206
Kelas X SMA MA SMK MAK
c. Setting
Setting dalam sebuah lakonnaskah merupakan
unsur yang menunjukan; tempat dan waktu kejadian peristiwa dalam sebuah babak.
Berubahnya setting berarti terjadi perubahan babak, begitu pula dengan sebaliknya. Perubahan
babak berarti terjadi perubahan setting. Tempat sebagai penunjuk dari unsur Setting di
dalam lakon, mengandung pengertian menunjuk pada tempat tengah berlangsungnya kejadian,
misalnya; di rumah, di hotel, di stasiun, di sekolah, di kantor, di jalan, di hutan, di gang jalan, di taman,
di tempat kumuh, di lorong , di kereta api, di dalam bus, dst.
Waktu sebagai bagian unsur Setting di dalam lakon, menjelaskan tentang terjadinya putaran waktu,
yakni; siang-malam, pagi sore, gelap terang, mendung cerah, pukul lima, waktu Ashar, waktu Subuh, jaman
Belanda, zaman kemerdekaan, zaman orde baru, zaman reformasi.
Latar peristiwa kejadian sebagai bagian dari unsur Setting di dalam lakon, misalnya; kondisi
perang, kondisi mencekam, kondisi aman, dst.
d. Point of view
Setiap lakon, termasuk lakon Teater anak-anak, remaja, dewasa atau pun bagi semua umur pasti
melibatkan sudut pandang pengarang atau penulis. Sudut pandang pengarang atau penulis
ini disebut point of view. sebagai gambaran intelektualitas dan kepekaan rasa pengarang
atau creator dalam menangkap dan memaknai fenomena yang terjadi.
Memahami dan menangkap tanda -tanda tentang sudut pandang pengarang merupakan hal
penting bagi seorang creator panggung atau pembaca agar terjadi kesepahaman, kesejalanan
atau tidak setuju dengan apa yang ditawarkan dan dikehendaki pengarang. Apabila seorang
creator dalam proses kreatifnya mengalami
kesulitan menemukan pandangan inti pengarang, secara etika kreator dapat melakukan konsultasi
Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 8.15
Slamet Rahardjo
Aktor Film Indonesia
Sumber: Dok.Kemdikbud
Gambar 8.16 Pemeranan Teater Konvensional
Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 8.13 Naskah Drama
Karya Putu Wijaya
207
Seni Budaya
atau wawancara dengan penulis tentang maksud dan tujuan dari lakon naskah yang ditulis. Apabila penulis naskah tidak dapat dihubungi dapat
melakukan wawancara dengan sesama penulis satu angkatan atau dengan para penulis seniornya.
2. Pelaku Seni
Pelaku dalam Teater adalah orang-orang yang terlibat secara langsung dalam kegiatan artistik dalam penciptaan karya Teater. Para pelaku di dalam Teater
terdiri dari Sutradara, Pemeran, pemusik, penata pekerja pentas dan pekerja panggung.
Sutradara secara hariah sebagai pemeran pertama lakon. Sutradara disebut juga dengan
pengatur laku atau pelaku. Sutradara memiliki tugas dan tanggungjawab sebagai pengatur,
peramu, pengemas dan pengarah di dalam garap Teater. Sutradara dalam istilah lain disebut dengan
Art Director atau Pimpinan Artistik. Oleh karena itu, Sutradara di dalam garapan Teater sebagai
pemegang komando, pemegang kebijakan dan pemegang keputusan dalam menentukan nilai dari
sebuah kualitas keindahan dalam garap Teater. Dalam pelaksanaannya, mengingat rumitnya dan
banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan, biasanya Sutradara dibantu oleh Asisten Sutradara.
Pemeran atau istilah dalam Teater lebih kena dengan pemain merupakan sosok pemeran yang
membawakan cerita berdasarkan pengkarakteran tokoh. Tugas dan tanggungjawab Pemeran di dalam Teater adalah
memerankan tokoh-tokoh cerita di dalam naskah sesuai arahan Sutradara. Adapun penokohan di dalam Teater dapat dibagi dalam beberapa peran atau
penokohan cerita, antara lain : Protagonis, Antagoni, Deutragonis, Foil, Tetragoni, Conident, Raisonneur dan Utility.
5. Pentas
Pentas dapat diartikan sebagai tempat, pertunjukan atau pergelaran seni. Membahas tentang pentas, tidak akan lepas dari orang yang menata pentas
dan orang-orang yang terlibat dalam pewujudan pentas Teater. Penata pentas Teater adalah para perancang atau disainer artistik Teater
yang memiliki keahlian di bidang seni visual panggung, rias busana, dan property
dan seni audio musik.
Sumber: Dok. Kemdikbud
Gambar 8.17 Prabu Borosngora Pemeran Utama
Garapan Dramatari