Konflik Interaksi Sosial Disosiatif

GBTET: 68. Hartanto pun bertekad ”tidak mau lagi tunduk pada skenario dukun tua itu” GBTET: 200.

4.1.3.2 Konflik

Konflik merupakan persaingan yang bersifat ekstrem dan dibarengi dengan kekerasan. Kekerasan yang terjadi, menurut Roucek dan Roland 1963: 42, merupakan suatu percobaan untuk menyingkirkan lawan dalam proses persaingan. Menurut Ritzer dan Douglas 2008: 159, konflik dibutuhkan dalam proses berinteraksi karena akan membantu fungsi komunikasi. Selanjutnya, Ritzer dan Douglas menyebutkan bahwa konflik memungkinkan pihak yang bertikai menemukan cara untuk mengenal kekuatan musuhnya sehingga kemungkinan untuk saling mendekati atau saling berdamai akan tercapai. Dalam trilogi DE, tokoh yang paling sering mengalami konflik dengan tokoh lain adalah Hartanto. Sesuai dengan deskripsi perwatakan dan alur yang melingkupinya, Hartanto merupakan biang keladi terjadinya berbagai peristiwa dalam trilogi DE. Hartanto mendirikan pabrik di atas lahan situs Kemingking, melakukan penyimpangan dalam penyusunan AMDAL, dan tidak peduli dengan pelestarian alam dan lingkungan hidup. Perilaku Hartanto membuat Naga, roh langit dan bumi, murka. Berdasarkan daftar dosa Hartanto tersebut, Naga melampiaskan kemarahannya melalui pihak ketiga, yakni melalui keturunannya yang dilahirkan oleh perempuan terpilih. Konflik yang terjadi antara Hartanto dan Naga diwujudkan melalui tindakan- tindakan ekstrem yang dilakukan keduanya. Naga menyarangkan sisiknya ke tubuh Datuk Itam, setelah cenayang kepercayaan Hartanto itu membunuh mempelainya MN: Universitas Sumatera Utara 229 serta membunuh kerabat dan rekan Hartanto yang terlibat dalam penimbunan situs Kemingking, melalui telapak tangan berapi Leng Cu Sbr: 68. Sementara itu, tindakan ekstrem yang dilakukan Hartanto untuk menumpas klanketurunan Naga, antara lain, menjerat Naga dengan tunas alang-alang emas, sekelompok tumbuhan yang dapat melumpuhkan Naga MN: 118, membunuh Guat Kim, ibu tiri Cen Cu MN: 229, dan membunuh Rombeng, penjaga Leng Cu GBTET: 130. Hartanto juga berkonflik dengan Rigel, putri kandung hasil perselingkuhannya dengan Sulastri. Konflik di antara mereka masih berkisar seputar keberadaan situs Kemingking. Rigel ingin menguak kebenaran keberadaan situs itu, tetapi Hartanto menggagalkan usahanya secara tragis. Hartanto menculik bayi Rigel yang baru saja dilahirkan MN: 220 sebagai pembalasan atas perbuatan Rigel yang sebelumnya menerbitkan berita mengenai situs Kemingking beserta bukti-bukti otentik MN: 91. Penculikan itu juga dilakukan Hartanto setelah anaknya, Betel, tewas overdosis karena cintanya ditolak Rigel. Hartanto ingin ”perempuan yang telah menyebabkan kematian anaknya itu juga merasakan pedihnya kehilangan anak” MN: 200. Selain masalah situs Kemingking, konflik antara Hartanto dan Rigel terjadi karena memperebutkan Xander, anak Rigel yang diculik Hartanto. Rigel -yang selama dua puluh tahun tidak pernah melihat sosok anaknya itu- ingin bertemu dengan Xander, tetapi Hartanto menolaknya. Penolakan itu menyebabkan Rigel sakit hati dan melakukan tindakan ekstrem untuk mempermalukan Hartanto. Dibantu teman arkeolognya, Rigel melakukan penggalian rahasia di sekitar kompleks pabrik kayu milik Hartanto GBTET: 173. Bekas penggalian yang membuktikan bahwa pabrik itu Universitas Sumatera Utara memang dibangun di atas situs Kemingking, dibiarkan menganga sehingga mengundang perhatian para pekerja pabrik yang datang keesokan harinya.

4.1.3.3 Kontravensi