Simbol Kritik Teater Kelas 10 SMA Seni Budaya Siswa

434 Kelas X SMA MA SMK MAK dengan pemaknaan yang ada pada pertunjukan teater, teater dapat dibagi ke dalam jenis teater tradisional dan non tradisional dengan kekhasan; bentuk pertunjukan, struktur pertunjukan dan unsur-unsur penting pembentuknya. Melalui ciri-ciri khusus sebagai identitas teaternya, dapat dikenali simbol- simbol yang terkandung di dalamnya, antara lain sebagai berikut. Tabel 8.1 Simbol Teater Tradisional dan Teater Non Tradisional Teater Tradisional – Teater Rakyat Teater Non Tradisional 1. Tidak ada naskah baku atau naskah tertulis, mengandung makna keserhanaan, bersahajaan bahwa cerita bersifat leluri, dari mulut- kemulut bersumber kisah, cerita; kehidupan keluarga, tokoh perjuangan setempat, dst. 1. Ada naskah baku atau naskah tertulis. 2. Pertunjukan bersifat spontan langsung tanpa latihan, mengandung makna kebersahajaan, apa adanya dari para pemainnya. 2. Pertunjukan direncanakan dengan matang dan dilakukan melalui proses latihan. 3. Pertunjukan lebih mengutamakan isi seni dari pada bentuk seni. Maknanya seni tradisional bukan semata-mata tontotan biasa, tetapi mengandung nilai- nilai persembahan bagi para leluhurnya. 3. Bentuk Pertunjukan lebih beragaman tergantung stile senimannya; apakah mengutamakan isi seni, atau mengutamakan bentuk seni atau menghadirkan keduanya. 4. Tempat pertunjukan berbentuk lingkaran, arena terbuka, dan bersifat terbuka bermakna menjunjung nilai-nilai persuadaraan, keakraban dan keterbukaan. 4. Tempat pertunjukan bersifat khusus yakni di panggung, gedung dst. dengan keragaman bentuk stage. 435 Seni Budaya 5. Peralatan pentasnya; rias, busana, asesoris, alat musik, alat penerangan lebih sederhana menyimbolkan kesederhanaan, dan kemasyarakatan. 5. Peralatan pentasnya lebih modern dan lengkap dengan beberapa unsur artistik penunjangnya. 6. Waktu pertunjukan dilakukan semalam suntuk, mengandung makna bahwa pertunjukan sama halnya dengan siklus kehidupan yang terikat dengan putaran waktu, awal – tengah dan akhir, 6. Waktu pertunjukan lebih pendek dan terbatas 2 sampai 3 jam. 7. Peristiwa pertunjukan dibangun tanpa jarak dengan penontonnya, maknanya adalah keakraban antara pemain dan penonton. 7. Peristiwa pertunjukan dapat dilakukan dengan kecenderungan adanya jarak estetis dan atau lebur menjadi satutanpa jarak dengan penontonnya. 8. Penonton bersifat bebas tanpa harus membayar, maknanya bahwa kesenian milik masyarakat bukan milik perorang atau kelompok. 8. Penonton bersifat khusus dan membayar. 9. Menggunakan bahasa daerah setempat, maknanya sebagai alat komunikasi pemersatu rasa kedaerahan dan menjunjung rasa banggaan atas kepemilikan bahasa yang diturunkan secara turun temurun. 9. Menggunakan unsur bahasa lebih bebas; bahasa daerah, bahasa Indonesia, bahasa asing dan campuran. 10. Fungsi pertunjukannya terkait upacara pada kegiatan masyarakat secara adat, bermakna kebersamaan dalam kemasyarakatan dan memelihara budaya adat. 10. Fungsi pertunjukannya mengarah pada seni tontonan hiburan. Berdasarkan tabel dia atas, melalui ciri-ciri pokok seni dan hubungan seni yang mendasari pertunjukannya dapat disimpulkan bahwa teater tradisional 436 Kelas X SMA MA SMK MAK dan non tradisional keberadaan seninya tumbuh dan berkembang di tengah- tengah masyarakat pendukungnya dapat di simpulkan sebagai berikut. 1. Teater tradisional, Teater Rakyat teater daerah kehadiran seninya dapat dimaknai sebagai simbol adat atau budaya masyarakat dengan Sang Pencipta, selaku pemilik dan pemberi kehidupan. 2. Teater tradisional, Teater Rakyat dalam penyimbolan seninya lebih mengedepankan nilai isi, makna, pesan moral. Simbol seninya bermakna kesederhanaaan, keakraban, bersahaja, dan menjunjung nilai-nilai kebersamaan. 3. Teater tradisional, Teater Keraton teaterKlasik kehadiran seninya merupakan hasil para empu ahli dapat dimaknai sebagai simbol kebesaran raja-raja, keraton. 4. Teater non tradisional dapat dimaknai melalui simbol yang dihadirkan melalui unsur-unsurnya lebih mementingkan nilai bentuk, nilai keindahan bersifat estetis. Simbol-simbol pada seni tradisi dan non tradisi dapat pula dikenali melalui penggunaan warna pada busana para pemeran. Kehadiran warna: apakah warna hitam, putih atau kuning , motif baju dan kain samping memakai payet atau manik-manik oleh para pemainnya? Atau telah berubah dengan perubahan warna busana dan memakai manik-manik atau payet dan pemakaian warna merah jambu atau pink, orange atau coklat menjadi identitas kelompok teaternya? Cara memahami simbol seni, khususnya simbol warna pada pertunjukan teater adalah warna yang dengan warna natural bersifat alami, bukan hasil campuran warna hitam, putih, kuning dan merah menandatakan atau menyimbolkan bahwa kesenian tersebut masih bersifat tradisional, unik dan khas. Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 8.3 Wayang Wong Sebagai Teater Kalsik Keraton Setelah kalian belajar tentang simbol dalam kritik teater, jawablah beberapa pertayaan di bawah ini 1. Apa saja yang termasuk penyimbolan seni yang dapat dijadikan objek penulisan kritik teater? 2. Jelaskan simbol seni apa saja yang penting dalam kritik teater 437 Seni Budaya

