Kematian Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

sehingga variabel pada penelitian terbatas pada variabel yang diteliti SDKI 2012. Kelima, terdapat hingga ribuan data yang missing pada variabel jarak kelahiran, inisiasi menyusu dini, komplikasi persalinan, berat bayi lahir, kelahiran prematur dan kunjungan neonatal pertama sehingga variabel tersebut tidak bisa dianalisis.

6.2 Kematian Neonatal di Daerah Rural Indonesia Tahun 2008-2012

Menurut WHO 2006 kematian neonatal adalah kematian yang terjadi selama dua puluh delapan hari pertama kehidupan setelah bayi dilahirkan. Kematian neonatal dibedakan menjadi kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini yaitu kematian saat setelah bayi dilahirkan sampai 7 hari pertama kehidupannya 0-6 hari sedangkan kematian neonatal lanjut yaitu kematian setelah hari ke tujuh sampai sebelum dua puluh delapan hari 7-27 hari. Pada penelitian ini ditemukan kematian neonatal sebesar 0.8 dari total 7.138 bayi yang dilahirkan selama periode 2008-2012. Walaupun jumlah kematian neonatal pada penelitian ini terlihat sangat kecil, tetapi hasil perhitungan secara keseluruhan kasus kematian neonatal di daerah rural Indonesia pada SDKI 2012 menghasilkan angka kematian neonatal di daerah rural Indonesia sebesar 24 per 1000 KH. Adanya perbedaan yang cukup rumit antara kematian neonatal dini dan lahir mati, sehingga SDKI menyarankan untuk menggabungkannya pada penghitungan angka kematian. Angka kematian neonatal di daerah rural tersebut tetap konstan berdasarkan hasil SDKI pada periode sebelumnya. BPS, BKKBN, Kemenkes ICF International, 2013. Pada penelitian ini, didapatkan Angka Kematian Neonatal di daerah rural Indonesia sebesar 11,19 per 1000 KH. Angka kematian neonatal di daerah rural pada penelitian ini menunjukkan lebih kecil dari hasil SDKI 2012 sebelumnya dikarenakan pada penelitian ini terdapat ratusan variabel yang tidak dianalisis sehubungan adanya missing data. Oleh karena itu, terdapat beberapa kasus kematian neonatal yang tidak bisa masuk ke dalam penelitian ini. Angka Kematian Neonatal di daerah rural berdasarkan SDKI 2012 menunjukkan kematian lebih tinggi di daerah rural dibandingkan di daerah urban BPS, BKKBN, Kemenkes ICF International, 2013. Hasil angka kematian neonatal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Bangladesh bahwa risiko kematian neonatal di daerah rural menunjukkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah urban Chowdhury, dkk., 2013. Perbedaan antara wilayah rural dan urban tersebut menggambarkan adanya perbedaan wilayah yang mengalami perkembangan dan wilayah yang tidak mengalami perkembangan Yanping, dkk., 2010. Periode neonatal merupakan periode paling kritis untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi Saifudin, dkk., 2009. Bayi pada periode ini sangat mudah terserang penyakit akibat terjadi transisi dari kehidupan didalam kandungan ke kehidupan di luar kandungan ekstrauterus yang memerlukan beberapa penyesuaian baik fisiologi maupun biokimia sehingga bayi dapat bertahan hidup. Asfiksia, kelahiran prematur, dan efek persalinan merupakan salah satu penyebab lemahnya adaptasi bayi terhadap lingkungan barunya Kliegman, dkk., 2011. Penyebab langsung kematian neonatal pada penelitian belum diketahui karena data tidak tersedia pada SDKI 2012. Penelitian-penelitian di daerah rural yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa penyebab langsung kematian neonatal adalah infeksi, berat bayi lahir rendah, meningitissepsis, kelahiran prematur, asfiksia dan pneumonia Hinderaker, dkk., 2003; Baqui, dkk., 2006; Chowdhury, dkk., 2010; Yanping, dkk., 2010; Turnbull, dkk., 2011; Owais, dkk., 2013. Sebanyak 65 kasus kematian neonatal berdasarkan hasil identifikasi terhadap penyedia pelayanan kesehatan sebetulnya dapat dicegah dan 51 kasus dapat dicegah dari faktor pasien itu sendiri. Sebagian besar ibu yang memiliki risiko terhadap kematian neonatal tidak menyadari keberadaan faktor risiko tersebut. Kemudian sebagian besar pasien gagal untuk mencari layanan kesehatan ketika mereka mengetahui tanda bahaya pada kehamilan. Padahal sebetulnya apabila ibu mendapatkan pencegahan terhadap komplikasi dan bayi mendapatkan pengobatan yang adekuat bisa mencegah terjadinya kematian pada neonatal Hinderaker, dkk., 2003. Penyebab lain kematian yang perlu mendapatkan perhatian serius di daerah rural Indonesia yaitu masih tingginya pengaruh dari unsur budaya. Hasil penelitian kualitatif pada ibu hamil Etnik Ngalum di Distrik Oksibil Provinsi Papua menemukan bahwa terdapat adat dimana pihak perempuan harus membalas mas kawin kepada pihak laki-laki sebesar yang dibayarkan kepada pihak perempuan. Apabila terjadi pelanggaran adat, ibu tidak membayar mas kawin kepada pihak laki-laki, maka akan terdapat korban dari keluarga tersebut. Salah satu kasus yang ditemukan, Ibu Tuti seorang ibu hamil belum bisa membayar mas kawin sampai usia kehamilannya 9 bulan. Pada saat melahirkan, bayi yang dilahirkan berada dalam kondisi sehat namun keesokan harinya ditemukan bayi telah meninggal. Keluarga menyadari betul, bahwa hal itu terjadi karena mereka belum menyelesaikan pembayaran kembali mas kawin. Sehingga mereka harus tunduk pada adat yang telah adaturun-temurun dari nenek moyang mereka Kemenkes RI, 2012. Diketahui hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi dengan Angka Kematian Neonatal yang tinggi di Indonesia yaitu sebesar 27 per 1000 KH BPS, BKKBN, Kemenkes ICF International, 2013. Selain itu, kasus kematian bayi baru lahir yang masih tinggi pada Etnik Ngalum Papua juga disebabkan karena bayi mengalami infeksi pneumonia. Hasil pengamatan menemukan, ternyata pada beberapa keluarga dapur perapian bukan hanya digunakan untuk memasak makanan tetapi juga digunakan untuk menghangatkan badan pada saat malam hari karena suhu yang cukup dingin 19-20 C. Namun, perapian tersebut tidak dilengkapi dengan cerobong asap, sehingga asap hasil pembakaran hanya berputar di dalam dapur Kemenkes RI, 2012. Penurunan Angka Kematian Neonatal sangat penting agar bisa mencapai target MDGs 4 penurunan angka kematian bayi sebesar 23 per 1000 KH pada tahun 2015. Namun penurunan angka kematian bayi menjadi cukup berat mengingat waktu pencapaian target hanya tersisa satu tahun. Sehingga perlu dilakukan upaya-upaya lebih giat lagi dalam melakukan intervensi terhadap penurunan Angka Kematian Bayi.

6.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal di Daerah