memiliki sifat heroik, pantang menyerah, tegas dan penyayang. Dalam adegan ini, dirinya
divisualisasikan sebagai sosok yang pantang menyerah, berdedikasi tinggi, dan berwibawa. Meskipun kondisi Kesultanan berada di dalam konflik
Internal, kemudian dirinya tak henti-hentinya memikirkan pembebasan Kota Konstantinopel dan tak henti-hentinya memberikan contoh sikap dan
wejangan kepada pasukannya untuk tetap bertahan memperjuangkan Bisyarah Rasulullah SAW, walau dalam kondisi apapun. Adapun tokoh
antagonis, yaitu Constantine XI. Constantine divisualisasikan sebagai pemicu konflik. Ketika Sultan diancam akan digulingkan dari kekuasaanya
atas kerajaaan Turki Utsmani Ottoman Selain itu, Constantine memerintahkan Sultan untuk membayar upeti dua kali lipat dari tahun
sebelumnya tanpa alasan yang jelas. Didalam suratnya tersebut terkesan kekaisaran Byzantium Konstantinopel memaksa untuk menaikan pajak
tanpa penjelasan.
96 2.
Masalah dan Konflik Masalah yang muncul pada adegan Kepemimpinan antara lain ketika
Mayoritas masyarakat Konstantinopel ketakutan dan tidak menerima kepemimpinan sultan sebelum seultan menjaelaskan kepada mereka apa arti
dari pengepungan yang dilakukannya. Konflik yang muncul pada adegan di Hagia Sophia hanya ada satu, yaitu konflik batin Sultan Saat Dirinya merasa
tidak diterima Masyarakat Konstantinopel sehingga Sultan memberikan sebuah pernyataan dan berjanji kepada seluruh masyarakat Konstantinopel.
3. Lokasi
Lokasi utama yang digunakan dalam adegan ini adalah Sebuah Gereja Hagia Sophia. Yang saat ini menjadi mesjid termegah di dataran kesultanan
Turki Utsmani. sebagai setting utama divisualisasikan dengan cukup baik dengan properti dan setting latar yang memadai yang cukup menghadirkan
sebuah realisme ketika Hagia Sophia. Dan pintu gerbang kota Konstantinopel yang di visualisasikan dengan teknik editing pada gambar kota, namun cukup
baik dan akan terlihat nyata pada gambar, karena pencahayaan gambar sangant tepat.
4. Waktu
Penggunaan waktu dalam adegan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Siang, di mana segala aktifitas harian dan konflik dimunculkan dalam waktu
ini. Tinjauan lain adalah dapat kita lihat pada musim panas. Ketika di Gereja, setting divisualisasikan cerah karena sinar matahari menyinari bagian dari
bangunan yang tembus kedalam ruangan, sehingga sultan menggunakan pakaian yang tebal untuk melindungi kulitnya dari terik matahari ketika itu.
97 Gaya Kepemimpinan Sultan di adegan utama pada film ini, memiliki
durasi kurang lebih 3 menit, yakni pada durasi 02:26:41 hingga 02:29:30 dengan 2 setting yang berbeda, yaitu di gerbang kota Konstantinopel dan di
Gereja Hagia Sophia. Setting awal yang muncul adalah di Gerbang Kota Konstantinopel. Pada gerbang divisualisasikan seorang Sultan dan pasukanya
berjalan menuju kota konstantinopel. Dalam film ini, tidak di jelaskan nama gerbang yang di lewati oleh Sultan, tetapi visualisasi film sesuai dengan
sejarah yang diceritakan. Dari sinilah kemudian sultan melihat mayat kaisar Constantine dan
Paglima perang yang bernama Notras beserta jajaranya yang terlihat berlutut dihadapan sultan, kemudian sultan menyuruhnya berdiri dan berkata “Maka
makamkanlah kaisarmu sesuai dengan kepercayaanmu”, Setelah itu Sultan Mehmed II ditemani Syeikh Samsuddin, dan para wazirnya memasuki
Gerbang kota Konstantinopel dengan kibaran Ak Sancak bendera putih yang bertuliskan dua kalimat syahadat dan bendera merah,hijau khas Kekalifahan
Turki Utsmani yang bertuliskan syahadat dengan bulan sabitnya, lalu setelah ia melihat kota Konstantinopel, terlihat mimik wajahnya mengucapkan syukur
karena kekagumanya atas keindahan kota Konstantinopel yang berhasil ditaklukanya.
