62
4.2.1 Pengukuran Suhu
Hasil pengukuran suhu di dalam ruangan Laboratorium yang diukur menggunakan thermometer pada seluruh perlakuan dan pada setiap pengulangan
sebanyak 4 kali selama 7 hari penelitian sekitar 27˚C - 30˚C.
4.2.2 Pengukuran Kelembaban
Hasil pengukuran kelembaban di dalam ruangan Laboratorium yang diukur menggunakan hygrometer pada seluruh perlakuan dan pada setiap pengulangan
sebanyak 4 kali selama 7 hari penelitian sekitar 70 - 74.
4.3 Kematian Nyamuk Aedes aegypti dalam Uji Resistensi Malathion 0,8
dan Sipermethrin 0,75
Penelitian ini dilakukan untuk melihat status resistensi nyamuk Aedes aegypti
terhadap Malathion dan Sipermethrin. Resistensi nyamuk Aedes aegypti terhadap Malathion dan Sipermethrin dapat dilihat dari banyaknya jumlah nyamuk
yang mati setelah dikontakkan dengan insektisida tersebut. Nyamuk dikontakkan selama satu jam didalam tabung yang sudah dilapisi dengan kertas yang sudah
mengandung insektisida impregnated paper yaitu Malathion 0,8 dan Sipermethrin 0,75, sedangkan tabung yang dilapisi dengan kertas yang tidak
mengandung insektisida sebagai kontrol. Ketiga perlakuan tersebut diujikan kepada nyamuk dewasa yang dimasukkan kedalam tabung sebanyak 20 ekor
nyamuk Aedes aegypti. Jumlah nyamuk yang pingsan knock down dihitung setelah 1 jam perlakuan sedangkan jumlah nyamuk yang mati dihitung setelah 24
jam perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
63 Pada perlakuan kontrol yang dikontakkan dengan kertas yang tidak
mengandung insektisida tidak didapat nyamuk yang mengalami pingsan knock down
setelah 1 jam perlakuan dan juga nyamuk yang mati setelah 24 jam perlakuan atau jumlah kematian 0. Kematian pada nyamuk kontrol ini
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh lingkungan suhu dan kelembaban didalam ruangan terhadap kematian nyamuk yang berada didalam tabung uji
tersebut. Hasil pengamatan untuk uji resistensi terhadap Malathion 0,8 dapat
dilihat pada tabel 4.1 : Tabel 4.1 Jumlah Nyamuk yang Mati dalam Uji Resistensi Malathion 0,8
Terhadap Nyamuk Aedes aegypti yang berasal dari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016
Pengamatan Jumlah pengulangan
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 4
Suhu paparan selama 1 jam 29˚C
29˚C 29˚C
30˚C Suhu holding selama 24 jam
28˚C 28˚C
28˚C 29˚C
Kelembaban paparanselama 1 jam
69 70
72 72
Kelembaban holding selama 24 jam
70 70
71 70
Jam mulai exposure Kontak 11.30
11.37 11.51
12.05 Lama kontak
60 menit 60 menit 60 menit 60 menit Jumlah nyamuk yang diuji ekor
20 20
20 20
Jumlah nyamuk yang knock down 4
2 2
6 Jumlah nyamuk yang mati
2 1
2 Persentase kematian nyamuk
10 5
10
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata kematian nyamuk yang berasal dari Kecamatan Medan Selayang yang dikontakkan dengan Malathion 0,8
selama 60 menit didapatkan efek knock-down setelah 1 jam perlakuan dengan
Universitas Sumatera Utara
64 rata-rata nyamuk yang pingsan sebanyak 3-4 ekor, dan rata-rata kematian nyamuk
setelah 24 jam adalah sebanyak 1-2 ekor nyamuk. Tabel 4.2 Jumlah Nyamuk yang Mati dalam Uji Resistensi Malathion 0,8
Terhadap Nyamuk Aedes aegypti yang berasal dari Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016
Pengamatan Jumlah pengulangan
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 4
Suhu paparan selama 1 jam Suhu holding selama 24 jam
27˚C 28˚C
27˚C 27˚C
28˚C 28˚C
28˚C 28˚C
Kelembaban paparan selama 1 jam
69 72
69 72
Kelembaban holding selama 24 jam
72 70
71 70
Jam mulai exposure Kontak Lama kontak
12.10 60 menit
12.15 60 menit
13.14 60 menit
13.18 60 menit
Jumlah nyamuk yang diuji 20
20 20
20 Jumlah nyamuk yang knock
down 2
4 6
8 Jumlah nyamuk yang mati
4 4
8 6
Persentase kematian nyamuk 20
20 40
30
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata kematian nyamuk yang berasal dari Kecamatan Medan Maimun yang dikontakkan dengan Malathion 0,8 selama
60 menit didapatkan efek knock-down setelah 1 jam perlakuan dengan rata-rata nyamuk yang pingsan sebanyak 5 ekor, dan rata-rata kematian nyamuk setelah 24
jam adalah sebanyak 5-6 ekor nyamuk.
