Komplikasi Kehamilan Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal di Daerah

kunjungan antenatal tersebut. Seperti telah dijelaskan berbagai penelitian, beberapa alasan ibu hamil tidak melakukan kunjungan antenatal baik dari segi budaya, kurangnya ketersediaan fasilitas kesehatan maupun kurangnya tenaga kesehatan. Pelayanan antenatal perlu ditingkatkan dengan lebih mengutamakan kelengkapan fasilitas kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan serta tetap menjamin kualitas dari fasilitas dan tenaga kesehatan.

6.3.8 Komplikasi Kehamilan

Komplikasi kehamilan yaitu terdiri dari perdarahan, infeksi, pre-eklampsiaeklampsia, persalinan lamamacet dan abortus McCarthy Main, 1992. Komplikasi kehamilan merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi selama kehamilan dan persalinan. Komplikasi kehamilan dapat berdampak pada kesehatan ibu, kesehatan bayi ketika dilahirkan, atau pada keduanya Wiknjosastro, dkk., 2002. Pada penelitian ini, komplikasi kehamilan dikategorikan menjadi komplikasi dan tidak komplikasi. Ibu masuk kedalam kelompok komplikasi jika mengalami minimal satu bentuk komplikasi mulas sebelum 9 bulan, pendarahan, demam tinggi, kejang-kejang dan pingsan. Sedangkan ibu masuk kedalam kelompok tidak komplikasi jika ibu tidak mengalami satu pun bentuk komplikasi kehamilan. Pengkategorian ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Nugraheni, 2013. Pada penelitian ini diketahui ibu yang mengalami komplikasi pada saat kehamilannya yaitu sebesar 6. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komplikasi kehamilan dengan kematian neonatal. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Nugraheni 2013 dan Wijayanti 2013 bahwa ada hubungan antara komplikasi selama kehamilan dengan kejadian kematian neonatal. Ibu yang mengalami komplikasi kehamilan memiliki risiko lebih tinggi terhadap kematian neonatal dibandingkan ibu yang tidak mengalami komplikasi kehamilan Rahmawati, 2007. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kematian neonatal lebih tinggi terjadi pada kelompok ibu dengan komplikasi kehamilan. Bayi dari ibu yang mengalami komplikasi kehamilan memiliki risiko 1,8 kali lebih tinggi terhadap kematian neonatal dibandingkan bayi dari ibu yang tidak mengalami komplikasi selama kehamilannya Rahmawati, 2007. Penelitian lainnya yang dilakukan di daerah rural Bangladesh juga menunjukkan bahwa ibu yang mengalami pendarahan selama kehamilannya berhubungan kuat dengan adanya peningkatan risiko terhadap kematian neonatal Owais, dkk., 2013. Penelitian yang dilakukan pada ibu hamil Etnik Ngalum Provinsi Papua menemukan bahwa ibu yang hamil tetap mengalami komplikasi walaupun telah melakukan pemeriksaan kehamilan. Ibu tersebut mengalami kehamilan pada usia lebih dari 45 tahun dan memiliki anak rata-rata11-14 anak dengan jarak kelahiran yang berdekatan. Tingkat anemia ibu hamil pada suku ini paling tinggi dibandingkan suku lainnya. Kondisi seperti ini menyebabkan tingginya kejadian retensio plasenta saat melahirkan. Padahal petugas kesehatan telah memberikan tablet penambah darah yang seharusnya diberikan tiga bulan sekali menjadi satu bulan sekali karena sangat tingginya kasus anemia. Namun, petugas kesehatan tidak bisa memastikan apakah obat yang diberikan rutin diminum oleh ibu hamil setiap hari Kemenkes RI, 2012. Hasil penelitian pada ibu hamil Etnik Gorontalo Provinsi Gorontalo juga menemukan bahwa sebagian ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan tidak meminum vitamin yang diberikan dengan alasan tidak diberi penjelasan manfaat minum obat. Ibu juga tidak meminum vitamin penambah darah dengan alasan karena rasanya pahit Kemenkes RI, 2012. Anemia atau kadar Hb 11 gdl yang salah satunya bisa disebabkan karena defisiensi besi sehingga perlu diberi obat penambah zat besi. Kondisi anemia pada ibu hamil sangat berbahaya bisa menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan WHO; Kemenkes RI; POGI; IBI, 2013. Perdarahan merupakan penyebab terbanyak kematian pada ibu Zakariah, dkk., 2009. Berdasarkan hasil review bahwa dampak anemia pada ibu hamil terhadap bayinya bervariasi sesuai tingkat defisiensi Hb yang dialami oleh ibu. Defisiensi Hb 11 grdl berhubungan dengan peningkatan kematian pada perinatal. Peningkatan 2-3 kali kematian perinatal pada ibu dengan Hb 8,0 grdl dan peningkatan 8-10 kali ketika kadar Hb 5,0 grdl. Selain itu, penurunan terhadap berat bayi lahir dan lambatnya pertumbuhan janin terjadi ketika kadar Hb ibu 8,0 grdl Kalaivani, 2009. Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa terdapat hubungan antara komplikasi kehamilan dengan kematian neonatal maka perlu dilakukan peningkatan upaya deteksi dini di tingkat layanan antenatal disertai pemantauan yang ketat terhadap kepatuhan kelompok ibu yang dideteksi mengalami komplikasi kehamilan anemia, hipertensi, dan lain-lain terhadap saran yang diberikan oleh petugas kesehatan seperti dianjurkan mengonsumsi tablet penambah darah.

6.3.9 Penolong Persalinan