Bionomik Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti

21 Kepompong atau pupa seperti “koma”, bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding larva atau jentiknya. Pupa berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain, gerakan lamban, sering berada di permukaan air, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk dewasa Soegijanto, 2006. 4. Nyamuk Dewasa Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik- bintik putih pada bagian badan dan kaki. Hidup di dalam dan di sekitar rumah, juga ditemukan di tempat-tempat umum, dan mampu terbang sampai 100 meter. Nyamuk betina aktif menggigit menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari. Nyamuk jantan biasa menghisap sari bunga tumbuhan yang mengandung gula. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan . Perbedaan morfologi antara nyamuk Aedes aegypti yang betina dengan jantan terletak pada perbedaan morfologi antenanya. Aedes aegypti betina memiliki antena berbulu jarang sedangkan yang jantan memiliki antena berbulu lebat. Dada nyamuk ini tersusun atas 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan metathorax. Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih Soegijanto, 2006.

2.3.3 Bionomik Aedes aegypti

Bionomik adalah ilmu biologi yang menerangkan hubungan organisme dengan lingkungannya. Bionomik nyamuk meliputi perilaku bertelur, larva, pupa dan dewasa. Misalnya perilaku menggigit, tempat dan waktu kapan bertelur, perilaku perkawinan. Iklim dalam hal ini berperan besar dalam menentukan bionomik nyamuk Achmadi,2008. Universitas Sumatera Utara 22 1. Perilaku Makan Nyamuk Aedes aegypti mempunyai perilaku makan yaitu mengisap nectar dan jus tanaman sebagai sumber energinya. Tetapi setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur. Menurut Achmadi 2011, nyamuk betina membutuhkan protein untuk memproduksi telur yang didapatkannya dari darah. Nyamuk tertarik pada host berdasarkan faktor-faktor yang berbeda. Semakin hangat suhu dan semakin tinggi kelembaban sekitar host ditambah dengan gerakan host dan perbedaan warna disekitar mereka akan lebih mempermudah nyamuk untuk mendekati host dan menghisap darahnya demi kelangsungan keturunannya. Sumber darah secara epidemiologis adalah penting karena beberapa mikroorganisme patogen dan parasit yang menyebabkan penyakit dihubungkan dengan host tertentu. Nyamuk yang mencari makan pada burung danatau host mamalia dan juga pada manusia disebut perilaku mencari makan oportunistik. Menurut Sutanto 2008, sebagai hewan nocturnal kebiasaan yang aktif pada malam hari nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas menggigit, pertama di pagi hari diurnal selama beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari selama beberapa jam sebelum gelap. Aedes aegypti biasanya tidak menggigit di malam hari tetapi akan menggigit saat malam di kamar yang terang. Kebiasaan menggigit Aedes aegypti pada pagi hari hingga sore yaitu pukul 08.00 - 10.00 dan pukul 15.00 -17.00. Lebih banyak menggigit di dalam rumah daripada di luar rumah. 2. Perilaku Istirahat Universitas Sumatera Utara 23 Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembap dan tersembunyi dalam rumah atau bangunan termasuk kamar tidur, kamar mandi, kamar kecil maupun di dapur Achmadi, 2008. 3. Jarak Terbang Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi tampaknya terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan WHO, 2004. 4. Lama Hidup Menurut Achmadi 2011, semakin tua nyamuk semakin penting dalam penyebaran penyakit. Nyamuk harus bertahan selama mungkin agar cukup bagi mikroorganisme yang dikandungnya cukup waktu untuk ditransmisikan. Ketika nyamuk ada kesempatan menggigit manusia atau hewan untuk kedua kali, maka transmisi akan terjadi. Masa inkubasi ini bervariasi tergantung dari iklim, beberapa nyamuk bereproduksi sepanjang tahun. Sebagian besar cenderung menghabiskan masa hidup pada kondisi yang berlawanan pada musim dingin atau selama musim kemarau dalam keadaan tidur atau istirahat. Menurut Michael 2006 yang dikutip oleh Achmadi 2011 bahwa perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan, suhu, kelembaban, arah udara sehingga berefek terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap kesehatan terutama terhadap perkembangbiakan vektor penyakit seperti nyamuk Aedes aegypti, malaria dan lainnya. Faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan PSN serta faktor pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan Universitas Sumatera Utara 24 semakin membaiknya transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas. 5. Tempat Perkembangbiakan Menurut Depkes RI 2008, tempat perkembangbiakan utama Aedes aegypti ialah tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat- tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Tempat penampungan air TPA untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandiwc, dan ember. b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain. c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air.

2.4 Pengendalian Vektor DBD