Tempat Persalinan Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal di Daerah

melakukan persalinan per vaginam yang sebelumnya melakukan persalinan caesar Kamath, dkk., 2009. Kematian neonatal meningkat sejalan dengan tingginya persalinan caesar yang dilakukan pada kondisi kegawatdaruratan. Selain itu secara keseluruhan, persalinan caesar kondisi kegawatdaruratan maupun non kegawatdaruratan berhubungan dengan meningkatnya kesakitan pada neonatal Shah, dkk., 2009. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 571 persalinan yang dilakukan secara caesar, 90,2 tidak mengalami komplikasi selama kehamilannya. Sehingga, kemungkinan sebagian besar persalinan caesar pada penelitian ini dilakukan bukan karena adanya indikasi kesehatan. Hasil review literatur menyebutkan bahwa persalinan caesar tanpa adanya alasan kesehatan kegawatdaruratan juga bisa membahayakan kondisi ibu dan janinnya baik dari segi pendek maupun lamanya waktu yang diperlukan prosedur persalinan caesar dibandingkan persalinan normal Wiklund, dkk., 2012.

6.3.11 Tempat Persalinan

Upaya untuk mengurangi risiko kematian ibu dan anak sangat penting dengan cara meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan yang profesional yang dilakukan di fasilitas kesehatan BPS, BKKBN, Kemenkes ICF International, 2013. Pada penelitian ini, tempat persalinan dikategorikan menjadi non fasilitas layanan kesehatan dan fasilitas layanan kesehatan. Ibu melakukan persalinan di fasilitas layanan kesehatan jika persalinan dilakukan di rumah sakit, klinik, dokterperawatbidan praktek, dan bidan desa. Sedangkan ibu dikategorikan melakukan persalinan di non fasilitas layanan kesehatan apabila ibu melakukan persalinan di rumahnya sendiri maupun rumah dukuntetangga. Pengkategorian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Titaley, dkk 2008. Pada penelitian ini diketahui bahwa ibu yang melakukan persalinan di non fasilitas pelayanan kesehatan yaitu sebesar 59,9. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tempat persalinan dengan kematian neonatal. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Faisal 2010 menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan di fasilitas non kesehatan mempunyai kecenderungan untuk mengalami kejadian kematian bayi lebih besar dibandingkan ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan. Namun, hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Sugiharto 2011, Pertiwi 2010, Nugraheni 2013 dan Wijayanti 2013 bahwa tidak terdapat hubungan antara tempat persalinan dengan kematian neonatal. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa kematian neonatal lebih tinggi terjadi di non fasilitas layanan kesehatan. Ibu yang melakukan persalinan diluar fasilitas pelayanan kesehatan memiliki risiko 1,85 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan ibu yang melahirkan di fasilitas layanan kesehatan. Melahirkan diluar fasilitas layanan kesehatan lebih memungkinkan untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan melahirkan dilakukan di fasilitas layanan kesehatan Ajaari, dkk., 2012. Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa jumlah ibu yang melahirkan di non fasilitas pelayanan kesehatan lebih tinggi dibandingkan di fasilitas pelayanan kesehatan konsisten dengan hasil penelitian Owais, dkk 2013. Namun, diketahui kematian neonatal justru ditemukan lebih tinggi terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan. Artinya, kasus kematian neonatal lebih tinggi terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan padahal penolong persalinan di fasilitas pelayanan merupakan tenaga kesehatan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Titaley 2011 bahwa terjadinya peningkatan risiko kematian neonatal dini yang signifikan berhubungan dengan persalinan yang dilakukan di rumah sakit di daerah rural Indonesia. Hasil ini juga konsisten dengan penelitian lainnya yang dilakukan di daerah rural Burkina Faso bahwa kematian bayi lebih tinggi terjadi di fasilitas layanan kesehatan. Adanya fasilitas pelayanan kesehatan tidak akan memberikan perbedaan yang berarti jika fasilitas tersebut tidak memiliki kelengkapan alat atau tenaga kesehatan yang cukup terlatih Diallo, dkk., 2012. Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian Singh, dkk 2012 bahwa setelah adanya peningkatan penggunaan rumah sakit bersalin di India terjadi penurunan kematian neonatal sebesar 2,5 namun penurunan kematian neonatal ini tidak signifikan dimungkinkan terjadi karena masih rendahnya kualitas layanan kesehatan. Seperti ditemukan juga pada penelitian lainnya bahwa persalinan yang dilakukan di rumah di daerah rural sebagian besar ditolong oleh dokter atau bidan desa dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan masih tergolong cukup rendah Yanping, dkk., 2010. Kemungkinan alasan lainnya yaitu sebagian besar persalinan yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan persalinan dengan komplikasi yang bisa berakibat pada kematian neonatal. Hal ini terjadi karena perilaku mencari pelayanan kesehatan dilakukan setelah awalnya persalinan akan dilakukan di rumah. Penolong persalinan di rumah tidak akan merujuk ibu ke fasilitas layanan kesehatan kecuali ibu telah mengalami komplikasi. Sehingga lemahnya sistem layanan kesehatan juga akan berkontribusi terhadap tingginya angka kematian neonatal di fasilitas layanan kesehatan Ajaari, dkk., 2012. Pada penelitian ini didapatkan, hasil analisis antara komplikasi kehamilan dengan tempat persalinan menunjukkan adanya hubungan. Sebesar 49,2 persalinan yang dilakukan di fasilitas layanan kesehatan merupakan kasus komplikasi kehamilan. Penelitian kualitatif yang dilakukan pada masyarakat suku Mamasa Sulawesi Barat juga menunjukkan bahwa beberapa kejadian kematian ibu dan bayi saat bersalin di rumah sakit rujukan. Ibu hamil datang ke rumah sakit tersebut dengan keadaan sangat parah sakit berat atau umur kehamilan sudah terlalu tua Kemenkes RI, 2012. Penggunaan layanan kesehatan kemungkinan juga dipengaruhi oleh jarak terhadap layanan kesehatan tersebut. Hasil penelitian di daerah rural Etiophia ditemukan bahwa sekitar 90 anak tinggal di wilayah dengan waktu tempuh lebih dari 1,5 jam ke fasilitas kesehatan. Anak tersebut memiliki risiko 2 kali lebih besar terhadap kematian dibandingkan anak yang tinggal dengan waktu tempuh 1,5 jam ke fasilitas kesehatan Okwaraj, dkk., 2012. Penelitian lain di daerah rural Burkina Faso menemukan bahwa terjadi 33 peningkatan kematian bayi yang signifikan jika ibu tinggal dengan lokasi pusat layanan kesehatan yang terdekat lebih dari 10 km Becher, dkk., 2004. Penelitian yang dilakukan di Jawa Barat menemukan bahwa jarak dan keterbatasan biaya merupakan dua penyebab utama ibu tidak mengakses penolong persalinan terlatih dan fasilitas layanan kesehatan pada saat persalinannya Titaley, dkk., 2010. Walaupun 90 ibu telah melakukan kunjungan antenatal namun hanya 2 dari 10 ibu yang melakukan persalinan di fasilitas layanan antenatal. Hasil pengamatan diketahui bahwa persalinan dilakukan di rumah berkaitan dengan adanya perkembangan persalinan yang cepat, jarak, kesulitan transportasi pada malam hari dan biaya. Jarak merupakan hambatan terhadap persalinan di fasilitas layanan kesehatan bukan terhadap kunjungan antenatal. Hal ini dikarenakan tidak semua fasilitas yang menyediakan layanan antenatal memiliki layanan persalinan 24 jam. Sehingga jarak untuk mendapatkan fasilitas kesehatan dengan layanan persalinan lebih sulit didapatkan dibandingkan dengan layanan antenatal. Persalinan alami pada kondisi gawat mungkin menjadi lebih baik untuk menyelesaikan masalah jarak ke fasilitas layanan persalinan. Selain itu, ibu memilih tenaga penolong persalinan tradisional karena lebih fleksibel dalam masalah biaya. Bahkan masih ditemukan ibu tanpa tenaga penolong persalinan, padahal ibu tanpa penolong persalinan akan kesulitan mendapatkan penolong ketika terjadi komplikasi pada persalinannya Eijk, dkk., 2006. Penelitian kualitatif pada Suku Mamasa, Sulawesi Barat menemukan bahwa walaupun telah terdapat program Jampersal Jaminan Persalinan namun belum diketahui oleh ibu-ibu di wilayah tersebut. Selain itu, mereka belum mempercayai sepenuhnya bahwa bersalin di fasilitas kesehatan tidak dikenakan biayagratis. Apalagi jika mereka harus di rujuk ke Rumah Sakit, akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Selain itu, permasalahan juga terdapat pada tenaga kesehatan dimana belum keluarnya pembayaran klaim terhitung sejak 2011-2012. Padahal semua catatan dan bukti telah terkumpul dengan rapi. Kejadian tersebut terjadi pada semua bidan di desa dan kecamatan di Kabupaten Mamasa. Meskipun demikian, bidan desa tetap melayani dan menggratiskan persalinan yang ditolong di fasilitas persalinan Kemenkes RI, 2012. Penelitian lainnya pada suku Toraja Sa’dan menunjukkan bahwa terdapat pertimbangan lain, pertimbangan ekonomi untuk memenuhi biaya-biaya di luar cakupan Jampersal, seperti transportasi, uang makan keluarga yang menungguinya di sarana kesehatan, anak- anak kecil yang ditinggalkan, hewan-hewan ternak pemeliharaan babi yang menjadi tanggung jawab ibu. Pendapatan sehari-hari menjadi pertimbangan lain mengapa ibu memutuskan untuk melahirkan sendiri di rumahnya. Selain itu, beberapa wilayah Toraja Sa’dan memang berada jauh dari sarana pelayanan kesehatan. Selain jarak yang jauh, akses warga terhadap pelayanan kesehatan dipersulit dengan kondisi jalan yang rusak. Sarana transportasi menjadi sulit dan mahal karena kondisi jalan yang rusak parah Kemenkes RI, 2012. Berdasarkan hasil pada penelitian ini, maka perlu dilakukan upaya peningkatan kualitas fasilitas layanan kesehatan baik dari segi akses maupun kelengkapan alat dan ketersediaan tenaga kesehatan profesional. Pemerintah Daerah sebaiknya melakukan peningkatan perbaikan infrastruktur di wilayahnya agar akses terhadap fasilitas kesehatan semakin meningkat. 161

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan