2. Understanding Memahami Pada level ini, kerja otak kita mengambil informasi dalam satu langkah
dan menjelaskannya secara gamblang. 3. Applying Mengaplikasikan
Pada level ini, kerja otak kita mengambil informasi dalam satu langkah dan menerapkan informasi itu untuk memecahkan persoalan yang ada.
4. Analyzing Menganalisa Pada level ini, kerja otak kita mengambil informasi dalam satu langkah
dan menerapkan informasi itu untuk memecahkan persoalan yang ada. Akan tetapi informasi itu belum bisa memecahkan permasalahan, sehingga
dibutuhkan informasi lain yang berbeda dari informasi sebelumnya untuk memecahkan permasalahan.
5. Evaluating Mengevaluasi Pada level ini, kita dihadapkan pada permasalahan yang menuntut suatu
keputusan. Dimana keputusan ini diambil setelah kita melakukan analisa secara menyeluruh.
6. Creating Membuat Pada level ini, kita diharuskan untuk menghasilkan sesuatu halrumus yang
baru yang bisa kita gunakan untuk memecahkan persoalan.
4. Ketuntasan Belajar Matematika
Konsep ketuntasan belajar didasarkan pada konsep pembelajaran tuntas. Pembelajaran tuntas merupakan istilah yang diterjemahkan dari
istilah“Mastery Learning”. Martinis menjelaskan bahwa belajar tuntas merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan
terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar pengajaran klasikal, membantu mengatasi perbedaan-
perbedaan yang terdapat pada siswa, selain itu belajar tuntas juga bertujuan untuk menciptakan kecepatan belajar.
7
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, tuntas diartikan sebagai selesai secara menyeluruh, sedangkan belajar
7
Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, Jakarta: GP Press, 2008, h. 215.
diartikan sebagai memperoleh kepandaian atau ilmu. Bila kedua kata tadi digabung dapat diperoleh makna ketuntasan belajar sebagai ilmu yang
diperoleh secara menyeluruh, dalam artian kemampuan seseorang dalam hal ini siswa dalam menguasai konsep-konsep pelajaran yang telah diberikan atau
dipelajari secara menyeluruh. Menurut Hartutik yang dikutip oleh Desy, ketuntasan belajar atau disebut juga daya serap adalah pencapaian taraf
penguasaan minimal yang telah ditetapkan oleh guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan pelajaran.
8
Ketuntasan belajar merupakan pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dengan ukuran atau tingkat
pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut
Belajar tuntas mastery learning dikembangkan oleh John B.Caroll dan Benjamin Bloom. Belajar tuntas adalah sebuah pola pembelajaran yang
mengharuskan pencapaian penguasaan siswa secara tuntas, terhadap setiap unit pembahasan dengan pemberian tes formatif pada setiap pembelajaran baik
sebelum maupun sesudahnya untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap bahan ajar yang telah mereka pelajari. Made menyatakan bahwa
belajar tuntas menyajikan suatu cara yang menarik dan ringkas untuk meningkatkan unjuk kerja siswa ke tingkat pencapaian suatu pokok bahasan
yang lebih memuaskan.
9
Belajar tuntas mastery learning adalah filosofi pembelajaran yang berdasar pada anggapan bahwa semua siswa dapat belajar
bila diberi waktu yang cukup dan kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai bahwa siswa dapat mencapai penguasaan akan suatu materi bila
standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas, penilaian mengukur dengan tepat kemajuan siswa dalam suatu materi, dan pembelajaran
berlangsung sesuai dengan kurikulum.
8
Desy Rikha Setyanti, “Efektivitas Pembelajaran Matematika Bangun Ruang Dengan Strategi Student Tem Heroic Leadership dan Pemberian Tugas Terstruktur Pada Peserta Didik Kelas VIII
SMP Negeri 15 Semarang”,dari http:digilib.unnes.ac.idgsdlcollectskripsiarchivesHASH040f.dirdoc.pdf,
18 November 2010, h. 18.
9
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h.184
Belajar tuntas merupakan pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan setiap unit bahan pelajaran baik secara perorangan maupun secara
kelompok, dengan kata lain apa yang telah dipelajari siswa telah dikuasai sepenuhnya. Jadi belajar tuntas adalah suatu sistem pengajaran yang
menuntaskan tercapainya tujuan pengajaran oleh semua siswa. Hal yang perlu mendapat perhatian guru adalah bagaimana mengusahakan agar siswa dapat
belajar efektif sehingga dapat menguasai materi pelajaran yang dianggap esensial bagi perkembangan siswa itu sendiri.
Ketuntasan belajar yang diperoleh siswa berhubungan erat dengan hasil belajar yang diperolehnya selama menjalani proses pembelajaran di
sekolah. Menurut Mulyasa, berdasarkan teori belajar tuntas, kegiatan belajar dikatakan tuntas secara klasikal apabila siswa di kelas yang mendapat nilai 65
ke atas mencapai 85. Sedangkan secara individu kegiatan belajar dikatakan tercapai dengan baik apabila siswa tersebut telah mencapai nilai minimal 65.
