Perbedaan Pembelajaran Konvensional Dengan Strategi Belajar Peta

Berikut adalah skenario pembelajaran matematika dengan strategi belajar peta konsep. Tabel 1 Langkah-langkah Kegiatan Belajar Mengajar Dengan Strategi Belajar Peta Konsep No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar 1. Persiapan a. Menciptakan kondisi belajar siswa 2. Pelaksanaan a. Pendahuluan 1. Guru mengulang materi yang telah dipelajari siswa pada pertemuan sebelumnya. 2. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pada pertemuan sebelumnya yang dianggap masih membingungkan bagi siswa. b. Isi 1. Siswa diberikan pertanyaan pendahuluan mengenai pengetahuan dasar siswa tentang topik yang akan diajarkan. 2. Guru melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep yang dibuatnya. 3. Siswa ditugaskan membuat peta konsep dari materi yang telah dipelajari, sebagai bahan evaluasi dan menyelidiki apa yang telah diketahui oleh siswa. 4. Guru menampilkan peta konsepnya kembali sebagai bahan evaluasi apabila terdapat kekeliruan dalam penyusunan peta konsep yang dibuat oleh siswa, kemudian siswa diminta memberikan contoh aplikasi dari materi yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. 5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila terdapat materi yang dianggap belum jelas dari materi yang sudah diajarkan. 6. Penutup Siswa mengerjakan lembar kerja yang terdiri dari latihan soal yang diberikan oleh guru. Pengerjaannya dapat secara individu maupun secara individu dengan diskusi kelompok. 3. Evaluasi a. Pada akhir pelajaran, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari. b. Memberikan tugas atau latihan soal untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai bahan pelajaran yang telah diterimanya. c. Guru menugaskan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

7. Perbedaan Pembelajaran Konvensional Dengan Strategi Belajar Peta

Konsep Tabel 2 Perbedaan Pembelajaran Konvensional Dengan Strategi Belajar Peta Konsep No. Aspek Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Dengan Strategi Belajar Peta Konsep Siswa duduk, mencatat, dengar dan hafal. Siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. 1. Aktivitas siswa. Siswa tidak dituntut untuk menentukan konsep. Siswa dituntut untuk menentukan konsep. 2. Sumber belajar. Sumber informasi hanya guru. Sumber informasi selain guru yaitu media, teman, dan sebagainya. 3. Metode belajar. Metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Pemanfaatan peta konsep dan diskusi kelompok dalam penyampaian materi pelajaran. 4. Kondisi kelas. Suasana kelas membosankan karena guru lebih aktif. Suasana belajar menjadi lebih hidup karena siswa dilibatkan dalam pembelajaran. 5. Efisiensi waktu. Banyak waktu yang terbuang. Penggunaan waktu seefektif mungkin. Materi pembelajaran banyak dan berat. Materi pembelajaran disederhanakan. 6. Materi yang dipelajari. Rangkuman materi yang telah dipelajari berbentuk catatan biasa. Materi yang telah dipelajari siswa dalam bentuk kerangka dari konsep-konsep materi trsebut peta konsep. Dari perbedaan tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam proses pembelajaran secara konvensional tampak adanya kecenderungan untuk meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Dominasi guru masih terlihat jelas dan di dalam proses pembelajarannya siswa pasif dan lebih banyak menunggu sajian materi dari guru, dari pada mencari dan menemukan sendiri konsep dan pengetahuan yang mereka butuhkan. Proses pembelajarannya hanya sebatas dengar, catat dan hafal tanpa siswa. Ruseffendi memandang strategi pembelajaran konvensional sama dengan pembelajaran tradisonal yaitu proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ekspositori. Siswa dalam kelas ini dianggap memiliki kemampuan pada prasyarat minimal, minat, kepentingan, kecakapan, dan kecepatan belajar yang diasumsikan relatif sama. 27 Dalam pengajaran matematika konvensional ini, tugas dan peran guru secara esensial hanya 27 Ruseffendi, Pengajaran Matematika Modern Untuk Orang tua, Murid, Guru dan SPG Seri Kelima, Bandung: Tarsito, 1991, h. 231. memindahkan atau menyalurkan pengetahuan dan memvalidasi jawaban siswa, sedangkan siswa diharapkan untuk belajar sendiri dalam keadaan kelas yang tenang dan sunyi. Sedangkan dalam pembelajaran dengan strategi belajar peta konsep, siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran dengan kata lain terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. Pada proses pembelajaran siswa dituntut untuk menemukan konsep dan menghubungkan keterkaitan konsep-konsep yang dipelajarinya, rangkuman materi yang telah dipelajarinya dituangkan kedalam bentuk peta konsep sehingga siswa lebih mudah dalam belajarnya sehingga dapat disimpulkan bahwa peta konsep dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui pemahaman konseptual siswa.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian Intan Amalia 2007 yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Metode Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan BRSL Bangun Ruang Sisi Lengkung, menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan meggunakan metode peta konsep lebih tinggi E μ = 62,6 dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang tidak menggunakan metode peta konsep K μ = 51,6. Penelitian Sukayasa, dkk, 1997 yang berjudul, ”Kontribusi Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Kalkulus I Mahasiswa Matematika FKIP Universitas Tadulako”, menunjukkan bahwa ada pengaruh kontribusi kemampuan membuat peta konsep suatu topik materi kalkulus I terhadap hasil belajar mahasiswa dalam mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan topik tersebut. Dengan nilai koefisien korelasi masing-masing sampel pembahasan: a.Pertaksamaan r xy =0,739, b.Fungsi Komposisi r xy =0,579, c.Limit fungsi r xy =0,657, d.Fungsi turunan pertama r xy =0,588.