memang dibangun di atas situs Kemingking, dibiarkan menganga sehingga mengundang perhatian para pekerja pabrik yang datang keesokan harinya.
4.1.3.3 Kontravensi
Kontravensi merupakan proses untuk menghalangi, merintangi, dan menggagalkan pihak lain dalam mencapai tujuan Kontravensi dalam trilogi ini tampak
dalam usaha Teddy Kho, Sakim dan istrinya, Yuni, serta hewan-hewan yang berbicara: tiga ekor tikus dan kuda penarik andong. Masing-masing tokoh ini mempunyai peran
dalam menggagalkan usaha Reuben Moore, tukang sihir berkedok arkeolog, yang ingin menguasai dunia. Tokoh Moore, pada awalnya, dianggap memiliki kepedulian dalam
menyelamatkan situs Kemingking. Ternyata, Moore bertujuan untuk melipatgandakan kekuatannya dengan memanfaatkan pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan situs
tersebut. Moore melakuan ritual pembakaran dengan tujuan untuk berinkarnasi dari abu
hasil pembakaran tersebut. Yang menjadi tumbal pembakaran adalah Leng Cu, putri Naga yang memiliki kesaktian tangan berapi; Raja, anak harimau yang berdarah panas
seperti api cair; dan Xander, cucu Hartanto, yang memiliki aura yang sangat berenergi. Dengan memadukan ketiga kekuatan itu, Moore berharap, dia bisa terlahir kembali,
seperti phoenix, yang bangkit dari abu pembakaran, dengan kesaktian yang berlipat ganda.
Namun sayang, niat Moore tidak kesampaian karena kontravensi yang dilancarkan oleh para tokoh yang telah disebutkan sebelumnya. Teddy dan Sakim
menggagalkan rencana Moore dengan cara melakukan sabotase listrik pada saat kesaktian Moore melemah, sebelum melakukan proses ritual.
Universitas Sumatera Utara
”Sekarang” seru Sakim. Teddy tidak membuang waktu. Sekuat tenaga dia menarik tuas utama dan menghidupkan aliran listrik kembali. Percikan-percikan
api bermunculan ketika ribuan watt arus bertekanan tinggi mengalir simpang- siur. Rambut-rambut di tubuh mereka berdiri dan Teddy menggenggam
linggisnya kuat-kuat. Mereka melihat Moore mengumpulkan tenaga untuk melepaskan percikan-percikan api yang segera menjilati tumpahan-tumpahan
solar di sekitar unggunnya, lalu merangkak naik ke puncak tumpukan kayu bakar Sbr: 227.
Yuni, istri Sakim, menggagalkan rencana Moore melalui tetesan darahnya yang dicampur dengan darah Rigel.
Campuran darah Yuni, orang yang sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan semua korban lainnya, merusak susunan ramuan sihir Moore dan
menggagalkan persembahannya Sbr: 229.
Puncak kontravensi terjadi ketika Sembrani berhasil menggagalkan rencana Moore dengan cara merenggut tubuh Leng Cu yang akan dikorbankan Moore dalam
ritual pembakaran. Tawa nyaring Reuben Moore menggema menggetarkan rongga dada. Penuh
kemenangan dan sangat yakin, sampai sesosok bayangan putih tiba-tiba melesat masuk dan menabrak tubuh gadis itu di udara, menghentikan lajunya, dan
memutuskan aliran energi sihir Moore.... Dia melihat cahaya putih menutupi pandangannya, yakin bahwa itu berarti terbukanya gerbang nirwana, dan
sebelum tahu benar apa yang dilakukannya, Sembrani telah mengepakkan sayapnya diiringi lolongan memilukan Reuben Moore ketika ledakan besar dan
kobaran api menelan tubuhnya Sbr: 230.
Kegagalan Moore dalam pelaksanaan ritual pembakaran tersebut berdampak langsung pada dirinya. Moore menjadi semakin marah dan tidak terkendali sehingga
akhirnya tewas dalam ritual yang diciptakannya dan impiannya untuk menambah kekuatan agar dapat menguasai dunia tidak tercapai.
4.2 Temuan Penelitian
Dalam trilogi DE ditemukan bahwa interaksi yang dilakukan oleh para tokoh yang berasal dari berbagai etnis, terjadi secara asosiatif dan disosiatif. Interaksi itu
Universitas Sumatera Utara