Setelah peristiwa tersebut, adegan berpindah ke setting gereja, di mana sultan sengaja tidak membawa masuk pasukan untuk memasuki kedalamnya.
Tampak suatu kondisi yang memperlihatkan kekhawatiran dalam adegan ini. Penduduk Konstantinopel khawatir dan mereka merasa sangat ketakutan
ketika melihat Sultan Mehmehd II divisualisasikan seorang ibu yang
98 menggendong seorang balita yang sedang menangis saat sultan hendak
melewati pintu gereja yang terlihat besar dan megah, sultan kemudian berusaha mendekati kerumunan tersebut dan menenangkan penduduk yang
ketakutan dengan mengatakan, “Jangan takut mulai saat ini hidup kalian, harta kalian, adalah bagian dari kami juga, dan kalian bebas hidup sesuai dengan
keyakinan kalian” kemudian terlihat wajah pendeta dan penduduk yang tadinya tertunduk ketakutan berubah dengan senyuman dan kebahagiaan
karena sebelumnya mayoritas Penduduk adalah pemeluk Agama Kristen Ortodoks, yang dengan paksa oleh kaisar Constantine agar mereka mau berdoa
bersama menurut ajaran Kristen Katolik Roma, karena paus akan membantu Konstantinopel dengan syarat mereka mau berdoa bersama dan menerima
otoritas Kristen Katolik pada pemerintahan Konstantinopel kemudian pasukan Salib akan diperbantukan pada perang tersebut. Saat mendengar penyataan
Seorang Sultan yang dikira akan memerangi agama mereka, senyuman di wajah para penduduk seakan menerima ortoritas sultan sebagai pemegang
tangkub pemerintahan Konstantinopel, divisualisasikan seorang balita yang tadinya menagis kemudian di peluk sultan dan kemudian anak itu mencium
mencium pipi Sultan Mehmed II. Pada sekuen akhir tersebut, Sultan divisualisasikan sangat memiliki
otoritas dalam menentukan keputusan. Pada bagian akhir film terdapat sebuah visualisasi menarik, yaitu saat kamera bergerak ke atas bangunan dan
memperlihatkan matahari yang bersinar berwarna keemasan setelah seorang anak dari penduduk Konstantinopel memeluk dam mencium pipi Sultan
Dari paparan narasi di atas, dapat peneliti kaji bahwasanya mitos yang ingin dibangun di dalam narasi tersebut adalah melalui tokoh Sultan sendiri,
99 dengan setting atau latar di mana adegan diambil, melalui kata-kata yang
digunakan di dalam dialog dan monolog yang dilakukan para pemain. Adapun penjelasan mitos secara lebih detail dapat dilihat pada tabel konvensi dan tabel
denotasi dan konotasi.
D. Semiotik Kepemimpinan Dalam Adegan Utama
1. Fokus Permasalahan Tanda-Tanda dan Kode
Setiap adegan memiliki tanda- tanda dan kode dalam adegan dapat kita lihat dari segala sesuatu yang menonjol yang ditampilkan dan secara
alami memiliki makna tertentu. Tetapi tanda-tanda yang memiliki makna atau ide-ide tertentu, jelas merupakan hasil representasi dari setiap peneliti
yang membutuhkan pengetahuan seputar konvensi yang berlaku dalam sebuah wilayah tertentu.
Pada penelitian kali ini, peneliti mencoba mencari unsur Tanda dan kode pada adegan kepemimpinan pada Sekuen adegan utama dengan
mengklasifikasikan tanda-tanda yang memiliki makna lain atau yang disebut sebagai konotasi. Pemilihan denotasi dan konotasi dapat melalui
beberapa objek yang dapat dirasakan maupun di dengar. Adapun denotasi dan konotasi adegan utama pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
100
a. Denotasi dan Konotasi Pada Fokus Permasalahan Tanda dan Kode
Tabel 7.4. Analisis Tanda Denotasi, Konotasi dan Mitos Dalam Skenario
Tanda Denotasi Tanda Konotasi dan Mitos
Sultan Status
kehormatan yang mengisyaratkan sebuah kepemimpinan dan kealiman. Pemimpin dalam islam
Pria Kegagahan dan keberanian dalam mengayomi kaum
lemah, anak-anak dan wanita. Sorban
Kesalehan yang disertai intensitas ibadah yang tinggi serta keistimewaan dalam pribadi.
Jubah gamis Tanda kebesaran dan teladan kaum agamis.
