Pertemuan I DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN

mengingat sesuatu. Dalam bercerita, responden memiliki irama yang cukup stabil dan menjawab pertanyaan dengan cukup lugas. Secara keseluruhan, nada bicara responden cukup stabil, sesekali ia tertawa ketika menceritakan kehidupannya dulu dan tersenyum ketika menceritakan beberapa hal mengenai kehidupannya. Selebihnya, responden tidak terlalu ekspresif dalam bercerita.

b. Pertemuan I

Wawancara dilakukan di sore hari di kantin kampus responden. Keadaan di kantin tersebut cukup ramai, terdapat pengunjung di sekitar meja yang berdekatan dengan meja tempat wawancara dilakukan. Peneliti sudah mengenal responden sebelumnya, meski demikian hubungan peneliti dan responden tidak terlalu dekat sehingga peneliti berusaha membangun rapport yang baik agar responden tidak sungkan dalam bercerita. Pada wawancara awal, peneliti hanya mencari tahu secara singkat latar belakang responden dan proses responden menjadi Ateis. Peneliti membuka wawancara dengan menanyakan kabar dan kehidupan perkuliahan responden. Saat menceritakan perjalanan hidupnya, volume suara responden tidak terlalu tinggi yang dipengaruhi oleh pengunjung di meja sebelah yang berisik sehingga peneliti berusaha mendekatkan telinga ke arah responden agar dapat mendengar dengan lebih baik. Peneliti tidak meminta responden untuk menaikkan volume suaranya untuk menjaga apa yang diutarakan responden tidak terdengar oleh pengunjung di meja sebelah. Responden bercerita dengan irama yang tidak terlalu ceat sehingga memudahkan peneliti untuk mencermati apa yang dikatakannya. Universitas Sumatera Utara Responden tidak terlalu ekspresif dalam menceritakan kehidupannya, ia tidak tertawa, hanya seseali tersenyum kecil saat menceritakan kehidupan beragamanya dulu. Sesekali ia mencoba mengngat peristiwa hidupnya dengan memicingkan mata sambil memiringkan kepalanya ke kiri atau ke kanan. c. Pertemuan II Wawancara kali ini dilakukan di taman kampus responden. Keadaan pada saat tersebut cukup sepi, hanya sesekali terlihat orang berlalu-lalang. Untuk membangun suasana, peneliti membuka wawancara dengan membahas topik mengenai situasi kampus dan menanyakan kabar teman responden yang juga adalah teman peneliti. Sama seperti sebelumnya, dalam bercerita, responden memang tidak terlalu ekspresif. Ia sempat tertawa ketika menceritakan kisah hidupnya yang dulu melaksanakan kewajiban sebagai umat beragama. Ia meganggap bahwa hal tersebut adalah konyol. Setelah itu, wajahnya kembali datar dan sesekali bola matanya bergerah ke arah kiri atas maupun kanan atas sambil berusaha mengingat sesuatu. Responden juga tidak gugup dalam melakukan wawancara, hal ini ditandai dengan kontak mata yang intens dengan peneliti. d. Pertemuan III Wawancara kali ini dilakukan di kampus responden, sama seperti sebelumnya. Keadaan kampus pada saat itu, cukup ramai karena banyak mahasiswa yang baru selesai melaksanakan perkuliahan. Wawancara kali ini dilakukan tidak terlalu lama karena responden sudah memiliki keperluan lain. Universitas Sumatera Utara Wawancara kali ini lebih banyak membahas masa lalu responden. Ia sesekali tertawa mengingat masa kecilnya dulu. Ia juga tertawa ketika membicarakan hal-hal mengenai agama yang menurutnya tidak masuk akal. Sesekali, terdapat beberapa orang yang berlalu-lalang di depan responden dan penelitian sehingga responden terdiam sejenak atau merendahkan volume suaranya sebagai antisipasi agar orang yang berlalu-lalang tidak dapat mendengarnya. Dalam bercerita, irama responden tidak terlalu cepat sehingga membuat peneliti cukup nyaman untuk mencermati apa yang ia katakan. Ia juga mempertahankan kontak mata yang intens dengan peneliti. Sesekali,ia terlihat melirik ke arah telepon genggamya untuk melihat jama karena memang ia sudah memiliki keperluan lain yang membatasi waktu wawancara. e. Pertemuan IV Wawancara di lakukan di sebuah rumah makan cepat saji. Pengunjung pada saat itu cukup ramai, namun tidak ada yang duduk di samping meja tempat dilakukan wawancara. Ada kejadian unik saat melakukan wawancara, ternyata pengunjung di meja yang terletak di depan meja tempat dilakukannya wawancara adalah seseorang yang dikenal oleh peneliti dan responden. Peneliti mengajak responden untuk pindah ke tempat lain apabila responden merasa tidak nyaman, namun responden menolak ajakan peneliti dengan mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah masalah besar. Sesekali, pengunjung tersebut terlihat sedang melirik ke arah kami yang sedang melakukan wawancara. Responden melakukan wawancara Universitas Sumatera Utara sambil memakan eskrim, padahal saat itu sedang bulan puasa dan dulunya ia adalah seorang Muslim. Ia mengaku sudah biasa saja saat makan di bulan puasa. Saat wawancara, responden bercerita dengan melipat tangannya di atas meja serta posisi badan yang menghadap depan, lurus ke arah peneliti. Responden melakukan kontak mata yang cukup intens kepada peneliti, sesekali ia melirik ke kanan atas seraya mengingat-ngingat peristiwa masa lalu yang terjadi dalam hidupnya. Responden menyampaikan ceritanya dengan volume suara yang rendah serta irama yang tidak terlalu cepat. Responden tersenyum saat menceritakan bahwa ternyata teman-teman dekatnya tidak mempersoalkan identitas Ateisnya. Volume suara responden sedikit meninggi saat ia menceritakan mengenai arti hidup baginya serta saat menceritakan mengenai tanggapan masyarakat yang negatif terhadap Ateis Selain daripada itu, raut muka responden terlihat datar dalam bercerita, sesekali ia mengganti posisi tangannya dengan menopang dagu. f. Pertemuan V Wawancara kali ini dilakukan di tempat yang sama dengan sebelumnya. Responden datang terlambat, sehingga peneliti harus menunggu selama hampir 90 menit. Pengunjung pada saat itu cukup sepi sehingga membuat peneliti dan responden lebih leluasa melakukan wawancara. Saat wawancara, responden menghadap lurus ke arah peneliti dengan tangan kanan yang ditopang ke dagu. Sesekali, responden mengganti posisi tangan kananya dengan menopangnya di kening serta beberapa kali memegang janggutnya. Responden cukup santai dalam bercerita dengan irama yang tidak terlalu cepat. Volume suaranya juga cukup stabil, suara responden masih dapat terdengar Universitas Sumatera Utara oleh peneliti meskipun pihak restoran menyalakan televisi dengan volume yang cukup besar. Responden juga melakukan kontak mata yang cukup intens dengan peneliti, meskipun sesekali matanya melirih ke arah kiri atas maupun kiri bawah. Secara umum, nada bicara responden cukup stabil dalam bercerita, ia sempat tertawa kecil ketika menceritakan kehidupanya sebelum menjadi Ateis. Ketika bercerita, raut wajah responden tidak terlalu banyak berubah kecuali saat ia sedang tertawa. Saat wawancara sedang berlangsung, meja di dekat meja wawancara diisi oleh pengunjung, salah satu pengunjung terlihat menoleh ke arah responden dengan pandangan heran lalu ia menoleh ke de mejanya kembali saat peneliti memergokinya sedang melihat responden. Hal ini terjadi ketika responden sedang menceritakan kehidupannya sebagai seorang Ateis.

g. Pertemuan VI.