Universitas Sumatera Utara
65 Tabel 4.3 Jumlah Nyamuk yang Mati dalam Uji Resistensi Sipermethrin 0,75
Terhadap Nyamuk Aedes aegypti yang berasal dari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2016
Pengamatan Jumlah pengulangan
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 4
Suhu paparan selama 1 jam 28˚C
28˚C 29˚C
30˚C Suhu holding selama 24 jam
28˚C 29˚C
30˚C 30˚C
Kelembaban paparan selama 1 jam
71 71
70 69
Kelembaban holding selama 24 jam
70 70
74 72
Jam mulai exposure Kontak 10.45
12.20 13.17
13.35 Lama kontak
60 menit 60 menit 60 menit
60 menit Jumlah nyamuk yang diuji
20 20
20 20
Jumlah nyamuk yang knock down
6 5
8 3
Jumlah nyamuk yang mati 7
10 4
5 Persentase kematian nyamuk
35 50
20 25
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata kematian nyamuk yang berasal dari Kecamatan Medan Selayang yang dikontakkan dengan Sipermethrin 0,75
selama 60 menit didapatkan efek knock-down setelah 1 jam perlakuan dengan rata-rata nyamuk yang pingsan sebanyak 5-6 ekor, dan rata-rata kematian nyamuk
setelah 24 jam adalah sebanyak 6-7 ekor nyamuk. Tabel 4.4 Jumlah Nyamuk yang Mati dalam Uji Resistensi Sipermethrin 0,75
Terhadap Nyamuk Aedes aegypti yang berasal dari Kecamatan Medan Maimun Tahun 2016
Pengamatan Jumlah pengulangan
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 4
Suhu paparan selama 1 jam 28˚C
27˚C 28˚C
28˚C Suhu holding selama 24 jam
28˚C 28˚C
29˚C 29˚C
Kelembaban paparan selama 1 jam
72 69
69 71
Universitas Sumatera Utara
66 Tabel 4.4 Lanjutan
Kelembaban holding selama 24 jam
73 70
71 70
Jam mulai exposure Kontak 12.15
12.25 13.45
14.00 Lama kontak
60 menit 60 menit 60 menit 60 menit Jumlah nyamuk yang diuji
20 20
20 20
Jumlah nyamuk yang knock down 6
8 7
10 Jumlah nyamuk yang mati
13 12
8 12
Persentase kematian nyamuk 65
60 40
60 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata kematian nyamuk yang berasal
dari Kecamatan Medan Maimun yang dikontakkan dengan Sipermethrin 0,75 selama 60 menit didapatkan efek knock-down setelah 1 jam perlakuan dengan
rata-rata nyamuk yang pingsan sebanyak 7-8 ekor, dan rata-rata kematian nyamuk setelah 24 jam adalah sebanyak 11-12 ekor nyamuk.
Tabel 4.5 Rata-rata Kematian Nyamuk dalam Uji Resistensi Malathion 0,8 dan Sipermethrin 0,75 pada Nyamuk Aedes aegypti yang berasal dari
Kecamatan Medan Selayang dan pada tabung Kontrol Tahun 2016
Tabung Perlakuan Jumlah nyamuk
yang diuji ekor Rata-rata Kematian Nyamuk
Jumlah nyamukekor
Persentase Kontrol
80 Malathion 0,8
80 1,25
5 Sipermethrin 0,75
80 6,5
32,5 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata kematian nyamuk yang berada di
tabung kontrol dengan pengulangan 4 kali dan setiap pengulangan menggunakan 20 ekor nyamuk didapatkan rata-rata persentase kematian nyamuk sebesar 0,
tabung uji Malathion didapatkan rata-rata persentase kematian nyamuk sebesar 5, dan pada tabung uji Sipermethrin 0,75 didapatkan rata-rata persentase
kematian nyamuk sebesar 32,5.
Universitas Sumatera Utara
67 Tabel 4.6 Rata-rata Kematian Nyamuk dalam Uji Resistensi Malathion 0,8 dan
Sipermethrin 0,75 pada Nyamuk Aedes aegypti yang berasal dari Kecamatan Medan Maimun dan pada tabung kontrol Tahun 2016
Tabung Perlakuan Jumlah nyamuk
yang diuji ekor Rata-rata Kematian Nyamuk
Jumlah nyamukekor
Persentase Kontrol
80 Malathion 0,8
80 5,5
27,5 Sipermethrin 0,75
80 11,25
56,25 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata kematian nyamuk yang berada di
pada tabung kontrol dengan pengulangan 4 kali dan setiap pengulangan menggunakan 20 ekor nyamuk didapatkan didapatkan rata-rata persentase
kematian nyamuk sebesar 0, tabung perlakuan Malathion didapatkan rata-rata persentase kematian nyamuk sebesar 27,5 dan pada tabung perlakuan
Sipermethrin 0,75 didapatkan rata-rata persentase kematian nyamuk sebesar 56,25.
Gambar 8. Diagram Kematian Nyamuk yang berasal dari Kecamatan Medan Selayang pada tabung Kontrol dan yang diberi perlakuan Malathion
dan Sipermethrin
2 7
10
1 4
2 5
2
4
6 8
10 12
Kontrol Malathion 0,8
Sipermethrin 0,75
Ju m
la h
k em
ati an
n y
am u
k
Pengulangan 1 Pengulangan 2
Pengulangan 3 Pengulangan 4
Universitas Sumatera Utara
68 Gambar 9. Diagram Kematian Nyamuk yang berasal dari Kecamatan Medan
Maimun pada tabung Kontrol dan yang diberi perlakuan Malathion dan Sipermethrin
4.4. Hasil Uji Shapiro Wilk