Pekerjaan Pengarang Hubungan Antara Latar Belakang Sosiologis Pengarang dan Trilogi Darah

istilah-istilah yang dipakai dalam disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya, istilah dalam bidang jurnalistik, arkeologi, astronomi, musik, dan teknologi. Dia juga mengetahui gambaran masyarakat Tionghoa-Jambi melalui berbagai referensi, termasuk dari cerita orang tuanya.

6.1.6 Pekerjaan Pengarang

Pekerjaan yang dilakoni pengarang, menurut Siswanto 2008: 12, ternyata ikut berpengaruh dalam proses kepengarangannya. Hal ini disebabkan oleh rutinitas yang sehari-hari dihadapi pengarang, secara tidak langsung, mempengaruhi pikiran dan perasaannya dalam berkarya. Keadaan seperti ini kelihatan pula dalam karya-karya MKT, antara lain, Konser 2009, yang salah seorang tokohnya bekerja di bidang perbankan. MKT memang pernah bekerja di beberapa bank swasta nasional di Jambi dalam kurun waktu yang berbeda selama sembilan tahun. Diawali pada tahun 1993, di Bank Lippo Cabang Muarobungo, Jambi. Tahun berikutnya, yakni 1994—1998, dia bekerja di Bank Dagang Nasional Indonesia BDNI Cabang Jambi dan berkesempatan mengepalai Departemen Ekspor-Impor di bank tersebut. Terakhir, dia bekerja di Bank Mega Cabang Gatot Subroto, Jambi, tahun 2001-2002. Perihal pekerjaan yang pernah dilakoninya tersebut, disinggungnya sedikit dalam trilogi DE. Sambil menuntun induk babinya kembali ke dalam kandang, gadis berumur 23 tahun itu merenungi nasibnya. Sebenarnya mereka bisa mendapat lebih banyak penghasilan kalau Cen Cu bekerja di kantor seperti gadis-gadis zaman sekarang. Apalagi di Jambi pada tahun 1987 saat itu, bisnis di hampir semua sektor, terutama pengolahan karet, kayu, dan perbankan, sedang mengalami pertumbuhan pesat. Salah satu tetangga mereka bekerja sebagai kasir bank dengan gaji lumayan, dan setiap hari berangkat kerja dengan seragam berwarna merah yang keren MN: 15. Universitas Sumatera Utara MKT sekarang tidak lagi bekerja di sektor publik. Selain karena bank tempat dia bekerja sudah tutup Lippo dan BDNI, alasan lain dia berhenti bekerja adalah karena menikah. Dia lebih memilih menjadi ibu rumah tangga dan memfokuskan perhatiannya kepada keluarga. MKT mengatakan bahwa berhenti dari pekerjaan tersebut merupakan ”kecelakaan” yang berbuah manis karena sekarang ia justru bisa lebih meningkatkan kemampuan menulisnya secara total sekaligus meningkatkan karir kepengarangannya. Sebagai ibu rumah tangga, MKT memilik rutinitas yang sama setiap hari. Keadaan ini tergambar melalui tokoh Cen Cu yang sehari-hari berurusan dengan dapur. Dia mulai dengan merendam pakaian kotor, lalu ke dapur untuk mencuci piring sambil menanak nasi. Selesai dari situ dia kembali ke sumur untuk mencuci pakaian dan menjemur, baru ke dapur lagi untuk memasak air dan membuat sarapan MN: 119. Di samping mengurusi dapur, Cen Cu juga mengurus ternak, kebun, adik-adik, dan ibu tirinya. ”Sana, cepat masukkan induk babi itu, lalu bersihkan dirimu dan segera mengurus rumah A Lung dan A Ming hari ini ujian, harus sarapan yang bergizi, agar bisa dapat nilai yang bagus” MN: 14. Tengah hari selesai makan siang, dia memberi makan babi. Setelah itu, dia beristirahat sejenak sambil bersiap-siap memanen sawi sore harinya MN: 21. Melalui kutipan-kutipan tersebut, MKT seolah-olah menyuarakan bahwa perempuan yang bekerja di sektor domestik adalah perempuan yang tidak kenal lelah. Pekerjaan mengurus rumah tangga tidak dapat disepelekan karena dibutuhkan waktu dan tenaga ekstra untuk memperoleh hasil yang maksimal. Universitas Sumatera Utara

6.2 Temuan Penelitian