200
Kelas X SMA  MA  SMK  MAK
Cisalak Bogor, Wayang Bekasi Bekasi;  Masres, Kuda Lumping, Akrobat Indramayu; Uyeg Sukabumi, Manorek,
Ronggeng Gunung, Surak Ibra Ciamis; Kuda Renggong, Lais, Sisingaan Sumedang; Dodombaan Garut; Angklung
Sered,  Buncis  Purwakarta;  Ujungan,  Sampyong Majalengka.
DKI Jakarta : Lenong, Topeng Betawi, dan Samra,  dst.
Banten : Debus, Ubrug, dst.
JawaTengah    : Srandul  Ketoprak, Wayang Purwa,  Wayang   Orang  dan jenis Wayang  lain.
Jawa  Timur : Teater  Ludruk, Topeng  Malangan, Ketoprak, Kentrungan,
Reog Ponorogo, Wayang Kulit, Topeng, Wayang Gambuh, Gambuh, Calanarang, Teater Arja dst.
b.  Teater  Klasik
Teater  Klasik  adalah  suatu perkembangan  seni  yang telah  mencapai tingkat tinggi baik  teknis  maupun coraknya. Kemapanan dari  jenis  Teater
Klasik ini sebagai  akibat dari  adanya pembinaan  yang terus  menerus dari kalangan atas, seperti; Raja, bangsawan atau tingkat  sosial  lainnya. Oleh
karena  itu  jenis  kesenian  klasik  kebanyakan  lahir  dilingkungan  istana pusat  kerajaan.  Untuk  jenis    teater    yang  termasuk    klasik,    misalnya:
Wayang  Golek Jawa  Barat; Wayang  Kulit  dan  Wayang Orang  Jawa
Tengah  dan  Jawa  Timur. Cara  pementasan  Teater Klasik sudah tidak sebebas  Teater  Rakyat. Teater
Klasik  harus  menuruti aturan-aturan  etis tata kesopanan dan  estetis nilai keindahan yang telah digariskan.
c.  Teater  Transisi
Pada    dasarnya    jenis    Teater    Transisi    juga    bersumber    pada    Teater Tradisional,  tetapi  gaya  pementasannya sudah  dipengaruhi oleh  Teater
Barat.    Pengaruh    Teater    Barat    nampak    pada    tata  cara  penyajiannya. Walaupun    pada Teater Transisi    masih    belum    setia      terhadap    naskah
Teater,  namun  karena    tumbuhnya    dari    masyarakat    kota  dan    banyak dimainkan  oleh para pendatang, tidak  mencerminkan aspirasi rakyat secara
utuh. Jenis    Teater    Transisi  pada    masa    awal,  seperti:  Komedi    Stambul dan
Sandiwara Dardanella. Teater  semacam  ini  lebih  disebut  “Sandiwara“. Sedangkan  Teater  Transisi  masa  sekarang  adalah  : Sandiwara  Srimulat
Jawa  Timur;  Sandiwara    Sunda    Jawa  Barat;  Sandiwara    Bangsawan Sumatra  Selatan  dan  Utara.
201
Seni Budaya
2.  Teater  Nontradisional
Teater    Nontradisional  atau  sering  disebut  dengan Teater  Modern    merupakan    jenis    teater    yang
tumbuh    dan    berkembang    di  tengah-tengah masyarakat  kota besar dan sangat dipengaruhi oleh
teori-teori  barat,  terutama  pada    kaum  terpelajar. Teater    Modern  di    Indonesia  sudah  dikenal  sejak
abad  ke-19.  Bentuk-bentuk  pertunjukannya  yang diakomodir,  antara  lain:  Baca  Puisi,  Deklamasi,
Dramatik  Reading ,  Visualisasi  Puisi,  Musikalisasi
Puisi,  Monolog,  Teater  Konvensional,  Teater Eksperimen,
Teater Alternatif,
Pertunjukan Posmodernisme,  Teater  Jalanan,  Jeprut,  Happening Art.  Drama  Televisi,
Sinetron, Dunia Sineas dan Perilman, dst.. Teater  sebagai seni pertunjukan berdasarkan ciri-ciri pokok seninya, dapat
dibedakan ke dalam dua jenis: teater tradisional dan teater nontradisional. Perbedaan ciri-ciri pokoknya dapat dikemukakan dalam bentuk tabel berikut
ini.
Tabel  8.1 Perbedaan Teater Tradisional dan Teater Nontradisional
Teater Tradisional Teater Nontradisional
1. Karya  Teater  lebih  bersifat
“anonim”,  artinya  tidak  diketahui penciptanya.
1. Karya Teater lebih bersifat
“anonim”, artinya diketahui penciptanya.
2. Pewarisan  seni  bersifat  turun
temurun dan abadi 2.
Karya seni bersifat temporal. 3.
Tidak  ada  naskah  baku  atau naskah tertulis.
3. Ada  naskah  baku  atau  naskah
tertulis. 4.
Pertunjukan  bersifat  spontan tanpa latihan.
4. Pertunjukan direncanakan
dengan matang dan dilakukan melalui proses latihan.
5. Pertunjukan lebih
mengutamakan isi seni dari pada bentuk seni.
5. Bentuk Pertunjukan lebih
beragaman tergantung stile
senimannya; apakah mengutamakan isi seni, atau
mengutamakan bentuk seni atau menghadirkan keduanya.
6. Tempat  pertunjukan  bersifat
bebas di arena terbuka. 6.
Tempat pertunjukan bersifat khusus yakni di panggung
dengan keragaman bentuk stage.
Sumber: Dok Kemdikbud Gambar 8.7  Pemeran “Lorong
Waktu“ Karya Sinetron Indonesia