Deteksi Resistensi Vektor Terhadap Insektisida

12 cross resistance antara insektisida organofosfat dan karbamat. Populasi serangga yang sudah resisten terhadap insektisida DDT cenderung resisten terhadap piretroid. Demikian halnya populasi serangga yang sudah kebal terhadap insektisida golongan organofosfat cenderung resisten terhadap insektisida karbamat. Penggunaan insektisida secara terus menerus cenderung mempercepat proses terjadinya resistensi serangga. Sementara penggunaan insektisida secara bergantian dengan insektisida dari kelompok kimia yang berbeda dan cara kerja yang berbeda akan menghambat terjadinya resistensi serangga.

2.1.4 Deteksi Resistensi Vektor Terhadap Insektisida

Penentuan status kerentanan spesies nyamuk vektor secara berkala sangat diperlukan untuk mendapatkan data dasar deteksi lebih lanjut dan monitoring terjadinya resistensi. Dengan mengetahui status kerentanan spesies vektor, maka akan memberikan masukan terhadap kebijakan program dalam menentukan jenis insektisida dan strategi yang akan digunakan. Disamping itu hasil uji resistensi dapat digunakan dalam memahami mekanisme terjadinya penurunan kerentanan vektor resistensi. Pemantauan resistensi vektor terhadap insektisida pada setiap spesies vektor di setiap strata eko-epidemiologi seharusnya dilakukan secara berkala 1-2 tahun oleh sektor kesehatan tingkat Provinsi dan KabupatenKota Kementerian Kesehatan RI, 2012. Deteksi resistensi vektor terhadap insektisida dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu : Universitas Sumatera Utara 13 1. Deteksi secara konvensional dengan metode standar WHO susceptibility test menggunakan impregnated paper. Deteksi secara susceptibility adalah uji tingkat resistensi yang digunakan oleh WHO dengan menggunakan impregnated paper lembaran yang sudah mengandung insektisida. Uji susceptibility dilakukan menggunakan stadium dewasa dari serangga uji. Persyaratan untuk uji susceptibility yang harus dipenuhi adalah jumlah yang cukup serta kondisi fisiologis serangga yang baik. Kondisi fisiologis yang baik diantaranya keseragaman umur serangga, stadium, ukuran, harus hidup dan kenyang darah atau kenyang gula. Pada uji susceptibility kematian serangga uji dicatat setelah pemaparan insektisida dan setelah diholding dipisahkan dari paparan insektisida selama semalam 24 jam. 2. Deteksi secara biokimia atau enzimatis menggunakan mikroplat. Deteksi secara biokimia adalah uji resistensi nyamuk terhadap insektisida yang sangat esensial berdasarkan kuantifikasi enzim yang bertanggung jawab pada proses resistensi seperti uji mikroplat untuk insensitive asetilkholinesterase dan uji mikroplat untuk aktivitas enzim esterase non-spesifik. Keunggulan dari uji biokimia adalah informasi status kerentanan diperoleh lebih cepat dan dapat menunjukan mekanisme penurunan kerentanan Resistensi dan toleransi yang di ukur pada serangga secara individu Widiarti, 2002. 3. Deteksi secara molekuler. Deteksi secara molekuler adalah dengan mengidentifikasi gen yang menjadi target kelompok insektisida secara Universitas Sumatera Utara 14 konvensional, yang salah satunya adalah gen voltage gated sodium channel VGSC. Gen VGSC merupakan mekanisme resistensi serangga terhadap insektisida DDT dan golongan piretroid yang ditunjukkan dengan adanya titik mutasi. Mutasi gen VGSC pada nyamuk Aedes Aegypti terjadi pada sembilan lokus yang berbeda Brengues, et al., 2003.

2.2 Demam Berdarah Dengue DBD