6.2 Temuan Penelitian
Sebagaimana telah diungkapkan, berdasarkan pandangan Junus, latar belakang sosiologis pengarang terdiri atas enam aspek, yakni asal sosial, kelas sosial, jenis
kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan pengarang. Keenam aspek ini pula yang dideskripsikan dalam penelitian ini untuk melihat hubungan antara latar belakang
sosiologis MKT dan trilogi DE. Berdasarkan pendeskripsian tersebut, ditemukan bahwa asal sosial dan jenis kelamin MKT merupakan dua dari aspek-aspek latar belakang
sosiologis pengarang yang paling berpengaruh dalam proses kreatif trilogi DE. Asal sosial MKT ditemukan dalam nama-nama tempat, jalan, bangunan, objek wisata,
bahkan ikon Kota Jambi seperti Sungai Batanghari dan Pasar Angso Duo. Keterlibatan jenis kelamin pengarang ditemukan melalui tokoh-tokoh
perempuan dalam trilogi ini. Sebagai seorang perempuan, MKT lebih mengutamakan tokoh-tokoh perempuan menjadi pusat penceritaan daripada tokoh laki-laki. Tokoh-
tokoh perempuan yang ditampilkan memiliki kelebihan, kekuatan, bahkan keistimewaan yang tidak dimiliki tokoh laki-laki. Tokoh Leng Cu, misalnya, meskipun
buta, dia memiliki indera keenam yang cukup terlatih serta kemampuan bela diri yang baik. Demikian pula tokoh Rigel yang digambarkan sebagai perempuan mandiri, cantik,
cerdas, ambisius, dan sukses. Kedudukan para tokoh perempuan menjadi lebih istimewa dalam klan darah emas karena menjadi penentu terputus atau tidaknya garis darah
tersebut. Di samping itu, sebagai manifestasi dunia rekaan MKT mengenai komunitas
Tionghoa-Jambi, dalam trilogi ini ditemukan pula penggabungan antara fakta, fiksi, sejarah, dan dongeng dalam satu struktur penceritaan. Fakta yang terdapat dalam trilogi
Universitas Sumatera Utara
ini dimanifestasikan melalui nama-nama tempat, jalan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Jambi dalam kenyataan sebenarnya; sedangkan masalah sejarah
terdapat dalam konteks sosial Jambi pada tahun 1980-an, yang dibelit pro-kontra keberadaan situs Kemingking. Fiksi dan dongeng digabungkan MKT melalui tokoh-
tokoh rekaan beserta kompleksitas permasalahannya, dicampuradukkan dengan legenda naga, burung hong, sihir, dan hewan yang dapat berbicara dan berpikir layaknya
manusia. Seandainya MKT tidak memasukkan unsur dongeng dalam triloginya, pembaca akan beranggapan bahwa fakta-fakta cerita di dalam novel sesuai dengan fakta
sebenarnya karena antara realitas fiksi dan faktual, dalam karya sastra, sangat tipis perbedaannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Setelah membaca dan menganalisis trilogi Darah Emas -terdiri atas novel Mempelai Naga, Gadis Buta dan Tiga Ekor Tikus, dan Sembrani- karya Meiliana K.
Tansri, dengan menggunakan pendekatan sosiologis, dapat ditemukan simpulan berikut. 1. Interaksi sosial yang ditemukan dalam trilogi DE meliputi interaksi sosial yang
bersifat asosiatif dan disosiatif. Bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut ditelusuri melalui analisis unsur-unsur intrinsik, yakni relasi antara fakta dan makna cerita.
Peristiwa yang diceritakan dalam trilogi DE berpusat pada satu masalah, yaitu penyelamatan aset budaya dan lingkungan hidup di Provinsi Jambi dari pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab. Tokoh-tokoh yang melakukan penyelamatan tersebut berasal dari berbagai etnis yang ada di Jambi, terutama
etnis Tionghoa dan Melayu Jambi. Usaha penyelamatan itu diwujudkan melalui interaksi yang dilakukan antaretnis, baik secara asosiatif maupun disosiatif.
Secara asosiatif, para tokoh melakukan interaksi dengan cara kooperasi dan akomodasi; sedangkan secara disosiatif, para tokoh berinteraksi melalui
kompetisi, konflik, dan kontravensi. 2. Sebagai sebuah karya yang sarat dengan fakta sosial dan kultural, trilogi DE
dapat dikatakan sebagai media representasi keadaan masyarakat Tionghoa dan Jambi. Pemilihan latar masyarakat Tionghoa dan Jambi dalam trilogi ini bukan
tidak beralasan. Sebagai orang Tionghoa yang lahir dan besar di Jambi, Meiliana merasa perlu mengangkat konteks sosial masyarakat tersebut, sebagai wujud
Universitas Sumatera Utara