17 a. Wilayah yang banyak kasus DBD atau rawan endemis DBD.
b. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang, orang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran
beberapa tipe virus dengue cukup besar seperti sekolah, pasar, hotel, puskesmas, rumah sakit dan sebagainya.
c. Pemukiman baru di pinggir kota, karena dilokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat
penderita atau karier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal.
2.3 Nyamuk Aedes aegypti
Taksonomi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut: Filum
: Artropoda
Kelas :
Hexapodalnsecta Subklas
: Pterygota
Ordo :
Diptera Familia
: Culicidae
Subfamilia :
Culicinae Genus
: Aedes
Spesies :
Aedes aegypti Crosskey, 1993
2.3.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Universitas Sumatera Utara
18 Pada dasarnya siklus hidup nyamuk berawal dari peletakan telur oleh
nyamuk betina. Dari telur muncul fase kehidupan air yang masih belum matang disebut larva yang berkembang melalui empat tahap kemudian bertambah ukuran
hingga mencapai kepompong nyamuk dewasa membentuk diri sebagai betina atau jantan dan tahap nyamuk dewasa muncul dari pecahan di belakang kulit
kepompong. Nyamuk dewasa makan, kawin dan nyamuk betina memproduksi telur untuk melengkapi siklus dan memulai generasi baru. Beberapa spesies
nyamuk hanya satu generasi per tahun yang lainnya bisa mempunyai beberapa generasi selama musim dengan kondisi iklim yang menguntungkan. Mereka sangat
bergantung pada iklim dari kondisi lingkungan lokal terutama suhu dan curah hujan Achmadi, 2011.
Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna, yaitu: telur - jentik - kepompong - nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di
dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, dan
stadium kepompong berlangsung antara 2 –4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi
nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan Depkes RI, 2008.
Universitas Sumatera Utara
19
Gambar 1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti 2.3.2 Morfologi Nyamuk Aedes aegypti
1. Telur Setiap kali bertelur, nyamuk betina Aedes aegypti dapat mengeluarkan telur
sebanyak 100 butir, dengan ukuran 0,5-0,8 mm, berbentuk elips atau oval memanjang, berwarna hitam, permukaan poligonal yang mengapung satu persatu
pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan air. Telur ini ditempat yang kering tanpa air dapat bertahan sampai
6 bulan, dan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang 2 hari setelah terendam air. Dilaporkan bahwa dari telur yang dilepas, sebanyak 85 melekat di
dinding TPA, sedangkan 15 lainnya jatuh kepermukaan Soegijanto, 2006.
2. Jentik larva
Universitas Sumatera Utara
20 Larva nyamuk Aedes aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan
bulu-bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit. Ada 4 tingkat instar
jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut yaitu : a. Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm, duri-duri spinae pada dada
thorax belum begitu jelas, dan corong pernapasan siphon belum menghitam.
b. Instar II : berukuran 2,5-3,9 mm, duri-duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam.
c. Instar III: berukuran lebih besar sedikit dari larva instar II. d. Instar IV: berukuran paling besar 5 mm, telah lengkap struktur anatominya dan
jelas tubuh dapat dibagi menjadi bagian kepala chepal, dada thorax, dan perut abdomen.
Jenis Aedes aegypti akan selalu bergerak aktif dalam air, gerakan berulang- ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas mengambil udara
kemudian turun, kembali kebawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding
tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik akan berkembang berubah menjadi kepompong Soegijanto, 2006.
3. Pupa kepompong
Universitas Sumatera Utara
21 Kepompong atau pupa seperti “koma”, bentuknya lebih besar namun lebih
ramping dibanding larva atau jentiknya. Pupa berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain, gerakan lamban, sering berada di permukaan
air, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk dewasa Soegijanto, 2006. 4. Nyamuk Dewasa
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik- bintik putih pada
bagian badan dan kaki. Hidup di dalam dan di sekitar rumah, juga ditemukan di tempat-tempat umum, dan mampu terbang sampai 100 meter. Nyamuk betina aktif
menggigit menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari. Nyamuk jantan biasa menghisap sari bunga tumbuhan yang mengandung gula. Umur nyamuk
betina dapat mencapai 2-3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan . Perbedaan morfologi antara nyamuk Aedes aegypti yang betina dengan jantan terletak pada perbedaan
morfologi antenanya. Aedes aegypti betina memiliki antena berbulu jarang sedangkan yang jantan memiliki antena berbulu lebat. Dada nyamuk ini tersusun
atas 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan metathorax. Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih Soegijanto, 2006.
2.3.3 Bionomik Aedes aegypti