10
Namun tiap sekolah dapat menentukan standar minimal ketuntasan sesuai dengan kondisi sekolah tersebut, dan secara bertahap dapat meningkatkan
standar ketuntasannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketuntasan belajar menurut
Uzer Usman yang dikutip oleh Setyaningsih adalah:
11
1. Bakat aptitude Bakat yaitu sejumlah waktu yang diminta oleh siswa untuk mencapai
penguasaan suatu tugas pelajaran. Siswa yang berbakat akan dapat menguasai pelajaran yang sulit, sedangkan siswa yang tidak berbakat
dianggap hanya mampu menguasai bagian yang mudah saja. Siswa akan mencapai penguasaan semua tugas yang diberikan jika siswa diberikan
waktu yang cukup.
10
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, cet ke- 3, h. 254
11
Setyaningsih, ”Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Pada Pokok Materi Sistem Koloid Bagi Siswa Kelas XI Semester II SMA Islam Sultan
Agung 1 Semarang Tahun Pelajaran 20052006”, dari http:digilib.unnes.ac.idgsdlcollectskripsiarchivesHASH9ce2.dirdoc.pdf
, 24 Juni 2010, h. 23.
2. Ketekunan perferance Ketekunan adalah waktu yang diinginkan siswa untuk belajar. Siswa tidak
akan menguasai tugas yang diberikan sepenuhnya jika waktu yang diberikan tidak sesuai dengan waktu yang diperlukan. Ketekunan
berhubungan dengan minat dan sikap belajar. Ketekunan banyak ditentukan oleh kualitas pengajaran yang diberikan guru kepada para
siswa. 3. Kemampuan untuk menerima pelajaran ability to understand intruction
Kesanggupan untuk menerima dan memahami pelajaran berhubungan erat dengan kemampuan menguasai bahasa lisan dan tulisan. Kemampuan
untuk mengerti bahasa tulisan banyak ditentukan oleh cara penyusunan buku teks sedangkan kemampuan mengerti bahasa lisan berhubungan
dengan kemampuan guru mengajar. 4. Kualitas pengajaran quality of Intruction
Kualitas pengajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsur-unsur tugas belajar. Hal yang perlu diperhatikan adalah
pengembangan metode-metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa secara individual, sehingga dapat menghasilkan
tingkat penguasaan materi pelajaran yang hampir sama pada semua siswa yang berbeda-beda bakatnya.
5. Kesempatan waktu untuk belajar time allowed for learning Alokasi waktu tiap bidang studi telah ditentukan dalam kurikulum yang
telah disesuaikan dengan kebutuhan waktu belajar siswa dan perkembangan jiwanya. Waktu yang tersedia mungkin terlalu banyak bagi
sebagian siswa, sedangkan bagi sebagian lain mungkin kurang. Guru perlu mengatasi agar waktu sesuai dengan kebutuhan sehingga waktu untuk
mempelajari bidang studi tersebut benar-benar efektif. Adapun langkah-langkah umum yang harus ditempuh agar ketuntasan
belajar tercapai: 1. Mengajarkan satuan pelajaran pertama dengan menggunakan metode
kelompok.
2. Memberikan tes diagnosa untuk memeriksa kemajuan belajar siswa setelah disampaikan satuan pelajaran tersebut sehingga dapat diketahui siswa yang
telah memenuhi kriteria dan yang belum. 3. Siswa yang telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
diperkenankan menempuh pengajaran berikutnya, sedangkan bagi yang belum diberikan kegiatan korektif.
4. Melakukan pemeriksaan akhir untuk mengetahui hasil belajar yang telah tercapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, standar ketuntasan untuk pelajaran matematika yang ditetapkan oleh sekolah adalah 60 siswa telah mencapai
ketuntasan dengan ketuntasan individu yang harus dicapai siswa sebesar 65. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan tersebut, maka peneliti menetapkan
standar ketuntasan yang harus siswa peroleh adalah 65 untuk standar ketuntasan individual dan 60 untuk standar ketuntasan klasikal dalam kelas.
Penguasaan materi pelajaran dapat dilihat dari nilai hasil belajar yang diperoleh siswa. Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65 dinyatakan
belum tuntas, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 dinyatakan telah tuntas belajar.
Menurut Setyaningsih, ketuntasan belajar secara klasikal dapat dihitung dengan rumus:
12
100 x
Siswa Seluruh
Jumlah Belajar
Tuntas Yang
Siswa Jumlah
= Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan ketuntasan belajar
matematika adalah ketuntasan belajar diukur dari hasil belajar yang dicapai setelah pembelajaran berlangsung secara efektif, keberhasilan suatu
pengajaran dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
12
Setyaningsih, Penerapan Pendekatan…,h.23.
5. Kerangka Dasar Strategi Belajar Peta Konsep