Tahapan Individu Menjadi Ateis

hal yang menurutnya dapat menyenangkan hati Tuhan, malah menimbulkan ketidakdilan, misalnya saja perang antar agama serta bom bunuh diri. Padahal seharusnya, orang-orang beragama hidup dalam kebaikan sesuai Golden Rule yang terdapat pada setiap agama. Hal tersebut dapat membuat seseorang menjadi ragu akan sistem sebuah agama bahkan Tuhan yang berada di balik sistem tersebut serta menganggap bahwa umat beragama adalah munafik sehingga ketidakpercayaan akan agama dan Tuhan pun muncul

2.2.3 Tahapan Individu Menjadi Ateis

Menurut Julie Krueger 2014, terdapat lima tahapan proses yang membuat seseorang menjadi Ateis, yaitu : a. Detachment Terdapat dua hal yang dapat terjadi pada proses ini, yaitu individu tidak menanam atau melemahnya identitas agama secara emosi dalam dirinya karena menganggap bahwa ajaran agama tidak masuk akal meskipun mereka telah diajari hal keagamaan sedari kecil oleh lingkungannya. Yang kedua ialah tidak ada atau melemahnya ikatan sosial dengan komunitas agama, seperti keluarga, teman kelompok agamanya yang membuat a sehingga hanya dapat memisahkan diri dari agama secara emosional saja. Kurang tertanamnya agama secara emosional dan tidak adanya ikatan sosial dengan komunitas agama menyebabkan individu mempertanyakan kebenaran praktik dan belief terhadap agama. Universitas Sumatera Utara b. Doubt Pada tahap ini, individu sudah mengetahui apa yang membuat mereka tidak nyaman, tidak puas terhadap identitas agama yang dimiliki. Mereka sudah mengetahui mengapa mereka skeptis, menitikberatkan pada kejadian atau informasi tertentu yang mereka dapatkan untuk memvalidasi dan membenarkan skeptisme tersebut. Hal ini dikarenakan individu telah melakukan riset independen atau berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama. Sumber keraguan biasanya adalah kurangnya bukti ilmiah, pandangan institusi agama yang konservatif serta kitab suci yang dianggap sudah kuno dan tidak sempurna, mereka menganggap bahwa umat beragama menjadikan agama sebagai alat pembenaran untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya juga dilarang oleh agama, misalnya melakukan kekerasan kepada umat agama lain atas nama membela agama mereka sendiri. Tahap ini berakar pada logika dan alasan, menganggap bahwa isi kitab suci bertentangan dengan kenyataan yang ada dan tidak memiliki bukti. Ketidakpuasan pada tahap detachment berganti dengan kepercayaan diri bahwa mereka bukan lagi bagian dari identitas agamanya terdahulu. c. Dissociation Pada tahap ini, individu mulai menjauhkan diri dari identitas agama terdahulu, baik melalui belief maupun praktek agama yang familiar dengan mereka dengan tidak lagi melakukan aktifitas-aktifitas keagamaan. Individu tidak lagi memikirkan diri mereka berdasarkan identitas agama Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Namun, tidak semua orang langsung dapat mengadopsi identitas Ateis tersebut. Sebelum mereka dapat mempertimbangkan untuk mengadopsi identitas Ateis-nya, mereka harus melewati tahap Transition terlebih dahulu. d. Transition Pada tahap ini, individu mencoba alternatif identitas yang menjembatani pemisah antara identitas Teistik dan Ateis. Seringnya, individu ragu untuk mengakui identitas Ateis-nya, untuk meninggalkan imannya karena masih ingin terhindar dari label negatif ketika mereka mengadopsi identitas Ateis tersebut. Individu mencoba mencari keyakinan atau filosofi baru yang tidak memiliki kesalahan-kesalahan yang menurut mereka dimiliki oleh agama. Tahap ini akan berakhir ketika individu sadar bahwa mereka lebih cocok untuk mengadopsi identitas yang lain. e. Declaration Individu pada tahap ini sudah tidak lagi menganut agama dan menyangkal imannya karena telah mengakui sudut pandang berbeda, misalnya sekularisme yang dimilikinya. Mereka sadar, mereka tidak lagi percaya pada kuasa yang lebih tinggi dalam bentuk apapun. Mereka menemukan identitas yang cocok dengan belief mereka. Pada tahap ini, individu akan terbuka mengenai identitas mereka, meskipun nantinya timbul beragam konsekuensi, baik reaksi positif maupun negatif dari lingkungan. Tahap ini memerlukan waktu tercapai karena seseorang tidak memutuskan begitu Universitas Sumatera Utara saja bahwa Tuhan itu tidak ada, butuh waktu untuk mendapat kesimpulan demikian. Universitas Sumatera Utara

2.3 Paradigma Berpikir