Teater Nontradisional Jenis Teater
202
Kelas X SMA MA SMK MAK
7. Peralatan pentasnya lebih
sederhana. 7.
Peralatan pentasnya lebih modern dan lengkap dengan beberapa
unsur artistik penunjangnya. 8.
Waktu pertunjukan dilakukan semalam suntuk.
8. Waktu pertunjukan lebih pendek
dan terbatas 2 sampai 3 jam. 9.
Peristiwa pertunjukan dibangun penuh keakraban dan tanpa jarak
dengan penontonnya. 9.
Peristiwa pertunjukan dapat dilakukan dengan
kecenderungan adanya jarak estetis dan atau lebur menjadi
satutanpa jarak dengan penontonnya.
10. Penonton bersifat bebas tanpa
harus membayar. 10.
Penonton bersifat khusus dan membayar.
11. Menggunakan bahasa daerah
setempat. 11.
Menggunakan unsur bahasa lebih bebas; bahasa daerah,
bahasa Indonesia, bahasa asing dan campuran.
12. Fungsi pertunjukannya terkait
upacara pada kegiatan masyarakat secara adat.
12. Fungsi pertunjukannya mengarah
pada seni tontonan hiburan.
diadaptasi oleh: agus supriyatna. Berdasarkan perbedaan ciri-ciri pokok seni dan hubungan seni yang
mendasari pertunjukannya dapat disimpulkan bahwa teater tradisional keberadaan seninya tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat
pendukungnya, baik masyarakat suku pedalaman, masyarakat pedesaan, perkampungan pertanian huma dan pesawahan dan masyarakat istana
atau pendopo atau keraton. Dalam perkembangannya Teater sebagai salah
satu bentuk karya seni pertunjukan ditinjau dari media yang digunakannya, Sumardjo 2000,
mengatakan dapat dibedakan ke dalam; teater boneka dan teater manusia.
Teater boneka adalah bentuk pertunjukan teater dengan media ekspresi seninya
menggunakan alat boneka atau disebut teater muffet. Contohnya, wayang golek, wayang
kulit, dst. Teater dengan media manusia, yakni
dapat dibedakan menjadi teater orang dan teater tutur. Teater dengan medium utama
manusia atau orang, banyak ditemukan pada jenis dan bentuk teater tradisional dan non
tradisonal dengan ciri utama manusia ditempatkan sebagai pemeran, aktor, aktris di
Sumber: Dok. Kemdikbud
Gambar 8.9 Seni Pantomim Teater Non Tradisional
203
Seni Budaya
atas pentas. Teater Tutur memiliki kekhasan penyajian pada penyampaian teks dialog berupa kata-kata yang dibawakan melalui tokoh pemeran
diungkap dengan cara bernyanyi, dilagukan, seperti juru dongeng atau bercerita. Contohnya; Kentrung Jawa Timur, Seni Pantun, Beluk Jawa
Barat, MPToh Aceh, dst. Teater berdasarkan bentuk dikenali dua bentuk, yakni Teater verbal dan
nonverbal. Teater verbal, menekankan tokoh cerita pemeran melakukan dialog percakapan antar tokoh atau sendiri dengan alasan bahwa pesan
cerita yang ingin disampaikan kepada penonton digambarkan atau disampaikan dengan bahasa kata-kata. Contohnya. Teater Tutur, Sandiwara
Radio, Mendongeng, Standing Up Comedy. Story Toling , dst. Teater non
verbal, artinya pesan cerita yang akan disampaikan kepada penonton dapat digambarkan laku dramatiknya melalui kekuatan ekspresi gerak tubuh
pemeran. Contohnya. Teater Gerak, Teater Tubuh, Kelompok Payung Hitam, Rachman Sabur – Bandung; Teater Kubur, Dindon-Jakarta, dan Teater Mini
Kata Teater Rendra, Jakarta Seni Pantomin.