membedakannya dengan kebijakan publik lainnya. Secara umum kebijakan publik lebih luas dari kebijakan sosial. Kebijakan transportasi, jalan raya, air bersih
merupakan contoh kebijakan publik, sedangkan contoh kebijakan sosial seperti kebijakan mengenai jaminan sosial seperti bantuan sosial dan asuransi sosial
umumnya diberikan bagi kelompok yang miskin.
2.3 Kemiskinan
Secara umum istilah miskin atau kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim, dalam hal ini konsep kurang maupun minim dilihat
secara komparatif antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang disatu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang dilain pihak.
Pengertian minim disini bersifat relatif, dapat berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkungan yang berbeda Siagian, 2012: 4-5.
Kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau
sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka telah mampu mencapai kehidupan yang layak Mencher, dalam Siagian, 2012: 5.
Seorang pakar ekonomi membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi yaitu: 1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang
dan pengkalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara maju, sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan
dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi. 2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsisten yaitu
kemiskinan akibat rendahnya pembangunan, kemiskinan perdesaan yaitu kemiskinan akibat peminggiran perdesaan dalam proses pembangunan,
Universitas Sumatera Utara
kemiskinan perkotaan yaitu kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan.
3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas.
4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam,
kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk Cox, dalam Seabrook, 2006: 31.
Kemiskinan dilihat dari sisi poverty profile masyarakat. Kemiskinan tidak hanya menyangkut persoalan kesejahteraan semata, tetapi kemiskinan menyangkut
persoalan kerentanan, ketidakberdayaan, tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja, menghabiskan sebagian besar penghasilannya untuk kebutuhan konsumsi,
angka ketergantungan yang tinggi, rendahnya akses terhadap pasar, dan kemiskinan terefleksi dalam budaya kemiskinan yang diwarisi dari satu generasi kegenerasi
berikutnya Seabrook, 2006: 34. Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan tidak bisa hanya dipandang dari sisi
kurangnya pemenuhan kebutuhan pokok semata sebagai akibat kerentanan dan ketidakberdayaan seperti yang selama ini banyak didefinisikan dalam kebijakan-
kebijakan tentang pengentasan kemiskinan. Kemiskinan juga harus dipandang dari pengertian kemiskinan relatif sehingga kebijakan yang diambil dapat memberikan
solusi terhadap akar permasalahan kemiskinan yang sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Pemberdayaan Masyarakat