Definisi Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional

akan menjumpai banyak kosakata yang menyinggung masalah emosi. Barangkali kosakata-kosakata tersebut merefleksikan karakter kejiwaan manusia yang menjadi sasaran wahyu Tuhan, serta kehidupan mereka yang penuh dengan warna emosi dan perasaan. 16 Ibadah yang dilakukan umat Islam, seperti shalat dan puasa, sangat bermanfaat dalam meningkatkan beberapa unsur kecerdasan emosional EQ, terutama kemampuan untuk bersabar, kemampuan untuk menunda menerima penghargaan demi mencapai kebahagian akhirat. 17 Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional terdiri dari dua hal yaitu kemampuan intrapersonal kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi-emosi secara tepat dalam menghadapi situasi-situasi yang mempengaruhi dirinya yang muncul dari dalam diri seperti memotivasi diri sendiri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, menunda kepuasaan, mengatur suasana hati serta kemampuan interpersonal yaitu kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan berempati terhadap orang lain, menjalin hubungan sosial yang baik sehingga dapat menunjukan perilaku yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Jadi orang yang cerdas secara emosional cenderung memiliki sikap tegas, memandang dirinya sendiri secara positif, dapat menyesuaikan diri dengan pergaulan sehingga mudah menerima orang-orang baru dan cukup nyaman dengan dirinya sendiri sehingga selalu ceria.

b. Aspek-aspek kecerdasan emosional

Sampai saat ini belum ditemukan adanya alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan emosi seseorang. Walaupun demikian, ada beberapa ciri-ciri yang mengindikasi seseorang memiliki kecerdasan emosional. Menurut Salovey dalam buku Goleman secara umum mempunyai ciri-ciri seseorang yang memiliki kecerdasan emosi adalah 16 Ibid., h. 194. 17 Ibid., h. 223. mampu memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan berfikir serta berempati dan berdoa. Salovey menjelaskan lebih lanjut dan merinci lagi aspek-aspek kecerdasan emosi secara khusus sebagai berikut: 1 mengenali emosi diri, merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. 2 mengelola emosi, mengelola perasaan secara tepat merupakan kemampuan yang diperlukan untuk mengendalikan diri. Orang-orang yang kurang dalam kemampuan ini terus menerus berada dalam perasaan menderita, sedangkan mereka yang dapat mengatasinya dapat merasa segar kembali jauh dari kemunduran dan gangguan dalam kehidupan. 3 memotivasi diri sendiri yaitu kemampuan seseorang untuk mengatur emosi, memotivasi diri dan menguasai diri serta mengembangkan kreativitas. Biasanya orang yang dapat memotivasi diri sendiri cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang dikerjakannya, dan memiliki kekuatan berfikir positif dan optimis. 4 mengenali emosi orang lain, kemampuan ini disebut juga empati yaitu kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, kemampuan ini untuk menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang atau yang diinginkan orang lain. 5 membina hubungan, seni membina hubungan, sebagai besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Orang- orang yang unggul dalam keterampilan ini dapat melakukan segala seseuatu dengan baik. Mereka dapat melakukan interaksi dengan orang lain lancar dalam pergaulan sosial. 18 18 Daniel Goleman, op. cit., h. 58-59 Dari penjelasan aspek-aspek kecerdasan emosional di atas, penulis dapat simpulkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosional memiliki kemampuan untuk mengenali emosi diri yaitu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi, mengelola emosi kemampuan menghibur diri sendiri, melepas kecemasan dan kemampuan penguasaan diri, memotivasi diri sendiri dimana orang yang memiliki kemampuan ini cenderung lebih produktif dalam mengerjakan sesuatu dan selalu berpikir positif, mengenali emosi orang lain atau empati kemampuan ini untuk menangkap isyarat-isyarat sosial yang mengindikasikan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh orang lain, bersikap ramah dan memiliki sikap hormat, dan yang terakhir membina hubungan sosial seseorang yang memiliki kemampuan ini dapat melakukan interaksi dengan orang lain. Jadi kecerdasan emosional mampu menjadi alat untuk mengendalikan diri, sehingga seseorang tidak melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain dan mempermudah seseorang dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

c. Faktor-faktor mempengaruhi kecerdasan emosional

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi tidak ditentukan sejak kita lahir tetapi dapat dilakukan melalui proses pembelajaran. Goleman membagi faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi menjadi dua faktor yaitu: Pertama, faktor lingkungan keluarga merupakan sekolah pertama dalam memperlajari emosi, dan orang tua sebagai pemimpin lingkungan di rumah harus dapat menjadi fasilitator sebagai orang yang menyediakan dan menyampaikan segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri. Lingkungan keluarga sangat penting untuk memupuk kehidupan emosi anak di kemudian hari seperti melatih kebiasaan hidup disiplin dan bertanggung jawab. Kehidupan emosi yang dibangun di dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak, bagaimana anak dapat cerdas secara emosional. Kedua, faktor lingkungan non keluarga yaitu masyarakat dan lingkungan penduduk, kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak dan melatih anak untuk mengerti keadaan orang lain. Pergaulan dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas. 19 Dari penjelasan di atas, maka penulis simpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga saja, tetapi yang tidak kalah pentingnya juga yaitu faktor lingkungan non keluarga. Lingkungan keluarga di dapat dari orang tua sedangkan non keluarga di dapat dari masyarakat dan lingkungan penduduk. Jadi kecerdasan emosional itu bukan sekedar bawaan lahir tetapi di dapat dari proses pembelajaran yang didapat dari kedua faktor tersebut.

2. Altruisme

a. Definisi altruisme

Secara umum altruisme diartikan sebagai aktifitas menolong orang lain, yang dikelompokan ke dalam perilaku prososial. Dikatakan perilaku prososial karena memiliki dampak positif terhadap orang lain atau masyarakat luas. Altruisme berasal dari kata alter yang artinya orang lain. Secara bahasa altruisme adalah perbuatan yang berorientasi pada kebaikan orang lain. 20 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “altruisme adalah sikap yang ada pada manusia, yang mungkin bersifat naluri berupa dorongan untuk berbuat jasa kepada manusia lain ”. 21 Sedangkan pendapat Walster dan Piliavin dalam buku Empati pendekatan psikologi sosial menjelaskan bahwa perilaku altruisme adalah perilaku menolong yang muncul bukan adanya tekanan atau kewajiban, melainkan bersifat sukarela dan tidak berdasarkan norma-norma tertentu, tindakan tersebut adakalanya merugikan penolong, 19 Daniel Goleman, op. cit., h. 61. 20 Taufik, Empati Pendekatan Psikologi Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, h. 131. 21 KBBI, “altruism”, 25 September 2014, 16.13 wib. http:kbbi.web.idaltruisme.