E. Nilai Estestik

Pengertian nilai dalam hubungan dengan seni, karya Teater dapat dipahami sebagai mutu kualitas yang terkandung dalam bentuk seni, wujud seni dengan beberapa unsur penting seni melalui simbol. Nilai seni, termasuk seni Teater, apakah bernilai atau tidak bernilai seni dapat diketahui melalui pengamatan, apresiasi, dan mengkritisi terhadap bentuk seni yang ditampilkan. Nilai bentuk, nilai keindahan di dalam seni sebagaimana kita bahas di awal kecenderungan dimiliki oleh karya seni, karya Teater jenis non tradisional. Nilai bentuk yang dihadirkan karya seni, karya Teater sebagai nilai keindahan bersifat bebas nilai, subjektif, tergantung dari sudut mana penikmat, penonton seni, dalam menikmati tontonannya. Namun demikian, tetap pada prinsipnya bahwa seni apapun, termasuk teater dengan penjenisannya memiliki nilai keindahan, nilai bentuk dan nilai isi, makna dibalik simbol yang dihadirkan. Dengan demikian nilai estetis dalam karya seni, karya teater bersifat bebas nilai dan nilai secara ini bersifat universal. Yakni mengangkat sisi-sisi nilai tentang kemanusiaan pada umumnya. Melalui unsur-unsur yang terkandung di dalam seni, seni teater non tradisional dengan unsur penting meliputi; naskah, pemeran, tata pentas, tempat dan penonton merupakan sarana ekspresi estetik seorang kreator seni melalui simbol-simbol yang dihadirkan. Dengan kebebasan nilai estetis pada teater non tradisional memberikan peluang seluas-luasnya untuk berkreativitas seni dengan catatan tidak mengesampingkan nilai-nilai moral, kesantunan yang tumbuh dan berkembang di lingkungan sekitar kita, di negara kita tercinta.

F. Menulis Kritik

Menulis kritik merupakan bagian dari proses kreatif dalam membuat tulisan, ulasan terkait objek yang dikritisi. Menulis kritik, kritik Teater merupakan hal terkait dengan kegiatan apresiasi. Apresiasi, dapat dipahami sebagai proses menikmati, menghargai, menilai suatu tontonan karya seni. Apresiasi lebih dalam dapat diartikan dengan melakukan kritik terhadap karya seni, karya Teater yang disajikan. Kritik terhadap karya teater dapat dilakukan melalui pendekatan pengamatan, evaluasi kritis terhadap beberapa aspek dan fungsi pertunjukan yang Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 8.4 Tata Pentas Teater Non Trdisonal 438 Kelas X SMA MA SMK MAK dihadirkan di atas pentas.dan unsur utama dalam seni pertunjukan dilengkapi dengan analisis sumber bacaan naskah dan referensi yang akan dijadikan sumber rujukan dalam menulis kritik. Kegiatan menilai, mengkritik, mengulas, membahas, sangat erat kaitannya dengan kemampuan seseorang dalam menelaah, menafsir, mengurai, menjelaskan dan menyimpulkan kelebihan dan kelemahan yang nampak dari unsur penting di dalam karyanya. Menilai karya seni, seni Teater secara ideal, harus memiliki pengetahun, pemahaman dan kepekaan seni yang tinggi. Hasil penilaian yang dilakukan harus objektif, tidak memihak, tidak arogansi gegabah, tidak menyinggung orang lain. Tetapi penilaian sebagai bagian dari kritik, harus dibangun rasa tanggungjawab untuk memekarkan seni, mendorong peningkatan kualitas seni dan mampu memperkaya pemahaman seni bagi kreator seni dan pembaca seni. Pembelajaran kritik teater melalui kreativitas menulis kritik teater dapat Kalian lakukan dengan menggunakan keberanian trial and error dan bebas terbimbing melalui langkah-langkah proses kreatif pembelajaran sebagai berikut: Kreativitas dalam menulis kritik teater dapat dilakukan melalui langkah- langkah pembelajaran sebagai berikut: 1. Memilih dan menentukan karya teater yang akan dijadikan bahan ulasan, tulisan kritik. 2. Membaca sumber, referensi terkait karya Teater yang akan diulas, dikritik. 3. Menyiapkan daftar pertanyaan terkait unsur–unsur penting terhadap karya teater yang akan dijadikan ulasan, tulisan kritik. 4. Sebelum pergelaran lakukan pengumpulan bahan dan wawancara langsung dengan kreator seni, berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. 5. Mengapresiasi dan mencatat unsur penting terkait pergelaran teater, 6. Menganalisis bahan ulasan, tulisan kritik. 7. Menulis ulasan, kritik sesuai format penulisan kritik Judul, pengantar awal, paparan pergelaran, analisis penjelasan objek yang diulas, dikritik, buat kesimpulan bersumber dari tujuan ulasan, tulisan kritik. 8. Mempreseantasikan hasil ulasan, karya tulis kritik di depan kelas. 9. Mempublikasikan hasil ulasan, karya tulis kritik di media cetak, ruang baca dan majalah dinding sekolah kamu