Pendeta Penterjemah setiap tanda dan simbol agama melalui
kacamata kesucian. Pedang
Media untuk
melambangkan kekuatan
dalam memerintah dan menjadi pelindung bagi masyarakat.
Sumber kekuatan yang tidak dapat bersuara. Pintu gerbang
Masa depan dan peradaban dalam sebuah kerajaan, jalan utama dan mejadi penghormatan bagi yang berjalan
diatasnya sebagai bentuk penerimaan di mata sosial Bendera
Identitas, melambangkan sebuah kehormatan dan nilai- nilai ideologi
Kumis Kenyamanan secara fisik bagi kaum pria. Penjagaan
terhadap nilai-nilai suatu ajaran dan budaya. Kuda perang
Perangkat perang yang menjadi simbol kecepatan, berwibawa dan perkasa
Wanita Lemah lembut, penyayang, menjadi pengabdi yang taat.
Gereja Perangkat keagamaan dan Tempat peribadatan umat
Kristen Ketakutan
Tidak percaya
yang meghasilkan
bentuk ketidaknyamanan
Sederhana Nilai dari sebuah ajaran yang mengedepankan
kepentingan akhirat daripada dunia. Anak kecil
Polos, simbol Kasih sayang, kelemahan bagi setiap orang tua.
Wazir Aparatur Negara dalam bidang tertentu dan Struktur
dalam kepemimpinan Turki Utsmani Prajurit
Perangkat pemerintahan dan menjadi simbol kekuatan dalam peperangan.
Pelukan Memberikan keghangatan dan ekspresi penerimaan
dalam kondisi tertentu. Guru
Pahlawan yang ikhlas mentrasnformasikan ilmu yang dimilikinya.
Ustadz Status yang menandakan bahwa seseorang telah
mencapai derajat dan tingkat tertentu.
101
b. Ikon, Indeks dan Simbol dalam Adegan “Kepemimpinan Sultan
Muhammad Al-fatih dalam Film Fetih”. Tabel 8.4.
Ikon Gereja dengan pendetanya menjadi ikon keagamaan yang sudah
memiliki indentitas. Surban yang dikenakan Sultan Mehmed yang mirip dengan surban yang dipakai bangsawan-bangsawan ketimuran. Gamis
atau jubahnya yang panjang juga memiliki persamaan dengan budaya negara lain. Pedang, kuda perang, pintu gerbang, dan bendera yang
mewakili ideologi sebagai identitas diri. Pada dasarnya ikon identik dengan gambar atau benda lain yang
memiliki kemiripan terhadap suatu objek. Namun, pada bagian ini peneliti ingin mencoba mengeksplorasi bentuk lain dari ikon sebagai
term yang menyatakan sebagai kemiripan.
Indeks
Perkataan,
yang memiliki unsur
pengaruh
terhadap sebuah peristiwa. Di dalam adegan ini, khususnya telah terangkum dalam sebuah teks besar
dalam percakapan maupun narasi. Terdapat beberapa indeks yang muncul dan cukup dominan pada adegan tersebut. Yang pertama
ter
letak pada ketakutan penduduk Konstantinopel saat kedatangan sultan ke gereja. Mengahruskan sultan memberikan pernyataan dalam k Kata-kata
Sultan yang sudah terangkum terhadap parapenduduk Konstantinopel dengan toleransi dan memberikan kebebasan memeluk agama.
Berikut kata-kata tersebut: ”
Jangan takut. Mulai saat ini, hidup kalian harta kalian adalah bagian dari kami juga. Dan kalian bebas hidup sesuai dengan keyakinan
kalian.
Setelah percakapan ini, penduduk pun menerima otoritas Sultan sebagai pemegang kekuasaan atas Konstantinopel.
Simbol Tutur kata yang sopan dan santun dari Sultan sebagai simbol keagungan
dari sebuah pemimpin yang memiliki keilmuan dan intelektualitas. Pakaian dan atribut lain sebagai simbol agama dan kekuasaan.
Mencintai sesama dan anak-anak sebagai simbol cinta kasih terhadap yang lemah. Sikap tenang dan tidak terburu-buru sebagai simbol
kesabaran dan keteguhan.
2. Tabulasi Analisis Elemen Adegan
Sebelum masuk pada penelitian elemen film, peneliti mencoba memunculkan beberapa potongan shot yang berhubungan langsung dengan
pokok permasalahan dalam penelitian ini, berikut visualisasinya: