transportasi ke fasilitas layanan kesehatan dibandingkan keluarga yang kaya. Pada penelitian ini diketahui kematian neonatal lebih tinggi pada
kelompok ibu dengan indeks kekayaan rumah tangga menengah dan tinggi. Sehingga, masalah biaya untuk transportasi kemungkinan tidak
menjadi kendala bagi kedua kelompok ini. Sehingga perlu adanya penelitian untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh terhadap
tingginya angka kematian neonatal pada kelompok indeks kekayaan menengah dan atas.
6.3.4 Umur Ibu
Pada umur dibawah 20 tahun, rahim dan panggul sering kali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya, ibu hamil pada
usia itu mungkin mengalami persalinan lamamacet atau gangguan lainnya karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas dan
tanggungjawabnya sebagai orang tua. Ibu dianjurkan hamil pada usia antara 20-35 tahun. Pada usia ini ibu lebih siap hamil secara jasmani
dan kejiwaan. Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan
lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan Kemenkes RI, 2011.
Pada penelitian ini, ibu dikategorikan kedalam kelompok ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dan kelompok ibu usia
20-35 tahun. Pengelompokkan ini didasarkan pada hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Wijayanti 2013. Penelitian ini menunjukkan, ibu yang memiliki umur kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun yaitu sebesar 27,7. Hasil uji statistik umur ibu dengan kematian neonatal diketahui terdapat hubungan antara umur ibu
dengan kematian neonatal. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Yego, dkk
2013 bahwa sebagian besar kematian neonatal terjadi pada ibu usia muda. Umur ibu memiliki pengaruh terhadap kematian neonatal,
dimana semakin muda dan semakin tua umur ibu, maka semakin tinggi juga kematian pada neonatal Mekonnen, dkk., 2013;
Bashir, dkk., 2013;
Markovitz, dkk., 2005. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kematian neonatal lebih tinggi pada kelompok umur kurang
dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Penelitian oleh Sharma, dkk 2009 juga menemukan bahwa kejadian yang merugikan bayi baru
lahir lebih tinggi pada kelompok ibu usia 12-15 dibandingkan ibu usia 20-24. Sekitar 51 bayi mengalami BBLR, 24 lahir prematur dan
73,5 usia kehamilan kecil. Bayi yang dilahirkan dari ibu usia 12-15 tahun memiliki risiko 2,24 kali lebih tinggi terhadap kematian neonatal
dibandingkan bayi yang dilahirkan dari ibu usia 20-24 tahun. Penelitian lainnya berbasis rumah sakit di Nepal menemukan
bahwa kejadian BBLR, komplikasi pada neonatal dan komplikasi pada ibu, lebih tinggi ditemukan pada ibu usia 15-19 tahun dibandingkan
ibu usia 20-24 tahun Pun Chauhan, 2011. Hasil ini juga didukung oleh Chen, dkk 2007 bahwa kehamilan yang terjadi pada remaja
berhubungan dengan kejadian peningkatan risiko kematian pada neonatal.
Hasil penelitian kualitatif di salah satu daerah rural Indonesia, yaitu pada masyarakat Etnik Madura Jawa Timur, menemukan bahwa
umumnya remaja putri di daerah tersebut menikah sebelum menyelesaikan pendidikan pesantren, yaitu sekitar usia 17 tahun
Kemenkes RI, 2012. Penelitian kualitatif lainnya pada Etnik Nias, Sumatera Utara juga menemukan bahwa masyarakat di Desa
Hilifadölö secara umum mentaati peraturan mengenai usia boleh menikah yaitu minimal 18 tahun bagi perempuan dan 20 tahun bagi
laki-laki. Selain itu, masih ditemukan beberapa pasangan yang menikah sebelum umur tersebut. Sebagian besar pasangan yang
menikah sebelum umur yang telah ditetapkan adalah pasangan yang menikah di luar Pulau Nias Kemenkes RI, 2012. Bahkan hasil
penelitian lainnya menemukan bahwa usia perkawinan yang dianjurkan pada masyarakat Etnik Mamasa di Provinsi Sulawesi Barat
yaitu minimal 16 tahun untuk perempuan dan minimal 18 tahun untuk laki-laki Kemenkes RI, 2012.
Pada masyarakat Etnik Ngalum, Provinsi Papua, juga diketahui bahwa batasan usia boleh melakukan pernikahan di Daerah
Pegunungan Bintang adalah 18 tahun. Secara umum masyarakat yang benar-benar memegang norma adat mematuhi aturan tersebut. Namun,
diektahui masih banyak masyarakat yang melanggar aturan tersebut dengan melakukan perkawinan pada usia dini. Kurangnya
pengetahuan para remaja Etnik Ngalum mengenai kesehatan reproduksi, sehingga banyak remaja yang hamil pada usia sangat muda
yaitu usia 13 tahun Kemenkes RI, 2012. Remaja tersebut melakukan aktivitas belajar di sekolah dalam
keadaan hamil dan pihak guru tidak melarang mereka mengikuti kegiatan belajar karena sudah memahami kondisi murid seperti itu di
daerahnya. Bahkan ada remaja yang telah memiliki anak, kemudian menunggunya diluar kelas bersama ibunya. Selain itu, para remaja
tersebut cenderung tidak mengingat waktu terakhir mengalami haid, sehingga mereka tidak mengetahui berapa umur kandungannya. Kasus
kehamilan tidak hanya ditemukan pada anak dan remaja tetapi juga terjadi pada ibu usia lebih dari 45 tahun. Padahal kehamilan pada usia
tersebut sangat berisiko terhadap terjadinya komplikasi kehamilan. Apalagi diketahui kasus anemia pada ibu hamil di Suku Ngalum
merupakan kasus yang paling tinggi di Papua Kemenkes RI, 2012. Sehingga berdasarkan hasil pada penelitian ini, maka perlu
adanya peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan ibu dan anak bagi kelompok ibu usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
Peningkatan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut harus ditingkatkan lebih serius di daerah rural Indonesia baik melalui
layanan antenatal di fasilitas layanan kesehatan maupun kegiatan yang telah ada di masyarakat.
6.3.5 Jenis Kelamin Bayi