Penolong Persalinan Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal di Daerah

terbanyak kematian pada ibu Zakariah, dkk., 2009. Berdasarkan hasil review bahwa dampak anemia pada ibu hamil terhadap bayinya bervariasi sesuai tingkat defisiensi Hb yang dialami oleh ibu. Defisiensi Hb 11 grdl berhubungan dengan peningkatan kematian pada perinatal. Peningkatan 2-3 kali kematian perinatal pada ibu dengan Hb 8,0 grdl dan peningkatan 8-10 kali ketika kadar Hb 5,0 grdl. Selain itu, penurunan terhadap berat bayi lahir dan lambatnya pertumbuhan janin terjadi ketika kadar Hb ibu 8,0 grdl Kalaivani, 2009. Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa terdapat hubungan antara komplikasi kehamilan dengan kematian neonatal maka perlu dilakukan peningkatan upaya deteksi dini di tingkat layanan antenatal disertai pemantauan yang ketat terhadap kepatuhan kelompok ibu yang dideteksi mengalami komplikasi kehamilan anemia, hipertensi, dan lain-lain terhadap saran yang diberikan oleh petugas kesehatan seperti dianjurkan mengonsumsi tablet penambah darah.

6.3.9 Penolong Persalinan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten Depkes RI, 2009. Penanganan medis yang tepat dan memadai saat ibu melahirkan dapat menurunkan risiko komplikasi yang bisa menyebabkan kesakitan serius pada ibu dan bayinya BPS, BKKBN, Kemenkes ICF International, 2013. Pada penelitian ini, penolong persalinan dikategorikan menjadi tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan. Penolong persalinan dikategorikan sebagai tenaga kesehatan jika merupakan dokter, dokter kandungan, perawat, bidan, atau bidan desa. Sedangkan penolong persalinan dikategorikan sebagai non tenaga kesehatan jika penolong persalinan adalah dukun, tetangga atau tanpa penolong persalinan. Pengkategorian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Titaley, dkk 2008 di Indonesia. Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa 83 persalinan pada kurun waktu 2008-2012 ditolong oleh tenaga kesehatan profesional 62 perawatbidanbidan desa, 20 dokter kandungan dan 1 dokter. Proporsi ini mengalami peningkatan dari hasil SDKI 2007 sebesar 73 persalinan yang ditolong tenaga kesehatan profesional BPS, BKKBN, Kemenkes ICF International, 2013. Pada penelitian ini diketahui ibu yang ditolong oleh tenaga kesehatan profesional pada persalinannya di daerah rural Indonesia yaitu sebesar 73,2 30,7 bidan, 24,1 bidan desa, 5,5 dokter kandungan, 1,3 perawat, 0,4 dokter dan 11,2 lebih dari satu penolong tenaga kesehatan. Angka ini masih cukup jauh dari target MDGs 5 tahun 2015, peningkatan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan profesional menjadi 90 Kemenkes RI, 2014. Persalinan yang dilakukan oleh bukan tenaga kesehatan pada penelitian ini yaitu sebesar 26,8. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara penolong persalinan dengan kematian neonatal. Artinya, tidak ada perbedaan antara penolong persalinan oleh tenaga kesehatan maupun oleh non tenaga kesehatan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Singh, dkk 2014, Pertiwi, 2010 dan Wijayanti, 2013 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penolong persalinan dengan kematian neonatal. Namun, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Sugiharto 2011, Dewi 2010 dan Nugraheni 2013 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara penolong persalinan dengan kematian neonatal. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu ditolong oleh tenaga kesehatan pada persalinannya, namun proporsi kematian neonatal pada kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan proporsi yang cukup jauh sehingga analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan. Bahkan pada penelitian Titaley, dkk 2011 yang dilakukan di Indonesia ditemukan kematian neonatal dini justru lebih tinggi pada ibu yang bersalin di rumah yang ditolong oleh tenaga yang terlatih. Penelitian lainnya menemukan bahwa kematian neonatal lebih tinggi pada ibu tanpa penolong persalinan Neupane Doku, 2014. Namun, pada penelitian ini hanya 0,4 ibu yang melakukan persalinan tanpa adanya penolong persalinan. Kemungkinan penyebab masih tingginya angka kematian neonatal pada kelompok ibu dengan penolong persalinan tenaga kesehatan adalah masih rendahnya kualitas penolong persalinan tersebut. Seperti diketahui pada penelitian Yego, dkk 2013 bahwa akses terhadap penolong persalinan terampil termasuk dokter maupun bidan penting untuk mencegah kematian maternal dan neonatal. Penolong persalinan yang sebagian besar dilakukan oleh penolong persalinan dengan keterampilan yang rendah dapat berkontribusi terhadap kejadian kematian neonatal dan kematian maternal Yego, dkk., 2013. Pada penelitian lainnya