sediaan sarian galenik atau campuran bahan tersebut yang secara turun- temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat
diterapkan sebagai norma yang berlaku di masyarakat ”. Berdasarkan cara
pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, menurut Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia BPOM RI
Nomor HK.00.05.4.2411 Tahun 2004 tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam Indonesia, obat tradisional dikelompokkan
menjadi tiga kategori, yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka, dengan logo tertentu dalam kemasan sebagai berikut.
1. Jamu
Menurut Keputusan menurut BPOM RI menyebutkan bahwa, “jamu
adalah obat tradisional Indonesia yang bukti klaim khasiat dan keamanannya berdasarkan data empiris karena telah digunakan secara turun-temurun
”. Simbol berupa “RANTING DAUN” berwarna hijau yang terletak di dalam lingkaran
dengan warna dasar putih atau warna lain yang menyolok, serta mencantumkan tulisan “JAMU” berwarna hijau”.
2. Obat herbal terstandar
Menurut Keputusan menurut BPOM RI menyebutkan bahwa, “obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinik dan bahan bakunya telah distandarisasi
”. Simbol obat herbal terstandar adalah “JARI-JARI DAUN 3 PASANG” berwarna hijau yang terletak di dalam lingkaran dengan warna
dasar putih atau berwarna lain yang menyolok. Dibawah simbol tersebut harus terdapat tulisan “OBAT HERBAL TERSTANDAR” berwarna hijau.
3. Fitofarmaka
Menurut Keputusan menurut BPOM RI menyebutkan bahwa, “fitofarmaka adalah sediaan bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uij pra klinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah terstandarisasi
”. Simbol fitofarmaka berupa “JARI-JARI DAUN” berwarna hijau yang membentuk bintang dan terletak di dalam lingkaran
dengan warna
dasar putih
atau mencolok,
serta terdapat
tulisan “FITOFARMAKA” pada bawah lingkaran.
C. Pola Penggunaan Obat Tradisional
Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan banyak dimanfatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu. Namun
demikian, pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya didukung oleh penelitian yang memadai Sulasmono dan Harti, 2010. Pola
penggunaan obat dideskripsikan berdasarkan pengetahuan tentang nama, tujuan penggunaan, sumber informasi, sumber obat, jarak ke sumber obat dan alat
transportasi ke sumber obat Supardi, Sukasediati dan Azis, 1997. Menurut Pujiyanto 2008 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
frekuensi minum ramuan obat tradisional bervariasi. Frekuensi penggunaan obat tradisional merupakan salah satu pola dari penggunaan obat tradisional untuk
pengobatan mandiri.
Menurut Wasito 2011, bentuk sediaan obat tradisional dapat berupa bentuk padat, cair, maupun semi padat. Bentuk sediaan obat tradisional Indonesia
yang banyak beredar di masyarakat antara lain berbentuk rajangan, serbuk, pil, dodol atau jenang, pastilles, kapsul, tablet, cairan obat dalam, cairan obat luar, sari
jamu, salep atau krim, koyok, parem, pilis dan tapel. Bentuk sediaan merupakan salah satu pola dari penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri.
Pemilihan obat menurut Kalagie cit. Supardi, 1997 dipengaruhi oleh jarak antara tempat tinggal responden dengan tempat membeli obat. Jarak yang
dekat antara tempat tinggal dengan tempat membeli obat memudahkan masyarakat untuk memperoleh obat tradisional. Pengobatan mandiri memberikan
beberapa keuntungan. Salah satu keuntungan dari pengobatan mandiri adalah biaya yang dikeluarkan lebih murah Rantucci, 1997.
Pembuatan ramuan obat tradisional dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama dengan dicampur, ditumbuk, direbus dan diambil air sarinya. Kedua
dengan dicampur, ditumbuk, tanpa direbus dan diambil air sarinya. Ketiga dengan dicampur, ditumbuk dan dikeringkan. Keempat dengan dicampur, dipotong-
potong kemudian dikeringkan dan kelima langsung digunakan Latief, 2012. Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber. Menurut
Handayani dkk. 2002, sumber sebagai pembuat yang memproduksi obat tradisional dikelompokkan menjadi tiga, antara lain: obat tradisional buatan
sendiri merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk
menyediakan ramuan obat tradisional untuk menjaga kesehatan anggota keluarga