Dari penjelasan di atas maka penulis simpulkan kapan orang akan menolong orang lain dapat di lihat dari faktor yang menyebabkan seseorang
berperilaku menolong tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri saja, akan tetapi yang tidak kalah pentingnya juga faktor dari luar dirinya
yaitu lingkungan dimana individu berada, apabila individu itu hidup di lingkungan dengan budaya individualisme dia akan cenderung berperilaku
sama seperti orang yang ada di lingkungannya. Selain itu situasi dan karakter orang yang ditolong juga sangat mempengaruhi tumbuhnya
perilaku menolong. Manusia memiliki kecenderungan kepada kebaikan dan kebenaran, karena pada dasarnya manusia memiliki sifat dasar baik dan
tinggal bagaimana lingkungan membentuk sifat dasar itu sendiri, jika dasar itu mendapat dukungan baik dari lingkungan sekitar maka manusia akan
tumbuh menjadi makhluk yang patuh terhadap tuhan, menebarkan kasih sayang terhadap sesama, mengatur kehidupan dengan berorientasi pada
kesejahteraan bersama.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku altruisme pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial di FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terlebih dahulu peneliti melakukan kajian terhadap penelitian yang relevan yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Alisa Puri Hanum tahun 2006 dengan judul
Skripsi Kecerdasan Emosi Dan Kepercayaan Diri Relawan N.A.D. Yang Berstatus Mahasiswa. penelitian ini melibatkan 3 orang mahasiswa yang
menjadi relawan, yaitu 1 mahasiswa laki-laki dan 2 mahasiswa perempuan. Peneliti melakukan wawancara kepada 3 orang mahasisa tersebut. Penelitian
ini difokuskan pada kecerdasan emosi dan kepercayaan diri mahasiswa yang menjadi relawan di N.A.D. dan hasilnya adalah 3 mahasiswa yang menjadi
relawan di N.A.D mempunyai kecerdasan emosi pada taraf sedang dan kepercayaan diri bertaraf normal.
37
2. Penelitian yang dilakukan oleh Riani Kurniawan tahun 2009 dengan judul
Skripsi Perbedaan Kecerdasan Emosi Antara Siswa Yang Berpuasa Sunah Senin Kamis Dan Yang Tidak Berpuasa Pada SMA Negeri 87 Jakarta.
Penelitian ini dilakukan di SMAN 87 Jakarta. Penelitian ini difokuskan pada kecerdasan emosi siswa yang berpuasa sunah senin kamis dan yang tidak
berpuasa, dan hasilnya tidak terdapat perbadaan kecerdasan emosi pada siswa SMA yang melakukan puasa sunah senin-kamis dan siswa SMA yang tidak
berpuasa.
38
3. Penelitian yang dilakukan oleh M Sabig Nadhim tahun 2013 dengan judul
Skripsi Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Perilaku Altruisme Pada Remaja Di MAN Pakem Sleman Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada
remaja di MAN Pakem Sleman Yogyakarta. Penelitian tersebut difokuskan pada hubungan kecerdasan emosional dan perilaku altruisme, dan hasil dari
penelitian ini adalah adanya hubungan positif yang kuat serta signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruisme pada remaja di MAN
Pakem Sleman Yogyakarta, dengan hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini diterima atau terbukti, yang artinya semakin tinggi kecerdasan emosional
maka semakin besar pula tingkat perilaku altruisme pada remaja di MAN Pakem Sleman Yogyakarta dan sebaliknya jika semakin rendah kecerdasan
emosionalnya maka semakin rendah pula perilaku altruisme pada remaja MAN Pakem Sleman.
39
37
Alisa Puri Hanum, “Kecerdasan Emosional dan Kepercayaan Diri Relawan N.A.D Yang Berstatus Mahasiswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2006, h. 98-100,
tidak dipublikasikan.
38
Riani Kurniawati, ” Perbedaan Kecerdasan Emosi Antara Siswa Yang Berpuasa Sunah Senin Kamis Dan Yang Tidak Berpuasa Pada SMA Negeri 87 Jakarta”, Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2009, h. 99-100, tidak dipublikasikan.
39
M Sabig Nadhim, “Hubungan Kecerdasan Emosional Dan Perilaku Altruisme Pada Remaja Di MAN Pakem Sleman Yogyakarta”, Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Yogyakarta 2013, h. 106-107, tidak dipublikasikan.