juga menemukan bahwa perlunya pelatihan bagi penolong persalinan agar penolong persalinan mampu menangani kasus infeksi yang diketahui merupakan penyebab terbanyak kasus kematian neonatal Turnbull, dkk., 2011. Pada penelitian yang dilakukan Kusiako, dkk 2000 menunjukkan bahwa komplikasi pada saat melahirkan merupakan penyebab sepertiga kematian pada perinatal. Padahal peningkatan layanan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terkualifikasi dan layanan neonatus yang lebih baik seharusnya dapat menurunkan kematian pada perinatal. Pada penelitian ini, kemungkinan penyebab lain masih tingginya kematian neonatal pada kelompok ibu dengan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah ibu memilih bersalin oleh tenaga kesehatan ketika terjadi masalah serius pada persalinannya. Seperti ditemukan pada penelitian yang dilakukan di Jawa Barat bahwa ibu yang mengakses penolong persalinan terlatih atau melakukan persalinan di fasilitas layanan kesehatan sebagian besar dilakukan ketika ibu mengalami komplikasi kehamilan Titaley, dkk., 2010. Review yang dilakukan Upadhyay, dkk 2012 juga menunjukkan bahwa kurangnya sumber daya yang terampil merupakan salah satu penyebab kematian neonatal yang terjadi di daerah rural India. Kurangnya sumber daya manusia yang terampil berdampak pada rendahnya kualitas pelayanan yang diterima oleh neonatus. Sehingga penyediaan tenaga kesehatan yang terkualifikasi ke daerah rural merupakan tantangan yang harus dilakukan untuk menghindari kematian pada neonatal. Pada penelitian Zimba, dkk 2012 menemukan bahwa walaupun Malawi mengalami peningkatan jumlah penolong persalinan terampil, tetapi sebagian besar ibu dan bayi baru lahir yang mengalami komplikasi masih belum mendapatkan penanganan kesehatan yang diperlukan. Pada penelitian lainnya diketahui bahwa peralatan dan kualitas layanan yang tidak memadai juga merupakan tantangan di wilayah Afrika dan Asia Harvey, dkk., 2007. Menurut Singh, dkk 2014 definisi tenaga penolong persalinan yang ada saat ini, tidak mencakup unsur layanan yang memadai. Walaupun sebagian besar negara di Afrika dan Asia mengalami peningkatan jumlah tenaga penolong persalinan terampil, sebagian besar setiap individu yang disebut sebagai tenaga kesehatan terampil tidak memiliki kompetensi yang diperlukan atau peralatan yang dibutuhkan untuk mengatasi komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir. Adapun penyebab masih tingginya kematian neonatal pada penolong pesalinan non tenaga kesehatan di daerah rural Indonesia kemungkinan terjadi karena masih rendahnya akses ibu hamil terhadap tenaga keseahatan.menurut. Hasil penelitian Titaley, dkk 2010 di beberapa daerah terpencil di Indonesia menunjukkan bahwa bidan desa yang pada beberapa wilayah merupakan satu-satunya tenaga kesehatan penolong persalinan yang tersedia, terkadang pergi keluar desa Titaley, dkk., 2010. Hal ini semakin mempersulit akses ibu terhadap tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Masih tingginya kematian pada penolong persalinan non tenaga kesehatan kemungkinan besar juga karena pengetahuan dan keterampilan penolong persalinan bukan tenaga kesehatan yang sangat kurang tentang penanganan persalinan pada ibu bersalin, maupun tentang penanganan bayi baru lahir. Apalagi penanganan ibu dengan gejala eklamsia, akan sangat sulit bagi penolong bukan tenaga kesehatan untuk dapat melakukan tindakan yang tepat. Pengetahuan penolong yang kurang tentang bagaimana melakukan upaya pencegahan terhadap kemungkinan bayi aman dari risiko terjadinya gangguan thermoregulasi, gangguan respirasi, dan risiko lainnya yang biasa melekat pada bayi baru lahir, sangat berpengaruh besar terhadap status kesehatan neonatus. Jika penanganannya kurang tepat maka kecenderungan terjadinya risiko kematian akan semakin besar Astuti, dkk., 2010. Hasil penelitian kualitatif pada masyarakat Suku Nias menemukan bahwa terkadang keluarga alot dalam memutuskan merujuk ke rumah sakit atau puskesmas. Hal tersebut menyebabkan ibu terlambat mendapatkan pertolongan dari petugas kesehatan. Ibu yang melakukan persalinan di rumah sakit biasanya ibu yang sudah mengalami masalah pada persalinannya Kemenkes RI, 2012. Berdasarkan hasil penelitian ini diperlukan upaya untuk meningkatkan keterampilan penolong persalinan baik bagi tenaga penolong persalinan. Peningkatan kualitas tenaga penolong persalinan dilakukan dari mulai calon tenaga penolong persalinan di tingkat akademikuniversitas maupun bagi mereka yang telah berprofesi sebagai tenaga penolong persalinan. Peningkatan kualitas tenaga penolong persalinan ini terutama pada masalah penanganan komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir.

6.3.10 Persalinan Caesar