Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL

2.1 Kajian Pustaka

W.R. Sihombing 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Tiba-Tiba Malam Karya Putu Wijaya: Analisis Sosiologi Sastra” mengkaji tentang interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat Bali. Dalam kajiannya ini, Sihombing lebih menitikberatkan pada sosiologi karya, yakni meneliti interaksi antartokoh dalam novel tersebut. Jenis- jenis interaksi yang ditemukan Sihombing dalam novel Tiba-Tiba Malam adalah kooperasi, akomodasi, dan konflik pertikaian. Masalah kooperasi terdapat dalam tradisi nguopin, yakni tradisi gotong royong yang dilakukan para tokoh yang berlatar belakang sosiokultural Bali, di berbagai tempat dan kesempatan, misalnya, di sawah menanam, menyiangi, atau memanen padi, di rumah memperbaiki atap atau menggali sumur, atau dalam perhelatan ritual pernikahan, keagamaan, atau kematian. Masalah akomodasi ditunjukkan melalui upaya damai yang dilakukan kepala desa untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara keluarga tokoh Subali dan penduduk desa. Yang terakhir, masalah konflik ditemukan dalam pertikaian antartokoh, yaitu antara tokoh Subali dan tokoh Utari. Kajian yang dilakukan Sihombing sangat membantu penulis dalam menganalisis interaksi sosial dalam trilogi novel Darah Emas karena persamaan unsur yang diteliti, yaitu interaksi sosial antartokoh. Perbedaannya, Sihombing menggabungkan penganalisisan interaksi yang berorientasi positif dan negatif sekaligus, sedangkan penulis memilah interaksi yang bersifat asosiatif dan disosiatif ke dalam subbab yang berbeda. Tujuannya adalah untuk menganalisis kedua jenis interaksi secara lebih detail. 12 Universitas Sumatera Utara Dalam melakukan interaksi, setiap individu atau kelompok akan memiliki motif- motif yang melatarbelakangi terjadinya interaksi itu. Masalah ini tertuang dalam kajian Dedi Pramono 2007 yang berjudul “Menelaah Pola Interaksi Sosial dalam Sastra Melayu Tionghoa: Pembauran dan Pembentukan Budaya Indonesia”. Novel yang menjadi kajian Pramono adalah novel-novel Melayu Tionghoa yang diterbitkan pada masa kolonial, yakni novel Lo Fen Koei karya Gouw Peng Liang 1903 dan Bunga Roos dari Cikembang karya Kwee Tek Hoay 1927. Interaksi antaretnis yang ditemukan Pramono dalam kedua novel itu adalah interaksi antara etnis Tionghoa dan Tionghoa, Tionghoa dan Belanda, Tionghoa dan pribumi, serta Tionghoa dan Arab. Dalam kajiannya, Pramono lebih menitikberatkan pada motif-motif yang melatarbelakangi terjadinya interaksi sosial antaretnis tersebut. Motif-motif yang ditemukannya adalah motif ekonomis, biologis, dan psikologis. Motif ekonomis dan biologis terdapat pada novel Lo Fen Koei yang diwujudkan melalui tokoh Lo Fen Koei, seorang pakter opium yang mengandalkan kekayaannya dalam berinteraksi, termasuk memuaskan nafsu birahinya; sedangkan motif psikologis tercermin melalui tokoh Oh Ay Tjeng, seorang administratur perkebunan, dalam novel Bunga Roos dari Cikembang. Tokoh ini selalu mengandalkan hati nuraninya dalam berinteraksi, tanpa membedakan etnis dan kelas sosial. Kajian Pramono ini sangat mendukung penelitian penulis dalam melihat motif- motif yang melatarbelakangi interaksi antartokoh dalam trilogi DE. Motif-motif dalam novel berlatar belakang penjajahan kolonial Belanda yang dikaji Pramono tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan trilogi DE yang berlatar belakang tahun 1987—2000-an. Universitas Sumatera Utara Masalah interaksi juga dapat ditemukan dalam penelitian Sainul Hermawan yang berjudul ”Novel Ca-bau-kan dan Ambivalensi Wacana Pembelaan Tionghoa”. Penelitian ini dilakukan Hermawan pada tahun 2005 dan ditemukan dalam bukunya yang berjudul Ragam Aplikasi Kritik Cerpen dan Novel 2009. Dalam penelitiannya, Hermawan mendapati bahwa pembauran orang Tionghoa dalam novel Ca-bau-kan tidak bersifat eksklusif dan monolitik. Ketidakeksklusifan itu ditunjukkan melalui kerja sama kooperasi antara tokoh Tionghoa dan non-Tionghoa dalam bidang ekonomi, seni, dan perjuangan melawan penjajahan. Tokoh Tionghoa juga tidak lagi menggunakan bahasa Cina dalam berkomunikasi, melainkan bahasa campuran sehingga adanya kecenderungan yang menunggalkan Tionghoa dalam wacana publik –dalam novel ini- terbantahkan. Selain kooperasi, Hermawan juga mendapati adanya kompetisi antartokoh dalam Ca-bau-kan, seperti yang diperlihatkan tokoh Tan Peng Liang Semarang dan pesaing bisnisnya, Thio Boen Hiap. Kajian Hermawan turut membantu penulis dalam melihat kerja sama dan persaingan –sebagai bagian dari bentuk interaksi sosial- yang dilakukan oleh orang Tionghoa. Bentuk interaksi itu bukan hanya dilakukan dengan sesama etnis Tionghoa, melainkan juga dengan etnis yang berbeda. 2.2 Konsep 2.2.1 Interaksi